Tino Sidin dan Pesawat VT-CLA
Tino Sidin ketika aktif Pramuka membantu menolong korban musibah Pesawat Dakota VT-CLA yang jatuh ditembak pesawat tentara Belanda di Desa Ngoto Yogyakarta
Impessa.id, Yogyakarta: Kepala Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala – Kamuspusdirla Kolonel Sus Yuto Nugroho yang gemar menulis, menemukan ide sosok guru gambar Tino Sidin dan ternyata terkait dengan dunia permuseuman tepatnya Museum Ngoto, lokasi jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA karena ditembak Belanda, dan Tino Sidin ikut andil di lapangan, membantu para korban.
Berikut tulisan Yuto Nugroho yang diterima Impessa.id, Senin (21/02/2022);
Ya, bagus. Itulah kata pujian yang menjadi ciri khas Tino Sidin saat menunjukkan gambar kiriman dari anak-anak, penonton Televisi Repubik Indonesia (TVRI). Di era tahun 80-an, sang guru gambar itu selalu tampil di layar kaca setiap Minggu sore. Di stasiun televisi milik pemerintah, Tino Sidin hadir di Acara Gemar Menggambar. Sang guru gambar menyihir anak-anak untuk mengembangkan imajinasinya.
Memang, masyarakat mengenal Tino Sidin sebagai pelukis. Hasil karyanya tak terhitung jumlahnya. Namun siapa sangka, dalam catatan perjalanan hidupnya, tokoh yang lahir di Tebing Tinggi Sumatera Utara, 25 November 1925, menjadi salah satu saksi mata peristiwa ditembakjatuhnya pesawat VT-CLA.
Dikisahkan, di tahun 1946 Tino Sidin menginjakkan kaki di Jawa, menuju Yogyakarta. Di Ibu Kota Republik Indonesia pada waktu itu, Tino Sidin tinggal di rumah Ki Darmosoegito. Jiwa militer yang terbentuk sejak di Medan dilanjutkan dengan bergabung ke Tentara Pelajar Brigade 17, di samping sekolah dan mengurus kepanduan di Perguruan Taman Siswa.
Sore hari pada tanggal 29 Juli 1947, tiga pesawat Kitty Hawk Belanda dengan membabi buta menembak pesawat Dakota VT-CLA yang membawa bantuan obat-obatan dari Palang Merah Internasional untuk Palang Merah Indonesia. Pesawat Dakota yang terbang dari Bandar Udara Kalang Singapura menuju Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta itu jatuh terbakar di Desa Ngoto.
Pendahulu TNI Angkatan Udara seperti Komodor Muda Udara A. Adisutjpto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdurrachman Saleh serta Opsir Muda Udara Adisoemarmo, gugur. Begitu juga Pilot Alexander Noel Constantine, Co-Pilot Roy Hazelhurst, Bhida Rham, Ny. Noel Constantine dan Zainul Arifin, konsul dagang RI di Malaka. Hanya satu penumpang yang selamat, Abdul Gani Handonotjokro.
Saat kejadian, Tino Sidin sedang melatih kepanduan di Taman Siswa. Tino Sidin melihat dengan jelas Dakota terbakar di udara, melayang jatuh. Bersama anggota kepanduan, Tino Sidin menuju ke lokasi jatuhnya pesawat milik meskapai penerbangan India itu.
Melihat sebagian korban berkulit putih, masyarakat Desa Ngoto mengira, pesawat yang jatuh terbakar milik Belanda. Amuk massa hampir saja terjadi melihat Abdul Gani Handonotjokro. Beruntung Tino Sidin berhasil menenangkan massa. Daud Jusuf, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia di suatu kesempatan menuturkan, Tino Sidin termasuk orang pertama yang ikut menolong korban pesawat VT-CLA.
Kini di lokasi jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA berdiri Monumen Perjuangan TNI Angkatan Udara. Di sanalah Komodor Muda Udara A. Adisutjpto dan Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdurrachman Saleh dimakamkan bersama istri masing-masing.
Nama-nama yang menjadi korban jatuhnya pesawat VT-CLA diabadikan pada salah satu sisi tugu di Monumen Perjuangan TNI AU itu. Di ujung selatan areal parkir Monumen Perjuangan TNI AU, replika bagian ekor pesawat Dakota VT-CLA dipasang.
Untuk mengenang dan mengabadikan peristiwa ditembakjatuhnya pesawat VT-CLA, setiap tanggal 29 Juli diperingati oleh warga TNI Angkatan Udara sebagai Hari Bakti TNI Angkatan Udara. Di sisi lain, masyarakat mengenang Tino Sidin tak hanya sebagai sang guru gambar saja, melainkan juga seorang pejuang. (Yuto Nugroho/Antok Wesman-Impessa.id)