Astuti Kusumo Gelar Pameran Tunggal Svarga Bhumi Di Santika Hotel Gunung Kidul, 12 Desember 2022 - 12 Januari 2023
Astuti Kusumo Gelar Pameran Tunggal Svarga Bhumi Di Santika Hotel Gunung Kidul, 12 Desember 2022 - 12 JanuariĀ 2023
Svarga Bhumi: Impresi Menggetarkan Sukma Alam Keindahan
Impessa.id, Yogyakarta: Sudjud Dartanto, Kurator Pameran Tunggal Astuti Kusumo bertajuk "Svarga Bhumi" meyebutkan bahwa Astuti Kusumo hari ini menjadi pelukis perempuan yang paling mendapat perhatian besar dari khalayak, karena melalui karya-karyanya, ia mampu menggambarkan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat modern.
Gunungkidul, sebuah kabupaten yang terletak di sisi selatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagian besar wilayahnya berupa perbukitan dan pegunungan kapur yang merupakan bagian dari Pegunungan Sewu. Kawasan pegunungan yang gersang, tetapi dibawahnya mengalir sungai-sungai yang menembus bebatuan di bawah tanah.
Adoh Ratu, Cerak Watu (Jauh dari Ratu, dekat dengan Batu) demikian orang-orang Gunungkidul memaknai kehidupannya, Astuti membalutnya dengan tema Svarga Bhumi, yang di tampilkan dalam pameran tunggalnya di Santika Hotel, Gunungkidul, dari tanggal 12 Desember 2022 hingga 12 Januari 2023.
Svraga Bhumi, yang bisa diartikan sebagai surganya bumi. Menggambarkan segala keindahan yang mampu kita tangkap di atas bumi ini. Ini yang coba diangkat Astuti Kusumo dan surga bumi yang menjadi titik sentral kali ini adalah Gunungkidul. Gunungkidul memiliki sejuta pesona alam.
Lukisan-lukisan Astuti Kusumo dalam tema ‘Svarga Bhumi’ (Keindahan Bumi) adalah lukisan yang meyakinkan bahwa kepekaan perupa dalam menangkap sukma alam keindahan dapat diungkapkan dengan kekuatan impresionistik, teknik pengungkapan ekspresi rupa melalui permainan komposisi warna dan garis dengan mempertimbangkan sensasi terpaaan cahaya.
Pada lukisan-lukisan Astuti, bentuk tidak ditinggalkan, bahkan yang menarik, bentuk justru mendapatkan kehadirannya yang berbeda dengan teknik pengungkapan naturalistik dan realistik. Berbeda pula dengan teknik pengungkapan seni botani yang mengejar akurasi bentuk yang presisi dengan objek alamiahnya, pada lukisan-lukisan Astuti, akurasi itu bergeser menjadi sebuah manifestasi atas kepekaan rasa artistik subjek yang mengamati objek.
Melihat karya-karya Astuti, teringat pada spirit romantikisme sejarah seni lukis Eropa dan di Indonesia di era Hindia Jelita (Moii Indie) beberapa abad silam, dimana pengaruh dan praktiknya masih terjadi sampai kini dengan segala variannya, gairah mengungkapkan momen dramatis secara artistik.
Dalam karyanya, Astuti menghidupkan momen debur ombak, hamparan laut, cara perbukitan beserta isinya menunjukkan dirinya, langit yang penuh makna, dan bahkan pada kesan gerak dinamis manusia-manusia yang hadir pada tepian pantai.
Dalam proses penciptaan karya lukis, keberhasilan seniman dalam melahirkan keputusan artistik diantaranya ditentukan oleh proses sublimasi, diartikan sebagai proses menghayati gagasan atau objek permenungan atau refleksi yang melebur.
Dalam lukisan-lukisan Astuti, peleburan ini ia dapati dengan cara melakukan pengamatan secara langsung, dan sebagai orang Jawa, Astuti, berada dalam kesadaran kosmologi keseimbangan dalam tatanan: manusia, alam dan semest dan alam menjadi titik tolak penghayatan Astuti.
Alam Gunungkidul oleh Astuti digetarkan dengan daya pesona artistic, ada kekuatan magnetik yang menggerakan sukma keindahan Gunungkidul hadir tampil dengan permainan cahaya, garis, kontras, irama dan ritme.
Melalui teknik melukis langsung, on the spot, lukisan-lukisan Astuti mengonfirmasi bahwa impresi atas pesona alam diperoleh melalui praktik mengamati secara langsung objek-objek alam. (Astuti Kusumo/Antok Wesman-Impessa.id)