Ekonomi-Bisnis

Jogja International Batik Biennale 2018 Roadshow Di Bantul, 31 Agustus Hingga 2 September

Jogja International Batik Biennale 2018 Roadshow Di Bantul, 31 Agustus Hingga 2 September

Jogja International Batik Biennale 2018 Roadshow Di Bantul, 31 Agustus Hingga 2 September

Impessa.id, Jogja : Dalam upaya mendukung Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia, maka dihelat Jogja International Batik Biennale – JIBB 2018, sebagai hasil evaluasi JIBB 2016 dan kini digelar road-show di empat Kabupaten dan Kota Yogyakarta se Daerah Istimewa Yogyakarta, dimulai dari Gunung Kidul pada Juli, kemudian di Sleman dan di Bantul selama tiga hari, pada 31 Agustus hingga 2 September, kemudian berlanjut di Kulon Progo dan berakhir di Kota Yogyakarta pada 2 hingga 6 Oktober 2018.

Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Bantul Sulistiyanto kepada wartawan, Rabu (28/08/18) menuturkan, di Bantul memiliki banyak perajin Batik, tercatat 2.200 pelaku Batik yang tersebar di 10 sentra kerajinan, dan Imogiri serta Pandak menjadi yang terbesar dalam jumlah pembatiknya, sedangkan di Jetis, Girimulyo mempunyai ke khas-an yaitu Batik Nitik.

“Selama tiga hari pelaksanaan Jogja International Batik Biennale 2018, dipusatkan di Gedung Pendhapa Parasamya Bantul, mulai Jum’at (31/08) pukul 10 pagi hingga 21.00 WIB sampai Minggu (02/09), terbuka untuk publik secara gratis,” tutur Sulistiyanto. Ragam kegiatan yang digelar yakni, Lomba Disain dan Fesyen Batik oleh disainer dan perajin Batik se Kabupaten Bantul, kemudian Bazaar dan Pameran Batik, Pertunjukan Hiburan, Workshop Ayo Membatik, serta Talkshow Batik.

Dewan Kerajinan Dunia, World Craft Council (WCC) telah menobatkan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia pada 18 Oktober 2014, di kota Dongyang, China. Dipilihnya Yogyakarta karena dinilai telah memenuhi tujuh kriteria dengan nilai baik, mencakup Nilai Historis, Orisinalitas, Regenerasi, Nilai Ekonomi, Ramah Lingkungan, Mempunyai Reputasi Internasional dan Mempunyai Persebaran Luas. 

Ketua Umum Panitia Pelaksana, Tazbir S.H., M.Hum, menjelaskan. “Perolehan gelar tersebut tentu patut disyukuri, sekaligus melahirkan kewajiban nyata bagi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk selalu menjaga dan menumbuh-kembangkan secara menerus ke-tujuh kriteria tersebut, juga menunjukkan kepada masyarakat Indonesia mau pun khalayak dunia bahwa predikat itu memang pantas disandang,” jelasnya. 

Menurut Tazbir, Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2018 yang puncaknya akan berlangsung pada tanggal 2- 6 Oktober 2018 di Yogyakarta, bertujuan selain memberikan kontribusi bagi pengembangan batik di Indonesia, juga kesempatan untuk mengangkat tradisi batik ke tingkat dunia.

Ketua Dekranasda DIY, Gusti Kanjeng Ratu Hemas menambahkan, “Jogja International Batik Biennale 2018 dengan tema Innovation for Sustainable Future, merupakan salah satu bentuk tanggung jawab kita bersama atas gelar Yogyakarta World Batik City. Event internasional yang akan dihadiri oleh peserta dari berbagai penjuru dunia yang mengadakan berbagai diskusi dan kunjungan seni batik serta seni kerajinan. Event ini diharapkan membuka mata dunia bahwa Indonesia memiliki potensi budaya, seni dan ekonomi dan juga tingkat pendidikan yang setara dengan negara maju,” ungkap GKR Hemas.

Dalam pada itu, Ketua Kurator JIBB 2018, Dr. Suwarno Wisetrotomo, M.Hum menekankan bahwa JIBB 2018 merupakan selebrasi kita semua, perajin, pengguna, pengamat, pengkaji, dan masyarakat  tentang dunia batik. Termasuk perayaan bagi para pelintas batas batik. Di samping itu, sama pentingnya adalah produksi pengetahuan terkait dengan perkembangan dunia batik.

“Melalui event ini, diharapkan JIBB 2018 menjadi peristiwa apresiasi sekaligus edukasi bagi masyarakat luas. Sehingga batik, kekayaan budaya bangsa, sebagai salah satu artefak budaya yang terus bergerak menemukan makna-maknanya yang baru, menjadi nyata adanya,” jelasnya. (Tok)