Feature

Pakai Aplikasi SnackVideo, Konten Kreator Natalino Mella Populerkan Teknik Main Sasando 10 Jari

Pakai Aplikasi SnackVideo, Konten Kreator Natalino Mella Populerkan Teknik Main Sasando 10 Jari

Pakai Aplikasi SnackVideo, Konten Kreator Natalino Mella Populerkan Teknik Main Sasando 10 Jari

Impessa.id, Yogyakarta: Apakah anda tahu Sasando? Sasando adalah alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur -NTT. Terbuat dari bambu, daun lontar, kayu, dan senar string, Sasando dimainkan dengan cara dipetik dan memiliki suara yang begitu merdu.

Mungkin, jika dibandingkan dengan alat musik tradisional Indonesia lainnya, seperti Angklung, Kulintang, Gendang, atau Bonang, Sasando kurang populer. Meskipun begitu, bukan berarti tak ada generasi muda yang memiliki niatan untuk mempopulerkan Sasando. SnackVideo menceritakan tentang anak muda Indonesia yang menjadi inspirasi karena upayanya untuk mempopulerkan Sasando.

Ia bernama Natalino Mella, pemuda asal Kupang, NTT, memiliki cara unik untuk memperkenalkan Sasando, yaitu dengan menciptakan teknik 10 jari. Hal yang tak lazim karena Sasando biasanya dimainkan hanya dengan enam jari saja, tapi berkat teknik 10 jari, memainkan Sasando menjadi lebih mudah. Nah, Sasando dan teknik 10 jari itu Natalino tampilkan lewat SnackVideo, salah satu platform video pendek yang tengah hits saat ini.

Ekspresikan Kecintaan Pada Alat Musik Tradisional

Natalino diperkenalkan dengan Sasando oleh kakaknya dan setelah itu, ia belajar secara otodidak. Mulai dari 2008, Natalino akhirnya menekuni Sasando secara serius. Awalnya Natalino kesulitan, namun karena pada dasarnya ia sudah memahami musik, maka ia bisa dengan cepat menguasai Sasando.

Ketertarikan Natalino terhadap Sasando memberikannya kesempatan untuk mengikuti pertukaran pemuda di program Ship for Southeast Asian Youth Programme -SSEAYP, yang merupakan program kerja sama antara Kemenpora dengan pemerintah Jepang dan ASEAN, di Jepang pada 2008.

Kesempatan itu Natalino manfaatkan untuk melakukan pertunjukan Sasando. Rupanya, partisipan program tersebut yang berasal dari berbagai negara terpukau dengan suara Sasando yang Natalino petik. Tak hanya itu, mereka bahkan ingin mengetahui lebih lanjut mengenai Sasando dan ingin belajar dari Natalino.

Momen di Jepang itu rupanya memberikan ide baru bagi Natalino. “Setelah pulang dari Jepang, saya berpikir, bagaimana ya caranya membuat Sasando lebih mudah dimainkan? Dari situ, saya mencoba mendesain ulang alat musik Sasando dan menciptakan teknik permainan dengan 10 jari sehingga lebih mudah untuk menjangkau nada-nada sulit,” tukas Natalino.

Hingga kini, Natalino sudah mengajarkan teknik 10 jari kepada 100 muridnya. Selain membuka tempat kursus privat Sasando sejak tahun 2015, ia juga membuka toko online yang menjual alat musik Sasando hasil modifikasinya hingga ke mancanegara.

Melalui sentuhan modern Natalino terhadap Sasando buatannya, ia berharap Sasando bisa terlihat lebih elegan dan menarik bagi anak muda, khususnya di masa kini. 

Bawa Sasando Lebih Populer lewat SnackVideo

Selain berinovasi dengan teknik permainan, Natalino juga memiliki cara lain untuk mempopulerkan Sasando, yaitu dengan mengunggah permainannya ke SnackVideo. “SnackVideo adalah platform yang tepat untuk memperkenalkan Sasando karena antusiasme audiensnya yang tinggi. Banyak yang berkomentar bahwa mereka baru mengetahui adanya Sasando setelah menonton video saya,” ujar Natalino.

Dalam video nya, Natalino kerap mengunggah permainan Sasando yang apik dengan lagu-lagu populer baik lokal seperti “Itu Aku” dari Sheila On 7, maupun internasional seperti “Homesick” dari Dua Lipa. Dalam membuat satu video, Natalino mengaku butuh waktu kurang lebih dua sampai tiga jam. Waktu tersebut ia gunakan untuk menemukan lagu yang akan dimainkan, merekam, hingga editing.

Dedikasi Natalino itu berbuah manis. Akunnya di SnackVideo sudah diikuti sebanyak lebih dari 10.000 orang. Melalui video-videonya, Natalino berharap generasi muda Indonesia menjadi lebih tertarik untuk menekuni Sasando sehingga alat musik tradisional Indonesia bisa terus lestari. (Josephine Beata Mattovana/Antok Wesman-Impessa.id)