Feature

Pameran Seni Rupa Mantra Cinta, Karya 90 Perempuan, di Pendapa Art Space Yogyakarta, 4-11 Maret 2023

Pameran Seni Rupa Mantra Cinta, Karya 90 Perempuan, di Pendapa Art Space Yogyakarta, 4-11 Maret 2023

(Sebanyak 90 perupa perempuan bersama penulis, dan pemilik ruang pamer, pose bersama pada Pameran Seni Rupa Mantra Cinta, di Pendapa Art Space Yogyakarta, 4-11 Maret 2023. Foto: Impessa.id)

Impessa.id, Yogyakarta: Dr Hajar Pamadhi MA Hons. dalam pengantar katalog menuliskan bahwa kata Mantra menjadi tengara Pameran Lintas Batas Komunitas Perempuan dengan pembilangnya Cinta. “Mantra adalah doa, lantunan harapan dengan mengelola energi dan kekuatan batin. Cinta adalah kata yang hanya didengar dengan rasa, maka tidak kelihatan. Mantra cinta adalah ungkapan cinta dengan penuh harap menimbulkan vibrasi batin”, ujarnya.

Dikatakan, banyak perempuan menerjemahkan tajuk Mantra Cinta dengan visinya masing-masing, variasi gaya ungkap, ide penampilan maupun lamunan konsep yang kabur dari pandangan, tetapi nyata dalam penampilan karya seni rupa. Jika cinta adalah tresna, maka True love stories never have endings (Richard Bach).

("Jejak Kasih Seorang Ibu" karya Dwi Rahayuningsih, Perabot Jadul Rumah Tangga, 2023. Foto: Impessa.id)

Karya-karya dalam pameran adalah ekspresi cinta dengan ikon: bunga dan tanaman, wajah, binatang, jantung hati, perabot rumah tangga, tokoh pujaan maupun wayang. Ekspresi perempuan lebih realistic karena idola sebuah cinta dihadirkan dalam nuansa senang serta untuk membuat vibrasi hidup tersampaikan kepada pujaannya: Life is the flower for which love is the honey (Victor Hugo).

Pameran lintas batas Komunitas Perempuan di Pendopo Art Space Yogyakarta dipenuhi dengan energi doa agar vibrasi cinta seorang perempuan terhadap: seorang, pekerjaan, harapan, kesenangan, pertemanan, alam serta Tuhan. Mantra ini dilantunkan lewat garis, warna dan bentuk untuk menghasilkan vibrasi cinta.

("Have Principle", karya Laksmi Shitaresmi, Fiberglass Polyurerhane painted, plastic waste 60 x 60 x 6 cm, 2022. Foto: Impessa.id)

Menurut Dr Hajar Pamadhi, Mantra cinta divisualkan ke dalam 4 matra: (1) matra fisik, dimana pancaindra manusia sebagai media menangkap dan mengekspresikan ke dalam karya seni, (2) matra rasa, dengan memfokuskan membran seseorang terhadap mata sasar, (3) matra batin dilakukan melalui pengembaraan visi terhadap dunia dan lingkungan hidupnya perempuan, dan (4) matra wahana, dimana karya seni sebagai olahan bahan yang dibentuk melalui perenungan ujud cinta.

Wanita adalah sosok yang misterius. Ketika menyampaikan mantra; kadang diucapkan, diekspresikan, diluapkan sebagai kekesalan hidup maupun kesenangan hidup. Maka Nicholas Sparks mengatakan: Love is like the wind you can't see it but you can feel it. Ujud cinta adalah tersampainya isi batin dalam berbagai wujud.

("Gemebyar" karya Lully Tutus, Acrylic on Canvas, 150 x 120 cm, 2022. Foto: Impessa.id)

Sementara itu, Watie Respati selaku koordinator Lintas Batas Komunitas Perempuan bersyukur  kepada Allah pemilik keindahan abadi, pencipta kilau jutaan pijar warna, pemersatu rasa dalam indahnya karya rupa.

“Empat tahun sudah perjalanan komunitas lintas batas perempuan. Perjalanan yang lebih banyak sukanya dari pada dukanya, karena nawaitu dari di bentuknya komunitas ini adalah untuk menjalin silaturahmi. Mempererat hubungan antar perempuan dari lintas generasi, lintas profesi, lintas kota dan provinsi”, ungkap Wati Respati.

("Belantara Rindu" karya Watie Respati, Acrylic on Canvas, 140 x 110 cm, 2023. Foto: Impessa.id)

("Impian Yang Tercapai" karya Luwy Blaster, Acrylic on Canvas, 100 x 100 cm, 2022. Foto: Impessa.id)

("Hujan di Kota Jogja" karya Rina Kurniyati, Enamel on Glass, 25 x 40 cm, 2022. Foto: Impessa.id)

“Mantra Cinta adalah tema yang paling tepat untuk pameran kali ini. Doa yang mengandung unsur kekuatan gaib yang diharapkan mampu menembus langit. Dengan cinta semua pasti bisa. Salam tanpa batas. Mantra Cinta diikuti oleh 90 perempuan yang mampu membagi waktu antara rumah tangga, karier dan hobby serta hubungan sosial yang tetap terjaga”, imbuhnya. (Antok Wesman-Impessa.id)