Feature

Cuaca Berawan Pagi Itu, Mendukung Suksesnya Tour De Ambarrukmo 2019

Cuaca Berawan Pagi Itu, Mendukung Suksesnya Tour De Ambarrukmo 2019

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X, Sabtu pagi jam 5.30 WIB (20/07), Mengibaskan Bendera Start Tour De Ambarrukmo 2019, dengan jumlah peserta 1600 pesepeda, dari berbagai kota di Indonesia.

Impessa.id, Yogyakarta : Harapan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono Ke-10 sesaat jelang pengibasan bendera Start, Sabtu dini hari (20/7/19) pukul 5.30 WIB, tanda dimulainya Tour De Ambarrukmo 2019 yang menempuh jarak sejauh 130 kilometer untuk Non-Race dan 145 kilometer untuk Race, yakni seluruh peserta selamat sampai Garis Finish, terpenuhi, meski ada beberapa yang terpaksa diangkut mobil ambulance karena kakinya kram sehingga tidak bisa meneruskan lagi, ataupun ada yang jatuh terpeleset.

Tepat tengah hari, semua peserta yang berasal dari banyak kota di Tanah Air bahkan juga dari Singapura dan Malaysia, berhasil memasuki Garis Finish, kembali ke Pendopo Agung Royal Ambarrukmo, untuk beristirahat, menikmati hiburan sambil santap siang.

Di lokasi Checkpoint 1 Waduk Sermo, Lim Santosa dari Jakarta yang untuk pertamakalinya ikut di olahraga sepeda Antangin Tour De Ambarrukmo – TDA 2019 Yogyakarta, yang dihelat Sabtu (20/07) merasa surprise setelah melintasi rute datar, biasa-biasa saja namun ketika memasuki Kawasan perbukitan Menoreh Kulon Progo menuju Waduk Sermo, dirinya menghadapi tantangan medan yang menanjak sekaligus menurun, namun Lim menilai kinerja panitia bagus, rapi dan perjalanan aman meski harus bareng dengan kendaraan umum.

Sementara itu, Kemal Mawira dari Jakarta, yang terpilih sebagai The Best Custom Bike, Sepeda Terbaik Di Kelas Kustom, yang mengikuti TDA untuk kedua kali mengulang tahun lalu, menuturkan bahwa dirinya tetap merasa nyaman. “Eventnya bagus, friendly, menyenangkan, Marshall-nya banyak jadi merasa aman saat di jalanan, banyak pitstop-nya, merasakan lebih ke touring daripada balap-balapan, bisa gowes sambil ngobrol-ngobrol, dapet temen banyak, terimakasih ke pantia, terimakasih ke Antangin udah main sponsor, dan alhamdulillah udaranya bagus,” ungkapnya saat ditemui Impessa. id, di lokasi Checkpoint 2 Lapangan Tempel-Sleman.

Diantara kerumunan peserta TDA 2019 yang rehat sejenak di Chceckpoint 2 Ketua Pantia Surya Ananta ketika dikonfirmasi Impessa.id terkait kehadiran sejumlah Marshall tersebut mengatakan, “Memang Antangin Tour de Ambarrukmo 2019 ini kita siapkan dengan baik dan cukup matang juga, melibatkan pihak pemerintah dalam hal ini kepolisian. Mulai dari jajaran Polda, Polres sampai ke Polsek, supportnya sangat bagus. Kami berterimakasih pula kepada pemerintah daerah mulai dari propinsi, kecamatan, kelurahan hingga pedukuhan. Itulah yang mendukung acara ini berjalan lancar, nyaman dan aman. Secara internal kami mengerahkan yang disebut Marshall ada 100 petugas, terbagi dua jenis yang bermotor dan yang stay di berbagai jalur ramai lalulintas, membantu pihak kepolisian, mem-back-up, terutama di gang-gang dengan mengutamakan kelancaran jalannya laju peserta TDA. Kami seluruh panitia mempersiapkannya secara detail, terus berkoordinasi, melakukan beberapa kali test rute, sehingga pada saat pelaksanaan menjadi bagus,” ungkapnya.

Dalam pada itu, Afan dari Jakarta yang sempat kram kakinya namun tetap bisa menyelesaikan perjalanan hingga masuk ke Garis Finish melalui Impessa.id mengucapkan Subhanallah, untuk pertamakalinya dirinya ikut TDA bersepeda sambil melihat pemandangan yang indah dengan cuaca pagi yang berkabut, romantis, kerja panitianya juga menurutnya sangat bagus, dan dia berharap tahun depan ikut TDA lagi.

Sedangkan Aldrin Sigit dari Bremer Cycling Club Jakarta menilai TDA kali ini lebih manusiawi, lebih rapih, tak se”gila” tahun lalu yang penuh tanjakan, mana KOM (King of Mountain) dan QOM (Queen of Mountain) dicampur pula. Di TDA 2019, BCC Jakarta mengikutsertakan 27 anggotanya. “Ada tadi jalur yang kurang clean, gak ada marshall yang ngawasin, ada  mobil truck nyelonong ngebut, bikin deg-deg-an juga,” akunya.

Aldi dan Agus Nurhayat keduanya dari Kegulung.CC Jakarta Pusat, yang mengikutkan 16 anggotanya di TDA 2019 menyatakan bahwa TDA Yogyakarta, merupakan event local yang tidak kalah dengan event internasional. “Semuanya luarbiasa, dari refreshment-nya, ambulance-nya, kinerja panitianya, diperjalanan merasa aman, kalau menemui tanjakan dibikin happy aja,” akunya kepada Impessa.id.

Andi Wijaya dari Gorontalo Ride Bike Community membawa 15 pesepeda, pertama ikut TDA menemui pengalaman yang luar biasa. “Luarbiasa, perjalanannya assik, pemandangannya bagus, track-nya menantang, kami lima hari di Jogja, menginap di Grand Ambarrukmo,” tuturnya.

Irawan tetap komit mengikuti TDA dan kali ini sudah ke-tiga kalinya berpartisipasi bersama-sama keluarga dan teman-teman dari Malang berpendapat untuk TDA 2019 sangat bagus. “Jalanannya bagus, air refreshment-nya bagus, konsumsinya bagus, Jempol empat untuk panitia”, serunya singkat.

Ada yang menarik pada TDA kali ini, terkuak harga sepeda yang dipakai para peserta, salah satunya merk TREK yang mengerahkan tim mekaniknya. Edi Gunawan dari Tenda Trek di Checkppoint 3 Prambanan kepada Impessa.id membeberkan harga sepeda Trek untuk Kelas Medium mulai dari 15-juta rupiah, dan Kelas Atas harganya sampai 135-juta rupiah untuk jenis Madon dan Emonda. Harga fantastic tersebut membuat para pesepeda semakin percaya diri untuk memantapkan diri mengarungi jalanan tanpa harus merasa rendah diri disepelekan oleh para pemakai jalan yang lain.

Lifestyle, gaya hidup pun telah merasuk ke dunia sepeda wisata. Dimas dari Surabaya, salah satu pemakai sepeda TREK Madon yang sedang menikmati Es Dawet di Checkpoint 3 Candi Prambanan, kepada Impessa.id menyampaikan pendapatnya. “Bersepeda untuk have-fun, tidak spaneng, menjadi lifestyle juga karena ada sentuhan gengsinya di kota-kota besar, boleh dibilang sekarang olahraga bersepeda ini Naik Kasta, selakin skill, tunggangannya pun kini jadi sorotan,” akunya jujur.

Andre, pekerja asal Bandung yang bermukim di Qatar sejak 12 tahun silam, dan mengisi liburannya pulang ke Tanah Air, untuk pertamakalinya mengikuti Race 145 Km TDA Yogyakarta ditemani Rifa yang juga ikut Race, membawa sepeda kesayangannya Canyon Jerman seharga 3-ribu US Dollar, yang dia beli via On-Line tiga tahun lalu dari Taiwan, merasa mewakili komunitas pesepeda Indonesia di Qatar bernama IFME -Indonesian Fun Mountain Biker In Middle East, melalui Impessa.id menyampaikan pendapatnya mengenai Sepeda Kini Menjadi Lifestyle di Jakarta, Surabaya, Bandung bahkan di Yogyakarta juga.

“Iya, bersepeda kini menjadi lifestyle, menjadi ajang buat eksis orang-orang di kota-kota besar, memang menjadi olahraga elit kelihatannya begitu, imej-nya begitu, tetapi olahraga bersepeda itu tidak harus menjadi mahal, siapa saja bisa menikmatinya,” ujar Andre kepada Impessa.id, disaat istirahat di Pendopo Agung Royal Ambarrukmo.

TDA 2019 yang pesertanya dibatasi 1600 orang, dikategorikan kedalam tujuh perlombaan yaitu, The Best Club or Community (jumlah cyclist terbanyak dalam 1 komunitas yang mendaftar), The Best Sexy Road (sepeda terbaik dengan pendaftar wanita), The Lightest Road Bike (sepeda teringan yang dilombakan), The Best Climbing Bike (sepeda terbaik di kelas climbing geometri),  The Best Aero Bike (sepeda terbaik di kelas aero geometri), The Best All Round Bike (sepeda terbaik di kelas all round geometri), dan The Best Custom Bike (sepeda terbaik di kelas kustom, bukan OEM brand).

Berikut nama-nama pemenangnya; Juara KOM kategori usia 31-40 tahun, ada lima pemenangnya masing-masing, Edy Susanto (waktu 38 menit 46 detik), Victor Hadi (waktu 39 menit 57 detik), Agustian Atif (waktu 40 menit 11 detik), Amir Alfian (waktu 40 menit 35 detik) dan Taufiq (waktu 42 menit 28 detik).

Juara King of Mountain (KOM) kategori umur 41-50 tahun. Lima pemenang masing-masing, Juwanto (waktu 43 menit, 38 detik), Dwi Ratsongko (waktu 46 menit, 20 detik), Agus Haryanto (waktu 48 menit, 11 detik), Fathurrahman (waktu 49 menit, 12 detik) dan Rudy Soegiarto (waktu 50 menit 19 detik).

Adapun juaran KOM kategori usia 50 tahun ke atas, ada lima pemenangnya masing-masing, E. Nasrudin (waktu 52 menit 52 detik), Antonius Haryono (waktu 53 menit 35 detik), Suyatno (waktu 54 menit 30 detik), Toni Wijaya (waktu 57 menit 46 detik) dan Jeff Sutanto (waktu 57 menti 53 detik).

Juara Queen of Mountain (QOM) umur under 35 tahun, ada tiga pemenang masing-masing, Catarina Budyono (waktu 59 menit 44 detik), Bety Ria Sersana (waktu 1 jam, 6 menit, 29 detik) dan Selvi Soegianto (waktu 1 jam 8 menit 1 detik).

Juara QOM kategori usia 36 tahun ke atas, ada tiga pemenangnya masing-masing, Jeane Silfanus (waktu 1 jam 8 menit 25 detik), Siti Mahmudah (waktu 1 jam 11 menit 1 detik), dan Rina Harjianto (waktu 1 jam 19 menit 59 detik). (Antok Wesman-Impessa)