Grup Musik Tasawuf Modern ROFA Luncurkan Single Permataku, Per 1 Januari 2019
Impessa.id, Yogyakarta : Kelompok musik Tasawuf dari Yogyakarta bernama ROFA singkatan dari Pondok Pesantren Roudlotul Fatihah yang dipimpin oleh Kiai Haji Muhammad Fuad Riyadi meluncurkan single terbaru berjudul “Permataku”. Untuk mengingat Kanjeng Nabi Muhammad SAW dapat dilakukan kapanpun, sepanjang waktu, bahkan setiap detik dan setiap helaan napas. Prinsip itu yang dipegang teguh dan selalu disebarkan oleh Gus Fuad Pleret melalui semangat kegembiraan kesenian musik.
"Lagu ini diilhami dari pernyataan Syech Abu Hasan Asy-Syadzili, Ulama dan Suï¬Â legendaris abad pertengahan. Pernyataan tersebut bunyinya demikian, “Jika sedetik saja aku lupa kepada Nabi Muhammad SAW, maka aku telah murtad'," ujar Gus Fuad Plered sapaan akrab Kiai Haji Muhammad Fuad Riyadi.
Gus Fuad Plered menuturkan bahwa lagu “Permataku” menceritakan keadaan seseorang yang selalu punya keinginan tinggi untuk bertemu Nabi Muhammad SAW di dalam mimpinya. “Setiap malam selalu ber-Sholawat karena ingin sekali ketemu Kanjeng Nabi," ujar pengasuh Pondok Pesantren Roudlotul Fatihah yang beralamatkan di Jalan Pleret, Tambalan, Dusun Pleret, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sama seperti karya-karya musik sebelumnya, lagu yang dirilis tepat pada 1 Januari 2019 digubah langsung oleh Gus Fuad Plered dan ROFA, grup band yang mengusung Sholawat Modern melalui musik. Menurut Gus Fuad Plered, jika single sebelumnya yang berjudul 'Rindu Kanjeng Nabi' bernuansa haru dengan unsur Slow Rock, namun untuk 'Permataku' dibuat lebih Rancak dengan balutan distorsi Bass dan Gitar yang meraung-raung sepanjang lagu.
"Karena bagaimana pun juga untuk merayakan Kanjeng Nabi, kita harus penuh cinta dan semangat. Musik Rock bisa jadi salah satu medianya. Dengan menyanyikan lagu-lagu ROFA yang semuanya bertema Rasulullah, Insya Allah kita sudah sekaligus ber-Sholawat dan makin mencintai Kanjeng Nabi melalui kesenian musik," tutup Gus Fuad Plered.
Lirik Lagu “Permataku”; Namamu ku sebut-sebut; Seribu kali tiap malam; Namun kau tersenyum selalu; Wajahmu pancarkan cinta; Lebih terang dari surya; Lebih indah pula dari purnama. Ku mohon engkau berkenan hadir di mimpiku; Usir gelap gerah di malam-malamku; Gundah gelisah terhapus cahaya kasihmu; Permataku.
Gus Fuad Plered, kelahiran 8 Oktober 1970, sudah mengenal berbagai macam kesenian sejak kecil dan telah mendapatkan Gemblengan dari banyak guru dari berbagai disiplin ilmu agama dan kesenian. Ayah Gus Fuad adalah Haji Ahmad Abdul Bakdi yang berdarah Kiai Abdurrouf Wonokromo (keturunan langsung Sunan Ampel dari silsilah Sunan Bonang). Sedangkan ibu Gus Fuad adalah Siti Muyassarotul Maqosid. keturunan Kiai Nuriman Mlangi dan Kiai Cholil Wonokromo. Kakek-nenek Gus Fuad tersebut berjasa banyak melahirkan pondok pesantren di Tanah Jawa.
Gelar 'kiai'-nya didapatkan dari hasil belajarnya kepada beberapa ulama terkemuka seperti; KH Abdul Basith, KH Abdul Mu'thi, KH Muhammad Busyro, KH Muhammad Katib Masyhudi, KH Muhammad Abdul Muchith, Abuya Dimyati Banten, Habib Anis Al Habsyi, dan Tuan Guru Ahmad Zaini Ghani Martapura.
Gus Fuad sejak SMP mempelajari seni puisi dari M Nasrudin Anshorie CH. Usai beranjak dewasa, dia mulai serius mendalami sastra dari beberapa tokoh diantaranya, Ragil Suwarno Pragolapati, Iman Budhi Santosa, Suryanto Sastro Atmojo, Suminto A. Sayuti, W. Poer, Sri Harjanto Sahid, dan M. Jihad Gunawan. Beberapa buku karangannya yang fenomenal yakni Kampung Santri - Tatanan Dari Tepi Sejarah (2001), Cara Idiot Menjadi Kyai (2001), Lidah Kyai Kampung - Islam Itu Gampang (2010), dan SMS Cinta Muhammad SAW (2013).
Gus Fuad membuat terobosan baru dalam berdakwah, diawali melalui lukisan yang dipamerkan di berbagai pameran seni rupa tunggal maupun bersama seniman lainnya. Pameran tunggalnya antara lain; Aura Dzikir di Bentara Budaya Yogyakarta (2009), Aura Dzikir Putih di Jogja National Museum (2010), Locospiritual di Jogja Gallery (2011), Alif Risalah Rajah Sosrokartono di Museum Kereta Api Bandung (2011), Kitab Lailatul Qodar di Taman Budaya Yogyakarta (2013), dan RERAJAH Sesuratan Semesta (2016).
Untuk sementara seni sastra dan seni lukis sudah dianggapnya 'khatam'. Kini Gus Fuad Pleret meneruskan dakwahnya melalui seni musik. Tahun 2017, Gus Fuad membentuk kelompok musik tasawuf bernama ROFA merilis album perdananya dengan tajuk “Semua Dirimu” (2017) dan “Song of Tsauban” (2018). (MAG/Tok)