Aksi Bulan Kesehatan Gigi Nasional Di Yogyakarta, 17 Oktober 2018
Impessa.id, Yogyakarta, 17 Oktober 2018, Pepsodent, brand perawatan kesehatan gigi dan mulut produksi PT Unilever Indonesia Tbk bekerjasama dengan Persatuan Dokter Gigi Indonesia – PDGI dan Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia –AFDOKGI, menggelar program Bulan Kesehatan Gigi Nasional –BKGN 2018 di Rumah Sakit Gigi dan Mulut – RSGM Prof. Soedomo Yogyakarta, 17 – 19 Oktober 2018.
Melalui tema “Lindungi Kesehatan Gigi Keluarga Dari Resiko Gula Tersembunyi”, BKGN 2018 memberikan edukasi mengenai pentingnya mewaspadai gula tersembunyi yang ternyata banyak kita kosumsi setiap hari, terutama ketika resiko yang ditimbulkannya terhadap masalah Karies atau Gigi Berlubang.
drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc. selaku Division Head for Health & Wellbeing and Professional Institutions Yayasan Unilever Indonesia berkomentar, ”Tahun ini merupakan tahun ke-9 pelaksanaan BKGN di kota Yogyakarta. Di setiap pelaksanaannya kami selalu mendapatkan respon yang sangat positif dari masyarakat setempat, artinya masyarakat Yogyakarta memang memiliki kepedulian terhadap kesehatan gigi dan mulut mereka. Tahun ini kami memiliki target untuk memberikan edukasi dan pelayanan kesehatan gigi ke 1.000 orang masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.”
“Edukasi ini dipercaya akan sangat bermanfaat bagi masyarakat Yogyakarta, karena selain ragam penganan khas Yogyakarta yang memang dikenal dengan cita rasanya yang manis, ternyata banyak pula kuliner lokal yang meskipun tidak bercitarasa manis namun memiliki kandungan gula tersembunyi, misalnya beberapa menu makanan khas masyarakat Yogyakarta seperti Mangut, Tengkleng, Sate Klatak hingga Sambel Krecek,” ungkapnya.
Sejak pertamakali digelar tahun 2010, BKGN, Pepsodent, PDGI dan AFDOKGI memiliki komitmen berkelanjutan untuk mengedukasi, memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, sekaligus membiasakan masyarakat Indonesia merawat kesehatan gigi dengan menyikat gigi pada pagi dan malam hari, serta memeriksakan diri ke dokter gigi setidaknya enam bulan sekali.
“Setiap tahunnya, kami selalu mengangkat berbagai tema menarik dan terkini. Tahun ini, tema risiko gula tersembunyi terhadap kesehatan gigi dan mulut menjadi pilihan karena ternyata masih banyak masyarakat yang belum memahami bahwa makanan atau minuman yang tidak manis sekalipun dapat mengandung gula penyebab gigi berlubang,” lanjut drg. Mirah.
Terkait dengan konsumsi gula, World Health Organization (WHO) menganjurkan bahwa asupan gula dari semua sumber makanan dan minuman tidak melebihi 50 gram per hari untuk dewasa dan 30 gram per hari untuk anak. Sayangnya, data Survey Konsumsi Makanan Individu (SKMI) Indonesia tahun 2014 menyatakan bahwa sebanyak 29,7% masyarakat Indonesia mengonsumsi gula harian melebihi batas rekomendasi tersebut. Konsumsi gula berlebih ini salah satunya disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan kehadiran gula tersembunyi.
drg. Mirah menerangkan lebih lanjut, ”Selama ini kita tidak menyadari bahwa konsumsi gula sehari-hari ternyata layaknya sebuah ’gunung es’. Makanan dan minuman yang bercitarasa manis sebenarnya hanya sebagian kecil dari gula yang kita konsumsi, di luar itu, faktanya begitu banyak jenis makanan dan minuman tidak manis namun mengandung gula tersembunyi yang menimbulkan berbagai risiko kesehatan, termasuk gigi berlubang.”
Khusus mengenai hubungan antara gula tersembunyi dan gigi berlubang, Dr. drg. Ahmad Syaify, Sp. Perio (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Gadjah Mada menjelaskan bahwa masalah gigi berlubang atau karies seringkali digambarkan sebagai empat mata rantai yang saling berinteraksi, yaitu host yang terdiri dari gigi dan air liur, mikroorganisme atau bakteri pada plak, substrat atau asupan makanan, dan waktu.
”Bicara mengenai substrat, gula yang kita konsumsi diubah oleh mikroorganisme di dalam mulut sehingga kondisi pH mulut otomatis berubah menjadi asam dan proses karies pun terjadi. Selain substrat, faktor waktu juga penting diperhatikan karena berhubungan erat dengan seberapa seringnya kita mengonsumsi gula, termasuk gula tersembunyi. Namun, proses karies akibat gula ini dapat dikendalikan dengan lebih mewaspadai konsumsi gula dan menginterupsi waktu pembentukan karies dengan rutin menyikat gigi pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride, serta berkonsultasi ke dokter gigi minimal enam bulan sekali,” pesan drg. Ahmad.
Topik penting tersebut diangkat melalui BKGN 2018, yang secara keseluruhan memiliki target untuk mengedukasi dan melayani lebih dari 65.000 masyarakat Indonesia melalui rangkaian aktivitas yang digelar di 23 Fakultas Kedokteran Gigi dan 40 cabang PDGI di Indonesia hingga Desember 2018. Pepsodent, PDGI dan AFDOKGI mengajak masyarakat untuk menciptakan Senyum Sehat Keluarga Indonesia, akan tercapai, sebagai dukungan bagi pemerintah menuju Indonesia bebas karies tahun 2030. (Tok)