Event

Empat Penyair Mengisi SASTRA BULAN PURNAMA, Sabtu, 15 Maret 2025 di MUSEUM SANDI Yogyakarta

Empat Penyair Mengisi SASTRA BULAN PURNAMA, Sabtu, 15 Maret 2025 di MUSEUM SANDI Yogyakarta

Umi Kulsum, salah satu dari empat penyair yang mengisi SASTRA BULAN PURNAMA, Sabtu, 15 Maret 2025, di MUSEUM SANDI Yogyakarta

Impessa.id, Yogyakarta: Bulan puasa tahun 2025, Sastra Bulan Purnama memasuki edisi ke-162, pada Sabtu, 15 Maret 2025, pukul 15.30 WIB, bertempat di Museum Sandi Jl. Faridan M Noto No.21, Kotabaru, Yogyakarta. Sastra Bulan Purnama edisi ke-162 tersebut sekaligus sebagai acara ngabuburit sastra., berisi pembacaan puisi, lagu puisi dan buka puasa bersama.

Empat penyair yang tampil yakni, Cahnaning Dewajati, pengajar di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya UGM, Dedet Setiadi, penyair yang dikenal sebagai penyedia pasir dan batu, Syam Chandra, dikenal memiliki usaha produksi bakmi khusus mie ayam, dan Umi Kulsum, guru Bahasa Indonesia di SMP N 2 Bantul.

Sebagai penyair, ke-empat penyair itu telah banyak menulis puisi dan beberapa buku puisinya telah diterbitkan. Selain dibacakan oleh penyairnya sendiri, puisi-puisi mereka dibacakan oleh Agus Suprihono, penulis sastra Jawa, Anes Prabu, penyair muda dan aktor teater, Deni Angga, Meuz Prazt, perupa, Nunung Rieta, pemain teater, Ratih Alsaira, perupa, Sri Surya Widati, Bupati Bantul periode 2010-2015, Ketia IKWI DIY, Tosa Santosa, organiser Fashion show dan Wahjudi Djaya, pengajar dan penulis.

Dedet Setiadi, yang bermukim di Ngluwar, Magelang, namun sejak SMA tahun 1980-an sehari-harinya beraktivitas di Yogya. "Meski secara formal-administratif saya tinggal di Ngluwar, Magelang, tetapi aktivitas sehari-hari, yang saya lakukan diwilayah Yogya, sehingga saya lebih banyak berinteraksi dengan kawan-kawan di Yogya, dan saya dianggap sebagai orang Yogya,” ujarnya.

Doni Onfire, penggesek biola yang sering tampil di Sastra Bulan Purnama, dan menggubah puisi menjadi lagu. Kali ini menggubah puisi Dedet dan Umi Kulsum menjadi lagu. “Sudah lama saya tidak tampil di Sastra Bulan Purnama, penampilan saya ditahun 2025 dan pas bulan puasa ini, sekaligus untuk bertemu kawan-kawan yang setia dengan sastra,” katanya.

Di Yogya ada banyak penyair, baik yang usianya sudah di atas 70 tahun, maupun penyair muda yang usianya masih 20-30-an tahun. Keempat penyair itu, usianya antara 50 dan 60 tahun. “Saya ini sesungguhnya masih muda, atau setidaknya merasa masih muda, meski sudah mempunyai cucu,” canda Dedet Setiadi dan Syam Chandra.

Ons Untoro, Koordinator Sastra Bulan Purnama mengatakan, keempat penyair itu sampai sekarang masih terus menulis puisi, meskipun puisi tidak menghasilkan uang, karena mereka telah memiliki pekerjaan untuk menopang hidupnya. “Menulis puisi memang tidak untuk mencari uang, kalaupun sekali waktu bisa dapat uang dari puisi, anggap saja sebagai rejeki, yang lebih penting, sebagai penyair terus menulis puisi untuk membahagian dirinya dan orang lain,” ucap Ons Untoro. (Ons/Antok Wesman-Impessa.id)