Mikke Susanto Menerima Penghargaan Anugerah Prasetya Adikarya Budaya Ke-3
Impessa.id, Yogyakarta: Komunitas Budaya Padhang Njingglang Tulungagung meng-anugerahkan Prasetya Adikarya Budaya #3 tahun 2021 kepada Dr Mikke Susanto MA, Dosen ISI Yogyakarta dan Dr Djuli Djatprambudi, Dosen UNESA. Mereka berdua merupakan pengkhidmah setia, peneliti, pejuang dan pemikir dalam bidang penulisan seni rupa di Tanah Air, dibuktikan dengan prestasi keduanya yang sangat berarti dalam perkembangan budaya selama satu dekade terakhir.
Penganugerahan Prasetya Adikarya Budaya Ke-3 berlangsung khidmad pada Sabtu malam, (27/11/2021), disaksikan para seniman, dimeriahkan dengan iringan musik tradisional oleh Grub Karawitan "Ngesti Laras" pimpinan Ki Handoko dan promotor pak Waris. Iringan music tradisional itu semakin membawa keagungan nilai-nilai budaya Jawa sebagai adikarya budaya.
Bertempat di Joglo Sendang Kamulyan Art Space Tulungagung, kedua penerima penghargaan, Djuli Djatiprambudi dan Mikke Susanto memberikan paparan dalam diakusi. Diantaranya perihal penulisan kesenirupaan sebagai pencatat peristiwa kebudayaan. Masing-masing memberi perspektif bandingan tentang arti seni di masyarakat. Pentingnya seni tradisi juga disebut pula.
Anang Prasetyo selaku panitia dan moderator menyampaikan, bahwa tahun 1994-an Djuli Djatiprambudi sudah menyampaikan sinyalemen, dan masih relevan 25 tahun berikutnya, bahwa, banyaknya karya dan peristiwa seni rupa, namun yang mengamati, menulis apalagi membuat kritik seni, dan membincangkannya secara paradigmatik amat sangat kurang.
Bahkan Mikke dalam sesi dialog pun menengarai bahwa keberadaan kritik menjadi sesuatu yang hilang. Dunia sejarah kepenulisan dari masa ke masa juga menjadi materi yang disinggung. Termasuk juga menjawab salah satu pertanyaan mengapa harga lukisan mahal dari peserta pada sesi diskusi.
Disela-sela diskusi Seni Rupa, diberikan informasi perihal Penghargaan Prasetya Adikarya Budaya dari yang pertama hingga ketiga. Penghargaan itu dinilai monumental, sebab belum banyak yang mau dan peduli serta apresiasi bagi penulis seni rupa, yang menurut Djuĺi tidak bisa diandalkan sebagai pedoman.
Acara yang dihelat oleh Kompan Organizer bekerjasama dengan BIENALLE IX Jatim, FORSABDA (Forum Sarasehan Seni Budaya), KOMPAN (Komunitas Padhang Njingglang), Pesantren Al Waarits, Joning Art Space dan TPQ Nurul Huda Jepun serta dukungan dari berbagai pihak, diikuti 70-an peserta dari Trenggalek, Kediri, Yogyakarta, Gresik, Surabaya, Pacitan dan sekitarnya, berlangsung khidmat, tampak peserta menikmati paparan dua pemateri seni rupa nasional tersebut hingga berakhir pukul 23.30 WIB.
Semoga penghargaan itu mampu menumbuhkan semangat untuk menulis dibidang budaya, dan semangat para penerima dapat terus menginspirasi generasi muda untuk berkarya lebih baik. (Anang Prasetyo/Mikke Susanto/Antok Wesman-Impessa.id)