Event

GAUNG 2025, Festival Multifaset Kolektif Musik Elektronik dan Eksperimental, Di KOMUNITAS GAYAM 16 Yogyakarta

GAUNG 2025, Festival Multifaset Kolektif Musik Elektronik dan Eksperimental, Di KOMUNITAS GAYAM 16 Yogyakarta

GAUNG 2025, Festival Multifaset Kolektif Musik Elektronik dan Eksperimental, Di KOMUNITAS GAYAM 16 Yogyakarta

Impessa.id, Yogyakarta: GAUNG merupakan proyek yang didirikan tahun 2024 oleh tiga produser dan seorang kurator berbasis di Yogyakarta: Ari Wulu, Andreas Siagian, dan Wok The Rock. Ketiganya aktif di skena musik elektronik dan eksperimental sejak akhir 1990-an lewat kolektif-kolektif musik: Gayam 16, Instrumentasia, dan Yes No Klub. Di tahun 2025, penyanyi-penulis lagu dan peneliti Leilani Hermiasih bergabung tim programming. Keempatnya bekerja bersama dalam mengarahkan GAUNG.

Dalam Press Conference, bertempat di Komunitas Gayam 16, Mangkukusuman GK 4 No. 1513 Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta, pada Selasa (6/5/2025), menghadirkan narasumber, Ari Wulu, Leilani Hermiasih, Andreas Siagian dan Wok The Rock, terungkap bahwa GAUNG, a Powerfull Supply and Network Station for Electronic Music, dirancang sebagai catu daya dan stasiun jaringan kerja bagi dunia musik elektronik yang dinamis yang dioperasikan dalam bentuk festival musik.

“Bekerja secara modular, GAUNG memberdayakan dan menghubungkan komunitas, inisiatif, dan projek musik untuk secara kolektif menyelenggarakan penelitian, seminar, lokakarya, pertunjukan dengan beragam skala dan bentuk di berbagai lokasi di Yogyakarta. Platform kerja ini bertujuan untuk memperkuat jaringan kerja budaya yang berkelanjutan, dengan mengadopsi model kerja gotong-royong,” ungkap Ari Wulu.

Berikut agenda yang diusung terdiri dari;

1. Gaung Ignition pada 27 Juli 2024

Program perkenalan dalam bentuk presentasi dan sosialisasi tentang GAUNG. Program itu diiringi dengan pertunjukan musik skala kecil menampilkan beberapa talent dari skena musik elektronik.

2. Gaung Rumakit pada 14 Maret 2025

Ajang kenduri dan musyawarah bersama organ-organ skena musik elektronik dan eksperimental yang merupakan rekan kerja dan belajar bersama dalam mengelola rangkaian linimasa program Gaung.

3. Gaung RTFM pada 6-7 Mei 2025

Program diskusi publik dengan ragam model: ceramah, percakapan, debat, ataupun musyawarah, sebagai pelatar pengembangan diskursus relevan di skena musik elektronik dan eksperimental.

4. Salon Gaung pada 7-11 Agustus 2025

Program lokakarya yang berfokus pada pengembangan keterampilan teknis produksi audio, penciptaan karya, hingga tata kelola. Program ini dirancang selaras dengan pemikiran kritis dan berpeluang memberikan kontribusi langsung di komunitas.

5. Gaung Gumaung pada 10-17 Agustus 2025

Sebuah selasar modular yang mengamplifikasi seri konser musik, pelatar berjejaring, pameran, ruang dengar, dan pasar tiban. Program ini digelar selama 7 hari bekerjasama dengan beragam rekan kolektif.

“GAUNG RTFM 2025 merupakan program diskusi publik yang dapat berformat ceramah, percakapan, debat, ataupun musyawarah. Program ini dirancang sebagai ruang pengembangan diskursus relevan di skena musik elektronik dan eksperimental. RTFM sendiri merupakan singkatan dari ujaran “Read The F**ing Manual” yang dilontarkan oleh anggota forum-forum online dalam diskusi tentang pengoperasian instrumen. Manual, dalam konteks GAUNG RTFM, tidak lagi berupa peraturan ketat dari produsen, tapi juga terwujud melalui diskusi kolektif publik yang kontekstual mencakup praktik produksi musik, pengolahan suara, hingga edukasi,”. Jelas Wok the Rock.

Gaung RTFM edisi perdana 2025 menampilkan empat topik yang diselenggarakan selama dua hari. Topik yang disampaikan meliputi konsep penciptaan musik kontemporer, pengelolaan sound dalam pertunjukan, sejarah musik elektronik, dan edukasi alternatif di era internet. Program ini terbuka untuk umum dengan jumlah terbatas.

Acara GAUNG RTFM 2025 berlangsung pada Selasa dan Rabu, 6-7 Mei 2025:

Untuk Selasa, 6 Mei 2025

Sesi 1: pukul 16.00-17.30 WIB

Personalisasi Antarmuka: Cara Baru Penciptaan Musik Digital

Pembicara: Rully Shabara

Moderator: Wok The Rock

Sesi 2: pukul 18.00-19.30 WIB

Pengelolaan Sound dalam Pertunjukan Musik Elektronik

Pembicara: Pak Ting

Penanggap: Ari Wulu

Untuk Rabu, 7 Mei 2025

Sesi 1: pukul 16.00-17.30 WIB

Diskusi Buku Forensik Synthesis: Catatan Awal Linimasa Synthesizer Indonesia 1973-1995

Pembicara: Lintang Radittya

Penanggap: Leilani Hermiasih

Sesi 2: pukul 18.00-19.30 WIB

Pengetahuan Siapa? Sintesis Bunyi dan Edukasi Mandiri

Pembicara: Jesslyn Juniata

Penanggap: Andreas Siagian

Personalisasi Antarmuka: Cara Baru Penciptaan Musik Digital

Selasa, 6 Mei 2025, pukul 16.00-17.30 WIB

Pembicara: Rully Shabara

Moderator: Wok The Rock

Rully Shabara memaparkan konsep dan pandangannya mengenai penggunaan teknologi digital dalam penciptaan musik dalam sesi dengan format ceramah ini. Rully juga akan menunjukan percobaan-percobaannya dalam menciptakan instrumen bertenaga AI dan algoritma. Percobaan ini dikembangkan dengan antarmuka yang ramah untuk sintesis sampel suara, pembuatan pola, personalisasi efek, hingga penghasilan suara secara digital yang kemudian dapat digunakan dalam penciptaan musik. Dalam uji cobanya, Rully selalu mengutamakan penggunaan alat dan sumber bebas dan terbuka yang dapat digunakan oleh siapapun.

Profil Narasumber

Rully Shabara adalah seniman vokal yang mengeksplorasi suara manusia dan Bahasa sebagai medium seni. Selama lebih dari dua dekade, ia menginisiasi berbagai proyek konseptual, termasuk sebagai vokalis duo avant-garde Senyawa dan band rock eksperimental Wusa. Ia menciptakan ekosistem spekulatif Khawagaka, entitas digital XHABARABOT, serta sistem vokal improvisasi Raung Jagat. Salah satu pelopor platform musik improvisasi Kombo Lab ini juga menjadi mentor Forecast 7 di Berlin. Rully aktif berkolaborasi dengan seniman dunia seperti Keiji Haino dan Hildur Guðnadóttir, serta tampil di Lincoln Center dan Primavera Festival. Karyanya telah diulas oleh The New York Times, Rolling Stone, dan The Wire.

Wok The Rock adalah seniman yang bekerja dalam lingkup seni rupa, musik, dan relasi sosial. Wok tertarik mengembangkan kerja seni lintas bidang dalam ranah populer dan eksperimental sebagai upaya penciptaan ekosistem yang mandiri, kritis, terbuka, dan berkelanjutan.

Tata Kelola Sound dalam Pertunjukan Musik Elektronik

Selasa, 6 Mei 2025, pukul 18.00-19.30 WIB

Pembicara: Eko Pak Ting

Penanggap: Ari Wulu

Dalam sesi ini, Pak Ting membahas pengelolaan tata suara dalam pertunjukan music elektronik, khususnya di ruang terbatas. Pembahasan teknis ini akan mencakup beberapa hal, seperti: bagaimana proses instalasi sistem tata suara, seperti apa alur sinyal audio dalam reproduksi bunyi sesuai instrumen musik elektronik, hingga bagaimana karakteristik speaker yang sesuai untuk pertunjukan musik elektronik di ruang terbatas. Pak Ting juga akan memberikan demonstrasi penggunaan tata suara dengan instrumen elektronik dan elektroakustik, untuk menunjukkan pengalaman praktis tentang teknik dan solusi yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi pertunjukan.

Profil Narasumber:

Eko “Pak Ting” Supriyanto adalah sound engineer dan pendidik audio dengan pengalaman profesional lebih dari 25 tahun di studio, panggung, dan instalasi permanen. Lulusan Diploma of Music Industry – Melbourne Polytechnic ini memulai karier sebagai in‐house engineer Alamanda Recording (1996), mencatatkan rekam‐jejak penting pada album 507 dan Menentukan Arah (Sheila on 7) serta trilogi Kembali Berdansa, Bersinar, Putra Nusantara (Shaggydog). Sejak 2004 ia menjadi front‐of‐house Shaggydog, mengawal konser dari Soundrenaline hingga panggung resmi SXSW Austin dan Darwin Festival. Di bidang pendidikan, Pak Ting mendirikan Jogja Audio School (2012) dan mengajar di Enter Audio House Bandung (2019‐2022). Portfolionya meliputi instalasi sistem suara untuk GKI Gejayan, Alana Hotel Convention Center, sampai Marabunta Semarang.

Ari Wulu adalah musisi elektronik asal Yogyakarta yang dikenal sebagai midiJUNKIE atau WVLV. Sejak 2009, aktif mengelola Yogyakarta Gamelan Festival bersama keluarga dan Komunitas Gayam 16. Saat ini aktif sebagai produser dan direktur kreatif di berbagai proyek seni dan festival.

Diskusi Buku Forensik Synthesis: Catatan Awal Linimasa Synthesizer Indonesia 1973-1995

Rabu, 7 Mei 2025, pukul 16.00-17.30 WIB

Pembicara: Lintang Radittya

Penanggap: Leilani Hermiasih

Buku Forensik Synthesis merupakan hasil penelitian dan pengarsipan independen Lintang Radittya sejak tahun 2018. Penelitian Lintang melacak kehadiran synthesizer dalam berbagai tradisi musikal di Indonesia sejak tahun 1960-an; baik dalam musik populer, produksi film dan kebutuhan lainnya, hingga pembuatan instrumen synthesizer DIY. Selain menghimpun data dari arsip lama, video, film, rekaman audio, dan wawancara, Lintang juga menghadirkan data dari blog-nya Sensus Sintesis. Aneka data tersebut dihadirkan sebagai pembanding terhadap narasi sejarah yang telah lebih dulu mapan, sekaligus membuka ruang bagi spekulasi. Dalam diskusi ini, kita akan membincangkan dan merefleksikan cara-cara pengumpulan-pengolahan arsip dalam konteks penulisan sejarah kolektif.

Profil Narasumber:

Lintang Radittya adalah seorang seniman dan perakit instrumen bunyi. Ia tertarik pada elektronik analog, futurisme Jawa (lokal), serta persilangan antara musik eksperimental, noise, dan elektroakustik. Sejak 2017, ia aktif mengorganisasi lokakarya, pameran, pertunjukan, dan merakit instrumen. Pada 2011, ia memulai Kenali Rangkai Pakai, sebuah proyek yang berfokus pada riset dan pengembangan synthesizer independen. Buku perdananya Forensik Synthesis, tentang sejarah dan kartografi synthesizer di Indonesia, diluncurkan di bulan Mei 2025.

Leilani Hermiasih (Lani), adalah seorang peneliti dan penulis lagu yang tinggal di Yogyakarta. Saat ini ia sedang berjuang menyelesaikan disertasinya tentang transmisi rasa di kalangan pemain gamelan akademis, selagi bermusik di Frau dan berkegiatan bersama kolektif Perempuan Komponis: Forum & Lab.

Pengetahuan Siapa? Sintesis Bunyi dan Edukasi Mandiri

Rabu, 7 Mei 2025, pukul 18.00-19.30 WIB

Pembicara: Jesslyn Juniata

Penanggap: Andreas Siagian

Dalam diskusi ini, Jess ingin berbagi praktik dan pendekatan edukasi musik elektronik menggunakan media sosial. Melalui cerita-cerita Jess tentang latar belakang kanalnya, Belajar Synth, dan strateginya merancang konten edukasi, kita diajak untuk mengkritisi relasi antara akses, gender, dan hierarki pengetahuan dalam komunitas dan forum edukasi music elektronik. Anggota komunitas musik elektronik dan noise yang hadir pun bisa ikut berefleksi tentang cara-cara berbagi pengetahuan teknis dengan lebih kontekstual dan membumi.

Profil Narasumber:

Jesslyn Juniata adalah musisi, penulis lirik, dan produser yang aktif mengeksplorasi hubungan antara musik dan teknologi. Sejak lulus dari Konservatori Musik UPH dengan fokus sound design, ia aktif bermusik lewat proyek solo Lotus from Jakarta dan duo elektronik Jeslla, serta memproduksi berbagai proyek musik komisioner lewat Jessphillia Studio. Pengalamannya meliputi kerja lintas disiplin, dari musik dokumenter hingga music anak, dengan semangat kolaborasi dan inovasi audio sebagai prinsip utama. Sebagai mantan APAC Product Specialist untuk Arturia, Jesslyn aktif memperkenalkan dunia synthesizer ke audiens yang lebih luas. Perjalanannya memainkan, mempelajari, dan mempromosikan instrumen synthesizer mendorongnya untuk membuat kanal edukasi @belajarsynth.

Andreas Siagian adalah seorang seniman dan pembuat instrumen bunyi elektronik berdomisili di Yogyakarta. Dia aktif dalam inisiasi dan penyelenggaraan acara di ranah alternatif, khususnya di bidang musik eksperimental dan pembuatan instrumen bunyi berbasis elektronik. (Diendha Febrian-Gaung/Antok Wesman-Impessa.id)