Event

International SETI Conference, Di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 10 November 2018

International SETI Conference, Di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 10 November 2018

International SETI Conference, Di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 10 November 2018

Impessa.id, Yogyakarta : Tahun 2018, merupakan ketiga kalinya, sebuah perhelatan dan pertemuan antara dunia seni dan space science, International SETI (Search for Extra-Terrestrial Intelligence) Conference #03, digelar oleh ISSS (Indonesia Space Science Society) bersama v.u.f.o.c lab, berlangsung di Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharma, bekerja sama dengan Program Doktor (S3) Kajian Budaya, Kajian Seni dan Masyarakat USD, pada Sabtu, 10 November 2018 mulai pukul 10 pagi hingga jam 5 sore.

Koordinator ISSS, Venzha Christ mengatakan bahwa SETI bertujuan untuk membantu meningkatkan minat masyarakat terhadap space science,  antariksa serta turunannya, termasuk astrophysics dan astrobiology, dengan harapan publik Indonesia akan semakin mempunyai percepatan ilmu pengetahuan yang kuat dibidang ilmu antariksa.

Menurut Venzha, Pendidikan Astronomi di Indonesia secara formal dilakukan di Departemen Astronomi, Institut Teknologi Bandung - ITB. “Departemen Astronomi ini masih berada dalam lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam -FMIPA, belum menjadi fakultas yang berdiri sendiri atau bisa dikatakan bahwa sampai saat ini, Indonesia masih belum mempunyai Satu Lembaga Pendidikan yang secara khusus sebagai Universitas Astronomi dan Space Science,” ujarnya.

Gunawan Admiranto dari National Institute of Aeronautics and Space LAPAN mengungkapkan bahwa di ITB, Departemen Astronomi secara langsung terkait dengan penelitian dan pengamatan di Observatorium Bosscha, yang digunakan sebagai laboratorium penelitian. Sedangkan Lembaga Negara yang terlibat secara aktif dalam perkembangan astronomi di Indonesia adalah Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional -LAPAN. Observatorium di Indonesia itu masih jauh dari ideal untuk riset dan pengamatan luar angkasa, dikarenakan adanya polusi cahaya yang sudah tinggi disekitarnya. Selain sudah berusia hampir 80 tahun, teleskop yang ada hanya bisa untuk laboratorium dan pelatihan pengamatan dan observasi antariksa.

Meski demikian, menurut Gunawan Admiranto, sejarah Observatorium Bosscha telah menghasilkan banyak catatan penting di bidang astronomi Indonesia. “Penemuan planetary Nebula di langit selatan, 50% ditemukan di observatorium milik Indonesia. Kemudian, Gerhana Matahari Total pada tahun 1930, dimana Albert Einstein duduk dalam komitenya untuk membuktikan Teori Relativitas Umum Einstein, serta keikutsertaan Observatorium Bosscha dalam Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, dengan membuka Jurusan Astonomi di ITB pada tahun 1959, sehingga ITB merupakan satu-satunya Universitas Negeri yang mempunyai fasilitas dan infrastruktur untuk mempelajari astronomi secara baik dan layak,” jelasnya.

Pembicara yang berpartisipasi pada International SETI Conference #03, 2018 di Yogyakarta, yakni, Special Guest Speakers, Ilham A. Habibie Co-Founder The Habibie Center - THC, Jakarta, Yusuke Murakami (Japan) selaku Commander Crew 191, Team Asia, MDRS – Mars Desert Research Station 2018, Utah, USA;  Gunawan Admiranto selaku Astronomer, Senior Researcher, National Institute of Aeronautics and Space; LAPAN Indonesia, Premana W. Premadi, Astronomer atau Senior Researcher, dan Galaxy and Cosmology, director of BOSSCHA Observatory, Lembang, Bandung.

Speakers and Chairs;  Gregorius Budi Subanar, Lecturer and Researcher, IRB Religious and Cultural Studies, Sanata Dharma University, Yogyakarta, Ish Shehrawat (Artist, Curator, Researcher : Sound and Space Exploration, New Delhi, (India); Lauren Reid (Germany). Special Featuring in the conference, Screening of a documentary movie from Crew 191 – Team Asia, MDRS Mars Desert Research Station (2018), Utah, USA (English version) by Makoto Kawamura (NHK-Japan).

Curator, Researcher masing-masing, Node Center for Curatorial Studies, Art and Space Science, Berlin, Germany; Dia Hamed, Technologist, Artist, Researcher Medrar Media Lab, Cairo, Egypt; Makoto Kawamura (Japan) 191 Team Asia, MDRS Mars Desert Research Station 2018, Utah, USA; Rene T.A Lysloff , Senior Researcher of PostHuman, University of California Riverside UCR, California, USA.

Berikutnya dari Indonesia, Mutoha Arkanuddin (Co-Founder, Jogja Astronomy  Club); Venzha Christ (co-founder v.u.f.o.c and HONF Foundation, Yogyakarta); Nur Agustinus (Founder, BETA UFO Indonesia, Surabaya); A. Sudjud Dartanto (Independent Curator and Writer, Indonesia Institute of the  Arts, ISI Yogyakarta; Scholastica Wedhowerti, Lecturer and Researcher, English Letters Department, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

Konferensi Internasional SETI Ke-3 di Kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta itu diwarnai dengan hadirnya booth Robot Antariksa terbuat dari limbah kreasi pemuda Jogja, sekaligus sebagai suvenir bernuansa Outer Space, dunia Angkasa Luar. (Tok)