Pameran Seni Rupa Nasional Nuansa Estetika 2019 Di TBY Berlangsung Sukses!
Perupa Bandung, Taat Joeda dengan karyanya berjudul "Semak Itu Indah" pada pameran seni rupa nasional Nuansa Estetika 2019 di Taman Budaya Yogyakarta.
Impessa.id, Yogyakarta : Semak Itu Indah, demikian judul empat lukisan karya Taat Joeda, perupa dari Bandung yang mengikuti Pameran Seni Rupa Tingkat Nasional Ke-10 bertajuk “Nuansa Estetika” di Taman Budaya Yogyakarta, 25-30 Agustus 2019 yang menggelar ratusan karya dari 173 perupa dari berbagai kota di Indonesia. Kepada Impessa.id, Taat Joeda menuturkan makna judul lukisan yang diusungnya tersebut. “Prinsip saya kalau bunga itu indah, sudah jelas indah bunga itu, tapi kalau semak itu indah, artinya ada sesuatu yang istimewa, dan orang melihat terhadap orang lain itu, kulitnya saja, semak itu diabaikan orang, bukan diperhatikan, didalam semak itu ada indahnya, itu lebih indah kalau dari bunga, kalau kita cropping,” jelasnya.
Berbasis Interior Seni Rupa ITB, Taat Joeda menekuni dunia lukis sejak berguru kepada pelukis Sunaryo, Popon, sehingga membuat dirinya lebih mencintai dunia seni rupa lukis daripada harus menjadi konsultan.
Mahyar Suryatman, Ketua Panitia Pameran menuturkan bahwa satu dasa warsa penyelenggaraan pameran kelompok oleh Edu Art Forum semakin menunjukkan kualitas karya dan semakin beragam profesi yang terlibat, disamping memberi kemanfaatan bagi peserta pameran serta masyarakat luas. “Bermula ide pameran ini digelar 10 tahun lalu, untuk memberikan wadah bagi guru-guru seni rupa di Tanah Air, memajang karya-karya mereka dalam satu pameran bersama, sehingga profesi mereka sebagai pendidik tetap berproses kreatif menghasilkan karya seni,” tuturnya.
Menurut Mahyar Suryatman, dalam perjalanannya pameran bersama yang dihelat Edu Art Forum semakin me-nasional, selain profesi guru, pesertanya pun berkembang luas, ada dosen, ada dokter, ada arsitek, ada pematung, ada pengusaha hingga Camat berpartisipasi ikut berpameran, “Jadi pameran ini terbuka untuk siapapun, profesi apapun,” imbuhnya lebih lanjut.
“Semangat, heroisme, dan kuda itu tidak pernah tidur, jadi saya mengambil judul lukisan ‘Tiga Ekor Kuda’ untuk menggambarkan semangat dari kuda itu,” aku Mahyar Suryatman kepada Impessa.id.
Sementara itu, Anggi Heru, perupa dari Sidoarjo, berprofesi sebagai Guru Seni-Budaya di SMP Negeri 2 Porong, menampilkan karya instalasi berbahan limbah kayu palet yang disusun menyerupai mesin yang sedang bergerak, karena memang karya Anggi dilengkapi alat kinetik yang membuat sebagiannya bergerak berputar. Karyanya yang diberi judul “Tandur” mengisahkan tentang proses perjalanan menanam padi.
“Di era jaman dulu, menanam padi itu dilakukan secara manual, lewat tangan, mungkin ada yang sambil Ngidung saat proses memanen, ada upacara Wiwitan, ada Bancakan-nya, tetapi sekarang, karena saya sering melewati persawahan di daerah Candi Pari, disitu proses panennya sudah menggunakan mesin, tanpa Nggeblog lagi, tidak ada lagi Panen pakai Ani-Ani, tidak ada lagi yang pakai Sabit, era modern sekarang segalanya sudah menggunakan mesin,” aku Anggi Heru kepada Impessa.id.
Anggi Heru yang juga menekuni seni Pin Strip yang harga kuasnya mahal, mencapai 450-ribu rupiah, pernah terlibat di pameran Kustomfest Jogja, dengan studio workshop bernama SirWet, singkatan dari Siring Wetan, kawasan rumahnya yang telah tenggelam menjadi korban Lumpur Lapindo, dan kini Anggi bermukim di kawasan Candi.
Anggi yang ternyata “kocak”, di foto peserta pameran, pada telinga kanannya mengenakan anting-anting besar, saat dikonfirmasi Impessa.id, sebagai guru kog pakai anting-anting, dirinya malah tertawa terpingkal-pingkal, sambil tertawa menceritakan bahwa anting-anting itu hanya pasangan, hasil sitaan dari siswanya di sekolah dan secara iseng dia pakai dan oleh rekan gurunya difoto agar ‘nyeni’ dan itulah yang dikirim ke deretan foto peserta pameran di Jogja.
Sedangkan Anang Prahara, Guru di SMP Negeri 4 Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, melalui Impessa.id mendukung penuh penyelenggaraan pameran seni rupa “Nuansa Estetika” di TBY. “Selama ini di Sidoarjo maupun di Surabaya, ajang pameran untuk guru seni rupa boleh dikata belum ada, dan ketika saya tahu di Jogja ada, maka saya mencoba kirim karya dan alhamdulillah bisa lulus kurasi,” ujarnya.
Anang Prahara dengan karya berjudul “Warna dan Garis” bertutur bahwa lukisannya bisa dikatakan menggambar bermain-main dengan warna dan garis sesuai dengan judulnya. “Lima tahun terakhir ini saya cenderung menggambar, melukis seperti ini, buat saya belajar itu kan tiada henti, jadi saya ingin kembali lagi ke awal saya menggambar itu saya mengenal garis, saya pengin mengolah garis itu menjadi lebih banyak lagi, biar saya dapat merasakan lagi, oh seperti ini ngolah garis, ngolah lingkaran, pengalaman mengembangkan rasa,” jelasnya.
Pameran Seni Rupa Nasional “Nuansa Estetika” di Taman Budaya Yogyakarta, disetiap tahun penyelenggaraannya semakin mengundang banyak peminat untuk bergabung didalamnya, dan untuk kali yang ke-10 ini, guru-guru seni-budaya peserta pameran datang dari kota-kota besar maupun kota kecil di Jawa, Bali, Sumatera, hingga Sulawesi, serta mendapat dukungan dari Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia – LKNI. (Antok Wesman-Impessa.id)