Event

Prof. Yudian Wahyudi Beri Tausiyah di UGM, Ungkap Ragam Makna Syawalan

Prof. Yudian Wahyudi Beri Tausiyah di UGM, Ungkap Ragam Makna Syawalan

Prof. Yudian Wahyudi Beri Tausiyah di UGM, Ungkap Ragam Makna Syawalan

Impessa.id, Bulaksumur, Yogyakarta: Syawalan memiliki beragam makna spiritual, sosial maupun politik. Dalam tradisi keagamaan, syawalan diartikan sebagai bentuk penyucian diri untuk merontokkan dosa-dosa yang sifatnya horizontal atau hubungan antar manusia. Dalam sejarah praktik politik, syawalan yang dilabeli halal bi halal ditransformasikan oleh Soekarno sebagai menggalang persatuan di tengah beragam perbedaan aspirasi politik. Dalam konteks akuntabilitas, syawalan bisa diibaratkan sebagai momen kita untuk mempertanggungjawabkan prestasi kerja setahun sebelumnya dan memohon maaf kepada sesama atas kekurangan yang terjadi.

Demikian disampaikan oleh Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) RI, Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, ketika memberikan tausiyah dalam acara Syawalan Keluarga Alumni Fisipol Gadjah Mada (Kafispolgama), yang diselenggarakan Sabtu (21/5/2022).

"Bung Karno dulu mengenalkan syawalan ketika masa pasca kemerdekaan yang kita tahu sedang genting, artinya syawalan juga menjadi strategi diplomasi yang mampu merekonsiliasi kelompok yang sedang tidak harmonis untuk menjadi harmonis kembali. Hal yang penting juga esensi bermaaf-maafan sebagai aktivitas fundamental yang perlu dilakukan oleh segenap manusia untuk menjaga tali persaudaraan dan menghilangkan rasa pendendam, sehingga manusia terbebas dari sifat-sifat yang jelek seperti itu", tegasnya.

Melalui tradisi syawalan, harapannya akan lahir hikmah-hikmah yang baru, salah satunya adalah terjaganya tradisi guyub rukun. Melalui terminologi guyub rukun Prof. Yudian menjelaskan jika kata guyub diambil dari bahasa Arab yang artinya menurunkan ego sampa dititik normal. Sedangkan rukun berarti menciptakan harmoni yang membentuk sikap gotong rotong bagi masyarakat Indonesia.

Acara Syawalan dan Halalbihalal yang diselenggarakan Kafispolgama ini digelar secara hybrid setelah dua tahun tertunda akibat Pandemi Covid-19. Meski angka penularan sudah melandai, namun Panitia tetap menggunakan metode hybrid (luring dan daring) untuk mengantisipasi penularan Covid-19. Momen Syawalan juga untuk merayakan Idul Fitri serta menjadi ajang Silaturrahmi bagi seluruh civitas akademika Fisipol UGM. (Faiz Wafi/Antok Wesman-Impessa.id)