Ekonomi-Bisnis

Disainer Lia Mustafa Hadirkan Judul Absurd Di Jogja Fashion Week Hartono Mall, 21 November 2018.

Disainer Lia Mustafa Hadirkan Judul Absurd Di Jogja Fashion Week Hartono Mall, 21 November 2018.

Disainer Lia Mustafa Hadirkan Judul Absurd Di Jogja Fashion Week Hartono Mall, 21 November 2018

Impessa.id, Yogyakarta: Melalui tema “Neo Medieval” dengan judul tampilan “Absurd”, disainer ternama dari Yogyakarta, Lia Mustafa menghadirkan delapan busana gaya Evening Modest Look dan Elegant melalui Batik Kontemporer dalam warna-warna Black, White, Chocolate dan Cream. Knitting by Ammalee Collection serta tekstil didukung oleh Bemberg dan bahankain.com, dipadupadankan dengan asesori bags and belt dari Java Leather, serta Shoes by Rotelli, dan Make Up & Teaser by Viva Cosmetic.

Kepada Impessa, Lia Mustafa menuturkan bahwa idenya tersebut terinspirasi dari Film Black Panther, “Kemajuan Artificial Intelligent, telah memicu ketakutan akan kemungkinan masa depan. Apakah dunia tetap didominasi oleh manusia ataukah akan diambil alih oleh Artifcial Intelligent? Kekhawatiran ini menimbulkan benteng pertahanan. Keinginan untuk mengontrol situasi memunculkan kelompok-kelompok yang menggangap dirinya mempunyai darah murni sehingga layak tampil mendominasi,” ungkapnya.

Pandangan akan Benteng Pertahanan itu memicu “romantisme dalam sejarah” dimana tema abad pertengahan menyatu dengan pesona canggih, sehingga menghasilkan dunia baru yang rusuh, serta penuh imaginasi tentang intergalaktik, historis dan futuristik. Sesuai dengan latar belakang tersebut, gaya khas pejuang, futuristik, pilgrimage, kuat, tegas, namun tetap elegan memenuhi tema tersebut.

Romantisme Abad Petengahan - Neo Medieval, merupakan tema tren fesyen global yang dipicu oleh kekhawatiran akan datangnya Perang Dunia ke III, akibat perbedaan kepentingan yang dianut oleh beberapa negara. Dikatakan, negara Superior berambisi menguasai daerah lain untuk terus menjaga supremasinya. Sementara itu negara-negara lain yang Inferior mempertahankan eksistensi dan idiologi mereka, berjuang dengan segala apa yang mereka miliki. Ada yang ingin berubah sesuai dengan paham baru dan modern, namun ada juga yang bersikukuh dengan paham dan pola pikir kolot.

Bayang-bayang kekawatiran tersebut melahirkan imajinasi layaknya film-film perang dimasa depan. Suasana intergalaktik, medieval, futuristik dan akopaliptik, bervariatif mempengaruhi gaya busana Neo Medieval. Ada gaya yang elegant dan berwibawa ada juga yang feminim namum berkesan tegas, serta ada pula yang kelihatan kokoh mencerminkan ketangguhan. Bentuk dan siluet tema itu juga beragam, ada siluet ramping, juga ada yang longgar dan oversize.

Sedangkan warna-warni yang Absurd, oleh Lia Mustafa dijelaskan. “Seperti halnya dengan dunia ini yang tidak hanya terdiri dari warna hitam putih saja, melainkan beraneka warna. Karena itulah, tidak semua hal bisa dipandang hanya dari dimensi benar dan salah secara kaku, layaknya warna monochrome hitam dan putih,” ujarnya.

Menurut Lia, banyak aspek yang harus diperhitungkan. Terkadang segalanya terasa begitu absurd. Antara yang seharusnya dan yang terjadi. Antara pemikiran dan realitas. Antara ambisi dan kebutuhan. Antara ideologi dan kondisi. “Bahwa hidup itu penuh warna, penuh rasa, penuh kesan, penuh tanya, penuh misteri yang selalu memberi ruang terbuka bagi aneka interpretasi yang tidak pernah final dengan titik hitam atau putih,” pungkas Lia Mustafa. (Tok)