Ekonomi-Bisnis

Pameran Seni Rupa Kelompok Omnivorart Di Bentara Budaya Yogyakarta, 2-10 Agustus 2019.

Pameran Seni Rupa Kelompok Omnivorart Di Bentara Budaya Yogyakarta, 2-10 Agustus 2019.

Pameran Seni Rupa Kelompok Omnivorart Di Bentara Budaya Yogyakarta, 2-10 Agustus 2019.

Impessa.id, Yogyakarta : Tujuh seniman yang tergabung ke dalam Kelompok Omnivorart, masing-masing, Kiki Juliansah, Ipan Lasuang, I Putu Adi Suanjaya, I Wayan Sudarsana, M. Puger, Valdo Manullang dan Rangga Jalu Pamungkas, mulai Jum’at malam (2/8/19), menggelar karya-karya mereka dalam pameran Seni Rupa di Bentara Budaya Yogyakarta Jalan Suroto Nomor 2 Kotabaru, dan berlangsung hingga 10 Agustus 2019.

Citra Pratiwi, Kurator pameran menuturkan, Omnivorart merupakan sebuah kolektif seniman yang terlahir di era 90-an yang dikenal dengan sebutan gen Y atau generasi milenial. Sebuah generasi dimana kecepatan bukanlah sebuah isu, berkembang pesatnya kemajuan tehnologi digital dan pemanasan global adalah nyata.

“Apa yang dibayangkan oleh seniman muda generasi milenial dalam pergerakan seni? Kolektif ini hadir sebagai sebuah sampel bagaimana generasi muda melakukan perubahan melalui kesenian khususnya seni rupa. Sebuah kolektif dimana perubahan dan pergerakan jaman adalah sebuah kelenturan dan batasan bisa menjadi sebuah pilihan untuk dilebur,” tutur Citra Pratiwi.

“Kolektif disini juga memiliki keragaman asal dan latar belakang. Kolektif seni rupa pada umumnya masih didominasi latar belakang kesamaan etnis atau kesamaan gender, namun bagi Omnivorart keragaman merupakan bagian dari usaha asah kreativitas dan penemuan imajinasi baru,” imbuhnya lebih lanjut.

Apa yang melatarbelakangi hasrat dari kolektif ini untuk terus menggerakan seni rupa bagi anak muda kini. Mengutip apa yang diungkapkan Lacan, bahwa apa yang menggerakkan kehidupan manusia adalah hasrat. Manusia sejak dilahirkan hingga melepaskan diri dari kesatuan-kesatuan eksistensial dalam dunia real mengalami kekurangan-kekurangan, manusia dianggap selamanya berlubang. Rasa kekurangan selamanya mengikuti, seperti hantu yang menggentayangi kehidupan manusia. Padahal kesatuan eksistensial dalam dunia real tidak akan pernah didapat. Perasaan yang mendekam di alam ketidaksadaran ini melahirkan hasrat yang tidak pernah habis terpuaskan.

Lalu bagaimana melihat hasrat dalam seni rupa bagi generasi saat ini? Omnivorart sebagai kolektif memilih seni kontemporer sebagai jalur, maka tindakan menghasilkan karya seni rupa merupakan manifestasi dari kelompok yang menamakan diri mereka sebagai kelompok seni yang pemakan segala seni, segala tentang seni.

Generasi muda saat ini menciptakan suatu keadaan dimana bekerja dan bermain adalah sebuah kesatuan. Kegembiraan dan juga produktifitas juga merupakan visi dalam kolektif ini. Bermain, berkarya, bekerja menciptakan seni kini. Bila karya rupa juga sebagai bahasa bagi senimannya, maka ada penanda lain yang berbeda dari subjek perupa.

Menurut Citra Pratiwi, ketidaksadaran terstruktur yang kerap muncul dalam karya dari Kelompok Omnivorart, memainkan peranannya dalam menciptakan identitas kolektif. Oleh karena kondisi ketidaksadaran tidak mungkin diakses sepenuhnya, yang terlihat hanya sebuah bentuk-bentuk simbol dalam karya setiap anggota di kolektif tersebut.

“Seniman di dalam Kelompok Omnivorart memiliki simbol yang khas dalam usaha mereka menciptakan karya seni rupa. Keterbukaan mereka dengan laju seni rupa global menjadi sebuah kompas bagi kolektif itu untuk terus berhasrat atas kekinian yang mereka sandang dan ditampakan. Hasrat muda bagi generasi rupa milenial: work + play = Art Now!” pungkasnya. (M.Wuryani/Antok Wesman).