Pameran Lukisan Indonesia Sejuta Warna karya Empat Perupa di Tembi
Impessa.id, Yogyakarta - Putu Wijaya selain dikenal sebagai sastrawan dan dramawan, pernah menjadi wartawan, ternyata dia juga melukis, karena pernah belajar di ASRI Yogya, sehingga teknis menggambar sudah dia miliki, kali ini Putu Wijaya, bareng tiga perupa lainnya, masing-masing Jupri Abdullah, Chryshnanda Dwilaksana dan Amdo Brada menggelar pameran bersama.
Pembukaan pameran yang bertajuk “Indonesia Sejuta Warna” berlangsung Rabu, 13 Maret 2019, pkl. 19.00 di Ruang Pamer Tembi Rumah Budaya Jalan Parangtritis Km 8,5, Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Pameran secara resmi dibuka oleh Prof.Dr. M. Agus Burhan, M.Hum, Rektor ISI Yogyakarta. Pada pembukaan diwarnai dengan pembacaan puisi oleh dua penyair Yogya yang bergulat di dunia sastra sejak akhir tahun 1970-an, yakni Krishna Miharja dan Marjudin Suaeb, serta dua disainer Yogya yang peduli terhadap sastra, yakni Essy Masita dan Tossa Santosa, serta performance oleh Putu Wijaya.
Sebagai perupa, Putu Wijaya memang belum lama memulai, sekitar tujuh tahun yang lalu, tepatnya sejak 2012. Karyanya pernah dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta (2014), YPK Bandung. Namun karya sastra, novel dan naskah drama-nya sudah dikenal secara luas.
Lain halnya dengan Jupri Abdullah, sebagai perupa dia telah melakukan banyak pameran disejumlah tempat pada tahun yang berbeda-beda. Bahkan dalam satu tahun dia bisa berpameran dua hingga tiga kali ditempat yang berbeda. Sejak 1989 dia sudah melakukan pameran tunggal dan pameran bersama.
Sedangkan Chryshnanda Dwilaksana telah berpameran bersama berkali-kali. Karya bertema religius, diantaranya berjudul “Ece Homo”, “Getsemany” dan “The Savior”. Bagi Nanda, demikian sapaan akrabnya, tema religius merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan, yang diungkapkan melalui seni rupa. Chryshnanda adalah perwira polisi, yang mempunyai hobi melukis dan menjabat selaku DirKamsel Korlantas Polri sejak 2017.
Sementara Amdo Branda, perupa yang tinggal di Surabaya dan pernah belajar di ASRI Yogyakarta, pergulatan keseniannya cukup panjang dan sudah melakukan sejumlah pameran, baik tunggal maupun bersama. Setiap pameran tunggal Amdo Brada selalu bertemakan sentuhan etnik Nusantara dengan berbagai dinamikanya. Diantaranya tentang “Krisis Kepemimpinan Nasional” di Surabaya, “Porak-Poranda Seni Rupa Kita” di Bali, “Estetika Timur” di Bandung, “Topeng-Topeng Hitam Putih” di Bandung, “Borobudur” di Yogyakarta dan 2018 “Etnik Nusantara” di Balai Budaya Jakarta .
Eksplorasi jiwa seninya juga disalurkan dalam kepeduliannya pada lingkungan hidup di tingkat Jawa Timur, melalui pameran berkonsep Green Art di Surabaya. Karyanya masuk dalam berbagai pameran bersama seperti Binale Seni Lukis Nasional di Jakarta, Tri Nalle Nasional di Bali, dan mewakili Jawa Timur dalam pameran seni rupa Taman Budaya Nasional di Yogyakarta. Karyanya menjadi pengisi karya undangan utama dalam pameran Brut Art pertama di Surabaya
Ons Untoro, dari Tembi Rumah Budaya, mengatakan tajuk ‘Indoensia Sejuta Warna’ merespon negara Indonesia yang penuh warna, seperti karya seni rupa, yang setiap warna saling mengisi dan menguatkan. “Melalui pameran ini, keempat perupa ingin memberi pesan bahwa dalam perbedaan warna, sesungguhnya kita saling mengisi dan menguatkan, bukan malah sebaliknya saling bermusuhan. Betapa indahnya kita, dalam perbedaan saling bersahabat dan bersaudara," ungkapnya. (Ons/Antok)