Event

Pameran Audio Slompret Jogja Di Bentara Budaya Yogyakarta, 13-22 November 2018

Pameran Audio Slompret Jogja Di Bentara Budaya Yogyakarta, 13-22 November 2018

Pameran Audio Slompret Jogja Di Bentara Budaya Yogyakarta, 13-22 November 2018

Impessa.id, Yogyakarta : Pameran Audio Tempo Doeloe yang dikemas dalam tajuk “Slompret Jogja” digelar mulai Selasa petang, 13 November 2018 selama sepuluh hari kedepan, di Bentara Budaya Yogyakarta Jalan Suroto Nomor 2 Kotabaru, Yogyakarta, terbuka untuk publik secara gratis.

Kurator Pameran Hermanu menuturkan bahwa para pecinta Audio Lawasan yang tergabung dalam Paguyuban Padmaditya sebenarnya telah berpameran beberapa kali di Bentara Budaya. Bahkan pernah pameran keliling  dari Yogja, Solo, Surabaya, Jakarta dan Denpasar, Bali tahun 2013, dalam judul pameran  “Layang Swara”. Kemudian “Corong Bernyanyi” di tahun 2015. “Kali ini kami tampilkan kembali dalam bentuk pameran yang lain, bukan hanya audio lawasan saja yang kami tampilkan tapi juga mengusung beberapa tokoh dari dunia hiburan yang melegenda dan mengharumkan nama Yogyakarta di mata masyarakat Indonesia dan duni,” ujar Hermanu.

Menurut Hermanu, “Slompret Jogja” merupakan  judul pameran kali ini karena tokoh-tokoh legenda yang terpilih,  menyuarakan kebolehannya lewat radio, televisi, tape recorder, piringan hitam, dan alat rekaman lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia dan mungkin mancanegara. “Ibaratnya, mereka sebagai corong atau slompret yang menyuarakan kebolehan mereka dalam dunia tarik suara. Lagu Bagimu Negri, adalah salah satu ciptaan terbaik pencipta lagu di Yogja. Pidato lewat siaran radio yang membuat pendengarnya tergugah semangatnya untuk melawan penjajah di masa lalu, kemudian berlanjut menyuarakan masyarakat bawah, kemudian musik dan Gending-Gending yang menghibur, siaran Wayang Kulit membuat pendengarnya terhanyut dalam alur cerita semalam suntuk, Jelasnya.

Yogyakarta memang gudangnya para seniman, dari sekian banyak seniman terpilih lima tokoh yang cocok untuk ditampilkan, berkenaan dengan pameran Audio Lawasan, dengan latar belakang yang berbeda satu dengan  yang lain. Seniman-seniman itu, Pak Besut yang terkenal lewat siaran radio RRI Yogyakarta dengan jargonnya “Man Jamino Man”. Kemudian Kusbini, komposer sekaligus pencipta lagu, juga guru musik yang piawai dengan alat biola dan gitarnya. Basiyo, pelawak yang cerdas dan pencipta Gending “Pangkur Jenggleng”. Kemudian Nyi Tjondrolukito, sinden terkenal dengan Gending “Uler Kambang”dan ”Kutut Manggung”, serta Ki Hadi Sugito, dalang terkenal dari Toyan. Wates, Kulonprogo yang telah merekam berpuluh-puluh cerita lakon wayang purwa.

“Mereka semua mempunyai rekaman yang sangat digandrungi oleh masyarakat Yogyakarta dan Indonesia. Sampai sekarang Dagelan Mataram di mana Basiyo sebagai roll-nya masih diputar di stasiun radio FM dan  AM setiap hari, dengan berganti-ganti cerita, demikian juga seniman lainnya. Walaupun mereka sudah tiada, karya-karyanya masih menghiasi ruang-ruang  keluarga kita,” pungkas Hermanu.

Pameran Audio Lawasan di Bentara Budaya Yogyakarta, lebih bervariasi dan belum pernah ditampilkan, diantaranya, tapereel, radio transistor berbagai model, beberapa Gramofon kotak yang bervariasi, ampli tabung, dan berbagai audio lawasan yang jarang terlihat selama ini. (Her/Tok)