Kustomfest 2018 Di Jogja Expo Center, 6-7 Oktober, Hadirkan Pesawat Terbang Kustom Pertama Karya Anak Bangsa

Kustomfest 2018 Di Jogja Expo Center, 6-7 Oktober, Hadirkan Pesawat Terbang Kustom Pertama Karya Anak Bangsa
Impessa.id, Yogyakarta, 2 Oktober 2018. Memasuki bulan Oktober, pecinta kustom kulture di Tanah Air dan mancanegara, kembali disuguhkan sebuah acara yang menjadi barometer perkembangan kustom kulture di Indonesia, the-7th Annual Indonesian Kustom Kulture Festival Kustomfest 2018 bertema “Color of Difference”, pada Sabtu dan Minggu, 6-7 Oktober 2018 di gedung Jogja Expo Center Indoor dan Outdoor, dengan tiket masuk 60-ribu rupiah.
Direktur Kustomfest Lulut Wahyudi, didampingi Kepala Museum TNI AU Dirgantara Mandala Kolonel Sus Drs. Dede Nashrudin, dan General Manager GAIA Cosmo Hotel, Ivan Andreas, dalam Pers Conference dipandu Aan Fikriyan, di GAIA Cosmo Hotel Yogyakarta, Selasa (02/10/18) menjelaskan bahwa tahun ini Kustomfest mengambil tema “Color of Difference” yang memiliki makna kuat mengenai warna yang ada di dunia kustom. “Kustomfest mengangkat tema tersebut untuk mengingatkan bahwa dunia kustom ini memiliki banyak sekali aliran kustom. Setiap aliran tersebut memiliki ciri khas dan keistimewaannya masing-masing, inilah yang membuat dunia kustom menjadi bervariasi dan menjadi sangat indah.” ujar Lulut Wahyudi.
Usai penandatanganan MoU kerjasama antara pihak Gaia Cosmo Hotel dengan Kustomfest 2018 yang dilakukan oleh Direktur Kustomfest Lulut Wahyudi dan Ivan Andreas selaku General Manager Gaia Cosmo Hotel, GM Gaia Cosmo Hotel Ivan Andreas menyatakan rasa bangganya atas dipilihnya hotel yang dia kelola menjadi Official Partner Kustomfest 2018.
Kustomfest 2018 Color of Difference, secara khusus menghadirkan sebuah pesawat terbang bersejarah milik TNI AU “RI-X WEL” (Republik Indonesia Eksperimen, Wiweko Eksperimental Lightplane), pesawat pertama karya anak bangsa yang kini dipajang di Ruang Kronologi, Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala Yogyakarta.
Pesawat yang dibuat hanya dalam waktu 5 bulan oleh Biro Rencana dan Konstruksi pada tahun 1948 di Pangkalan Udara Maospati (Sekarang Lanud Iswahjudi). Setelah melalui serangkaian uji terbang, WEL-1 RI-X melakukan penerbangan sejauh 200 Kilometer dari Maospati Madiun menuju Maguwo Yogyakarta (sekarang Lanud Adisutjipto) dengan pilot penerbang Suhanda, untuk dipertunjukkan pada pameran penerbangan di Yogyakarta yang pada waktu itu dibuka oleh Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno.
Kepala Museum TNI AU Dirgantara Mandala, Kolonel Sus Drs. Dede Nashrudin menuturkan. “Kesuksesan para pendahulu tersebut membawa pesan bagi generasi muda millennial yang bergelut dengan dunia kustom, ternyata bangsa Indonesia memang memiliki bakat sebagai bangsa kustom. Makna terkuat dari keberhasilan itu adalah, jadilah generasi yang tetap memiliki spirit untuk tidak menyerah dengan segala keterbatasan,” jelasnya.
Sebagai bentuk peneladanan kepada pendahulu yang telah berhasil membuat pesawat tersebut, Lulut Wahyudi, Director Kustomfest, menyegarkan pesawat “RI-X WEL dengan merestorasi beberapa bagian pesawat yang rusak, di bengkel Retro Classic Cycles, seperti bagian Skin di bagian sayap dan fuselage dan juga memperbaiki sektor warna karena sudah kusam termakan usia.
“Mesin sudah diperbaiki, menggunakan satu mesin motor Harley Davidson WL berkubikasi 750cc buatan tahun 1925 sehingga menjadi pesawat terbang kustom pertama di Indonesia. Pesawat ini tetap menggunakan rangka badan dari besi dan airfoil sayap dari kayu. Kulit pesawat 80% menggunakan Kain Blacu dan Aluminium dibagian engine cowling. Setelah direstorasi oleh Retro Classic Cycles, pesawat “RI-X WEL” diboyong ke arena Kustomfest 2018.
Pesawat ringan berawak tunggal bersayap tinggi “RI-X Wel” bermesin Harley Davidson 1928 2 Silinder; berkapasitas mesin 750 cc, berkekuatan 20 PK, dibuat oleh Kapten Wiweko Soepono dari Biro Rencana dan Konstruksi AURI Seksi Percobaan Pembuatan di tahun 1948. Spesifikasi pesawat terbang RI-X WEL, Panjang 5.05 meter, Bentang Sayap 9.00 meter, Tinggi 2.40 meter, menggunakan konstruksi kombinasi kayu dan kerangka besi, dengan kulit blacu, memiliki berat kosong 263 Kg, memiliki kecepatan jelajah 85 Km/jam.
Banyak hal menarik selama dua hari Kustomfest 2018 berlangsung, selain Kustom Bike Show, Hot Rod & Custom CarShow, Pinstripe Carnival, Body Art Show, Art Island, Kustom Bicycle, Diecast Show, Photo Contest, Stuntrider, BMX & Skate Arena, Junkyard dan Paint Battle, pengunjung dihibur oleh The SIGIT, Deadsquad, Shaggydog, The Hydrant, Death Vomit berkolaborasi dengan JogjaRockarta dan band-band indie. Kejutan lain berupa Australian Holden Highlight kerjasama dengan Jogja Holden Day, memorabilia jaman ke-emasan mobil merk Holden di kota-kota besar di Indonesia. Selanjutnya Airplane Graffiti oleh Al Squad Yogyakarta yang akan menorehkan cat warna-warni pada pesawat terbang.
Kemudian Meet n Greet dengan legenda Scateboard Amerika, Steve Caballero, yang menurut Lulut Wahyudi untuk pertamakalinya dia ke Indonesia dan langsung ke acara Kustomfest Jogja. Indonesia Attack! Setelah sukses di event dunia Yokohama Hot Rod Festival 2018 dimana dua karya anak bangsa dari delapan yang ikut di ajang tersebut, memperoleh Awards, yang berarti kemampuan builder Indonesia sudah diakui dunia. Tindak lanjutnya, pihak penyelenggara di Jepang kini memberi kuota 10 motor kustom Indonesia yang diikutkan di Yokohama Hot Rod Festival 2019, dengan proses seleksinya dilakukan sendiri oleh Shige Suganuma dari Mooneyes Inc.
Perhelatan akbar Kustomfest 2018 dihadiri 12 tamu VIP yakni orang-orang hebat kelas internasional di dunia kustom dari Amerika Serikat, Jepang, Finlandia, dan Australia, diantaranya, Yaniv Evan dari power Plant Motorcycles, Kaihiroh Kurosu dari Cherry’s Company, Hideki Hoshikawa dari Asterik Custom Works, Christian Sosa dari Sosa Sosa Metalworks, Masa dari Luck MC, Hiro “Wildman” Ishi, The Nash, Eero Kumanto dari Finlandia yang terkenal dengan miniatur mobil kustom-nya, Cynar, Chopper Journal, Fuel Tank, Burnout Magazine, Return of café Racer dan Pipeburn. (Tok)