Pameran Foto Perahu Layar, Perahu Mayang, Di Bentara Budaya Yogyakarta, 12-20 Oktober 2019
Impessa.id, Yogyakarta : Zaman purba, manusia sudah bermigrasi dari satu pulau ke pulau yang lain, dari satu jazirah ke jazirah lain, bahkan dari satu benua ke benua yang lain. Mereka melewati lautan yang sangat luas dengan nyawa taruhannya. Ada pepatah yang mendukung teori itu, yakni, Nenek Moyangku Orang Pelaut. Karena di masa itu teknologi masih sangat sederhana, dugaan bentuk alat transportasi lautnya masih sangat sederhana berupa rangkaian rakit yang saling bertautan, sehingga muat untuk satu klan, secara bergelombang mereka bermigrasi.
Perahu pertama yang dikenal dunia sebenarnya adalah Kapal Nabi Nuh yang digambarkan dalam Kitab Suci sebagai bahtera yang sangat besar yang dibuat bertahun-tahun untuk menampung makhluk hidup ciptaan Tuhan, untuk menghadapi banjir besar di zaman Nabi Nuh.
Nusantara yang merupakan negara kepulauan, jelas mempunyai tradisi transportasi laut sejak zaman dahulu. Tertera di relief Candi Borobudur yang menampilkan dua buah relief perahu layar yang sangat indah, yang dibuat abad ke-8. Berbagai suku yang ada di Nusantara mempunyai jenis perahu layar yang bermacam-macam, dari perahu Pinisi, Mayang, Jukung, Sudu-sudu, dan lain-lainnya. Yang sangat terkenal di masa lalu adalah perahu Jung dari Aceh yang menyerang Malaka. Demikian pula Pangeran Pati Unus dengan armada perahu layar menyerang Malaka namun juga belum berhasil.
Namun sayang, hampir semua perahu layar di Nusantara ini hanya tinggal kenangan, bahkan kapal layar kebanggaan bangsa Indonesia, Dewa Ruci, harus masuk dek, karena dinilai sudah tidak aman lagi untuk menghadapi garangnya gelombang lautan Pasifik dan Atlantik. Sejak teknologi kapal laut mulai menggunakan motor untuk menggerakkan baling-baling, yang dapat membuat kapal dapat melaju dengan pesat, membuat hampir semua kapal menggunakan motor. Kapal tidak lagi bergantung kepada kekuatan angin.
Perahu Mayang kami pilih sebagai judul pameran foto kapal layar karena Perahu Mayang ini dapat mewakili kapal layar di masa lalu. Perahu Mayang ternyata ada di berbagai pelabuhan di pesisir Pulau Jawa dari Jakarta, Cirebon, Tegal, Rembang sampai Pasuruan dan Probolinggo, dengan ciri khas masing-masing wilayah. Kapal layar lainnya adalah: Sampan Sero Jakarta, Johoran dari Krawang, Jukung dari Indramayu, Bingkung dari Cirebon, Kolek Pukat Banten, Sekong Pasuruan, dan Prau Kroman.
Hermanu selaku Kurator Pameran menuturkan. “Dalam pameran kapal layar yang berlangsung 12-20 Oktober 2019, Bentara Budaya Yogyakarta menampilkan miniatur beberapa kapal layar seperti Pinisi, kapal Eropa dan foto-foto lama dari kapal layar yang pernah mengarungi lautan Indonesia. Foto-foto ini kami dapatkan dari buku Zeevisscherij karangan Dr P.N. Van Kampen tahun 1909. Kami juga mendapat foto dari buku Het Indische Boek der zee tahun 1912. Selain itu, untuk melengkapi kekurangan gambaran tentang kapal layar di masa lalu, kami tampilkan pula foto kapal-kapal layar di masa Belanda," jelasnya. (Martina Wuryani/Antok Wesman)