Kelompok Cerobong Art Gelar Pameran Seni Rupa OTW Di Hotel Melia Purosani Yogyakarta
Impessa.id, Yogyakarta: Kelompok Cerobong Art Yogyakarta menggelar 31 karya dua dimensi dan lima karya tiga dimensi, dalam pameran seni rupa “On The Way” di Hotel Melia Purosani Jalan Mayor Suryotomo nomor 31, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta, pada 9 Desember 2023 hingga 9 Januari 2024.
Peserta pameran masing-masing, Ahmad Hendra Harmoko, Alperd Roza, Andre Wijaya, Anang Asmara, Arif Widarto, Aslam Tabah, Astuti Kusumo, Bambang Wisnu W, Bang Toyib, Bonny Setiawan, Bowo Purwadi, Denny Saiful Anwar, Eko Penyo, Ekwan Marianto, Ernanta Item, Faisol Nurrohman, Fatah Ht, Giring Prihatyasono, Gesito Arhant, Hani Santana, Harun Ak, Heru Siswanto, Hono Sun, Klowor Waldiyono, M. Aris, Martono, Maslihar Panjul, Meri Suska, Mochamad Yakub, Nasirun, Sabar Jambul, Sidiq Kurniawan, Tantar Matano, Tumariyanto, Widya Sri Sucihati, dan Yuniarto Inoel.
Arif Widarto selaku koordinator Komunitas Cerobong.Art menjelaskan, “Kelompok Cerobong Art lahir pada 2013, dengan gelaran pameran perdana bertempat di Galeri Biasa Suryodiningratan dengan tema “Ruang dan Harapan” sebagai ruang berekspresi dan menggambarkan sebuah harapan besar untuk berkiprah. Dari sanalah kami terus mematangkan diri, sepakat dan kesepakatan untuk membuat Kelompok Cerobong, representatif dari simbol berdirinya sebuah pabrik ataupun sebuah usaha dimana kami para seniman bekerja dan berkarya. Alhamdulillah kali ini kami mendapat kesempatan menggelar pameran di Hotel Melia Purosani. Ini suatu kebanggan yang besar bagi kami, berpameran sebagai ajang komunikasi dan ajang apresiasi juga ajang koleksi. Tema OTW -On The Way, sangat menarik, inspiratif, yaitu proses perjalanan menuju satu titik, dimana perjalanan itu akan sampai. Harapannya dengan OTW seniman bisa lebih semangat lagi.”
Dalam pada itu, General Manager Hotel Melia Purosani Yogyakarta, Erick Indra Gunadi menyambuit hangat kehadiran para seniman dan sebagai tuan rumah sangat bangga atas kepercayaan yang diberikan rekan-rekan seniman sehingga bisa berkolaborasi untuk memamerkan hasil karya seni yang sudah dibuat, guna mendapatkan manfaat yang luar biasa,
Disela-sela pameran berlangsung, GBPH Yudhaningrat kepada Impessa.id menuturkan, “Saya sangat bangga sekali atas ketelitian para seniman-seniwati khususnya seniman lukis, yang selalu menorehkan lukisannya untuk masyarakat dan juga para kolektor yang tetap menyenangi lukisan-lukisan yang memang mereka sudah lama tekuni. Semoga dengan adanya pameran seperti ini yang terus-menerus memberikan nuansa yang baik pada masyarakat khususnya DIY untuk bisa lebih merujuk dengan hati yang tenang dan jjuga senang,” tuturnya.
Pelukis perempuan Hani Santana: saat ditemui Impessa.id mengungkapkan bahwa karya lukisannya yang dipamerkan di Melia Purosani masih ada benang merahnya dengan pameran tunggalnya yang kedua bertema “Nyekar” di NW Art Space tahun 2022. “Perpindahan teknis dan pewarnaan, konsep, itu dari kejadian personal, waktu itu ayah sudah divonis tidak bisa disembuhkan, jadi saya sudah nyekar duluan di kanvas, ternyata hingga saat ini saya masih setia di konsep-konsep tersebut, karena menurut saya itu sebiah penemuan teknik dan rasa, bisa dibilang ideologis saya ada disitu, semua berkenaan dengan cinta. Terwakili oleh bunga,” aku Hani Santana.
“Setiap bunga, setiap kuntumnya selalu bercerita dari kanvas ke kanvas itu merasa apa yang sedang terwakilkan disitu tuh semuanya ada. Bahwa Hani Santana is a flower. Dalam setiap kuntum itu semua mewakili diri saya. Ternyata mengulik tentamg bunga itu berjuta story dan tiada habis. Saya kolaborasikan dengan nuansa dibawah laut, atau out space sekalian, apalagi NASA juga menemukan Rose di ruang angkasa. Next exhibition saya masih mengulik tentang bunga-bunga di Black Hole, tunggu aja. Terwakilkan dengan warna-warna hitam, karena hidup ini sangat misterius. Black is beauty bagiku, kesederhanaan, keberanian, elegancy dan humble,” ungkap Hani Santana.
Sementara itu, pelukis Bang Toyib menampilkan lukisan dengan visual bayi gadget. Kepada Impessa.id Bang Toyib mengatakan, “Dalam karya ini saya menampilkan sosok bayi telah memegang HP, itu saya presentasikan bayi itu sebagai anak kecil dan dari perkebangan sekarang teknologi begitu pesatnya. Ini diberi judul "SDD –Screen Depedency Disorder", ketergantungan kepada gadget, yang saya lihat itu sekarang anak-anak sudah mulai ketergantungan gadget, seperti yang saya utarakan di karya ini, lukisan saya kan tema-tema sosial, termasujk salah satunya ini, untuk ruang angkasa ini saya presentasikan kepada internet, kalau gak ada ruang angkasa gak mungkin jaringan internet bisa tersambung. Pesannya tergantung kita mau menggunakan HP itu bagaimana, kalau bijak itu menjadikan hal yang positif tapi kalau tidak bijak ya akan mengalami hal yang tidak baik. Sehingga bijak-bijaklah menggunakan HP,” pesannya.
Pelukis tamu Klowor Waljiono dengan karya bertemakan landcape kepada Impessa.id menjelaskan bahwa dirinya kali ini banyak mengambil visual gunung Merapi, “Ini semacam pesan moral bahwa kita hidup sebagai manusia itu, masih ada alam disitu, ada gunung, ada tumbuhan, ada makhluk yang lain, jadi kita tetap wajib untuk peduli dengan mereka, tidak boleh seenaknya sendiri dengan alam semesta, intinya bahwa kepedulian itu sangat penting, kepedulian dengan lingkungan, kepedulian dengan alam, peduli dengan binatang, bahwa itu juga makhluk selain manusia,” jelasnya.
Pelukis Panjul memajang karyanya berjudul “Lolipop”. Saat ditemui Impessa.id dirinya mengisahkannya. “Pengalaman sudah berkeluarga, punya anak, selalu suka dengan permen, kenapa permen itu sangat digemari oleh anak-anak, karena sweet-nya ya.. saya sebagai pelukis dan dianggap sudah berumur kenapa tidak membuat karya yang berwarna cerah, segar, seperti permen yang sweet, menggambarkan tentang kegembiraan, Pesannya untuk anak-anak millennial yang hati-hati saja, kadang-kadang yang manis-manis itu belum tentu baik,“ ujarnya.
Pelukis Yuniarto Inoel menampilkan lukisan ‘Ayam Jago’ berjudul “Waskito” yang menurutnya memiliki tanda-tanda lebih peka dibanding manusia. Pesannya kita itu harus saling memahami, sedangkan pelukis Sumartono dengan lukisannya berjudul “Mapan” menjelaskan kondisi pas mau istirahat, kondisi yang nyante. Warna cerah membawa ke arah ceria, biar terhibur dari berita-berita yang menyedihkan.
Kemudian pematung Ahmad Hendra H menampilkan karya tiga dimensi berjudul “Chair of Justice”, gambaran protes tentang hukum yang tumpul keatas dan tajam kebawah, “Orang yang punya backing-an itu lebih dimudahkan dalam pengurusan permasalahan yang ada, ketimbang orang awam yang tidak punya dukungan. Ini kritikan untuk dunia peradilan. Kalau adil itu semua akan senang,” ujarnya. (Feature of Impessa.id by Antok Wesman)