Event

Geguritan Hari Ibu, 22 Desember 2020 Di Sastra Bulan Purnama Via YouTube

Geguritan Hari Ibu, 22 Desember 2020 Di Sastra Bulan Purnama Via YouTube

Geguritan Hari Ibu, 22 Desember 2020 Di Sastra Bulan Purnama Via YouTube

Impessa.id, Yogyakarta: Ini kali, Sastra Bulan Purnama (SBP) edisi khusus menampilkan Geguritan sekaligus menutup SBP ditahun 2020 dan merayakan Hari Ibu, yang jatuh 22 Desember. Maka, Sastra Bulan Purnama edisi khusus, yang diselenggarakan Selasa, 22 Desember 2020, pukul 19.30 WIB di youtube sastra bulan purnama diisi peluncuran buku geguritan karya Sri Wijayati, yang berjudul ‘Kembang Setaman’, dan masih dalam Poetry Reading From Home seri 11.

Geguritan adalah puisi yang ditulis menggunakan bahasa Jawa, dan ada puisi yang juga ditulis menggunakan bahasa daerah lainnya, misalnya bahasa Sunda, bahasa Madura dan lainnya. Bahasa lokal merupakan bahasa Ibu, sehingga ketika geguritan dibacakan untuk merayakan Hari Ibu, terasa dekat dengan ibu.

Sri Wijayati, sejak tahun 1978 menjalani profesi sebagai guru SD, dan pada Oktober 2020 pensiun sebagai guru. Selama menjadi guru, Sri, demikian panggilannya, banyak menulis geguritan dan sudah ada beberapa buku geguritan yang diterbitkan. Selain itu, Geguritan-nya juga dimuat di media cetak, seperti Djaka Lodang, Mekar Sari, Jaya Baya. Tidak banyak media cetak yang menggunakan bahasa Jawa, tiga media yang disebut adalah media cetak yang masih hidup.

Beberapa buku Geguritan-nya yang sudah terbit di antaranya, ‘Taman Kembang Sore’ (2018), ‘Kembang-Kembang Katresnan’ (2019) dan ‘Kembang Setaman’ (2020). Selain itu, Sri Wijayati juga menulis puisi dan buku puisinya sudah ada yang terbit, ‘Seindah Seyummu’ (2019), ‘Rembulan Purnama di Langit Jingga’ (2020), Geguritan dan puisi karyanya juga tergabung dalam antologi bersama, baik yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta maupun Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, atau diterbitkan oleh Komunitas Sastra lainnya.

Geguritan yang ada di dalam buku ‘Kembang Setaman’, selain dibacakan oleh Sri Wijayati sendiri, dibacakan oleh pembaca Gurit lainnya, baik pembaca gurit yang tinggal di Magelang seperti Tri Suwarni dan pembaca Gurit dari Jakarta, ialah Rita Ratnawulan. Selain itu pembaca Gurit dari Yogyakarta, di antaranya Bambang Nugroho, Tedi Kusyairi, Nunung Deni Puspitasari, Sunawi, Dale Dalminto, Krisnawati, Sindi Novitasari. Masing-masing penampil membacakan dua Geguritan karya Sri Wijayati.

Ons Untoro, koordinator Sastra Bulan Purnama menjelaskan, Sastra Bulan Purnama selama ini diselenggarakan setiap bulan sekali pada bulan purnama dalam penanggalan Jawa, tetapi selama pandemi covid 19 Sastra Bulan Purnama dipindahkan di ruang digital, diberi seri poetry reading from home, Sastra Bulan Purnama bisa diselenggarakan dua kali pada bulan yang sama, dan diberi tajuk Sastra Bulan Purnama edisi khusus.

“Buku geguritan ‘Kembang Setaman’ yang diluncurkan ini ditampilkan dalam Sastra Bulan Purnama edisi khusus, dan masih dalam seri poetry reading from home sekaligus untuk merayakan Hari Ibu 22 Desember 2020” kata Ons Untoro.

Selama ini, demikian Ons Untoro menyampaikan, Sastra Bulan Purnama banyak diisi pembacaan puisi. Beberapa kali memang pernah menampilkan para penggurit membacakan karyanya di Sastra Bulan Purnama, dan kali ini setelah SBP berjalan lebih dari 9 tahun, untuk menutup akhir tahun 2020, geguritan dihadirkan di Sastra Bulan Purnama.

Sri Wijayati, selaku penggurit merasa senang, bahwa Geguritan karyanya mendapat tempat di Sastra Bulan purnama. Karena selama ini, Sri tahu bahwa Sastra Bulan Purnama lebih banyak menampilkan puisi, bukan Geguritan.

“Geguritan dan puisi sebenarnya sama, hanya berbeda dalam hal bahasa yang digunakan, dan Sastra Bulan Purnama memberi tempat untuk keduanya” ujar Sri Wijayati. (Ons/Antok Wesman-Impessa.id)