Feature

Populasi Liar Burung Gelatik Di Hotel Melia Purosani Yogyakarta Meningkat Jumlahnya

Populasi Liar Burung Gelatik Di Hotel Melia Purosani Yogyakarta Meningkat Jumlahnya

Populasi Liar Burung Gelatik Di Hotel Melia Purosani Yogyakarta Meningkat Jumlahnya

Impessa.id, Jogja: Meningkatnya populasi Burung Gelatik yang bersarang di atap puncak Hotel Melia Purosani Yogyakarta yang berada di tengah-tengah pusat kota, memberi berita gembira bagi banyak pihak, mengingat spesies aseli Jawa-Bali, Burung Gelatik, masuk dalam daftar Merah Appendiks II CITES, daftar spesies yang tidak terancam kepunahan, tetapi mungkin terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan pada konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam, CITES -Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 20 Tahun 2018, Burung Gelatik telah masuk sebagai satwa yang dilindungi hukum di Indonesia.

Sejak CITES diberlakukan tahun 1975, Pemerintah Indonesia ikut meratifikasinya dengan Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1978. Departemen kehutanan, berdasarkan pasal 65 Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1999 ditunjuk sebagai otoritas pengelola konservasi tumbuhan dan satwa liar di Indonesia. Selanjutnya, Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, ditunjuk sebagai otoritas pengelola CITES di Indonesia melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 104/Kpts-II/2003 (sebagai pengganti Keputusan Menteri Kehutanan No.36/Kpts-II/1996). Selain itu, Peraturan Pemerintah No. 7 dan 8 Tahun 1999 juga menunjuk Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia -LIPI, sebagai otoritas keilmuan CITES.

Sehubungan dengan kabar baik tersebut, Manajemen Hotel Melia Purosani bekerjasama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam –BKSDA Yogyakarta menggelar sosialisasi Peraturan Perundangan Berkaitan Dengan Satwa dan Tumbuhan Yang Dilindungi Undang Undang dengan mengundang 40 pasangan Guru dan Siswa SMP se Kota Yogyakarta, pada Jum’at, 14 September 2018, menghadirkan pakar terkait masing-masing, Drs. Bambang Agus Suripto, M.Si, dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Dr. Ir. Ing. Pramana Yuda dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Ir. Junita Parjanti, M.T. dan Kusmardiastuti, S.Hut, MP dari BKSDA Yogyakarta.

Hasil pantauan yang dilakukan pihak BKSDA Yogyakarta atas perkembangan populasi Burung Gelatik yang bersarang di atap-atap hotel bintang lima itu, tercatat di tahun 2012 terdapat 20 ekor Gelatik, 2014 jumlahnya bertambah menjadi 40 ekor, kemudian pada 2015 bertambah sedikit dan pada 2017 meningkat menjadi 50 ekor Burung Gelatik. Manajemen Hotel Melia Purosani Yogyakarta yang berhasil meraih banyak penghargaan tingkat dunia berkaitan dengan Green Hotel, menyediakan area khusus tempat memberi makan burung Gelatik tersebut berupa biji-bijian serta rumput-rumput kering untuk pembuatan sarang.

Rindangnya pohon-pohon Cemara Gunung yang berjajar menjulang disepanjang halaman hotel menjadi tempat bertenggernya Gelatik-Gelatik itu secara nyaman, bahkan menurut penjelasan Danang selaku Marcom mewakili General Manager, disetiap sore hari serombongan burung Gelatik senantiasa hinggap di ranting-ranting pohon cemara itu, seolah kumpul arisan bagi-bagi informasi, untuk kemudian pergi menghilang bermalam di tempatnya masing-masing.

Para narasumber dalam kesempatan itu memaparkan penjelasan rinci sesuai topik bahasan mengenai Burung Gelatik yang disajikan, mulai dari Kedudukan Taksonomi, Deskripsi Morfologi, Distribusi Jenis, Habitat dan Cara Hidup, Kebiasaan Makan Gelatik, Pola Reproduksi, Nilai Penting Keberadaan Burung Gelatik, hingga Status Konservasinya.

Aji Susanto, Guru SMP Negeri 11 Yogyakarta kepada Impessa.id menuturkan pentingnya sosialisasi seperti itu. “Semakin banyak perusahaan atau korporasi menggunakan CSR-Corporate Social Responsibility-nya untuk konservasi, semakin sering diadakan itu akan semakin baik. Karena faktor manusianya yang harus di-edukasi mengenai konservasi. Kini saatnya BKSDA turun ke sekolah-sekolah mensosialisasikan hal itu, karena satu-satunya institusi yang mempunyai senjata ampuh ya di pendidikan,” ungkap Aji.

Senada dengan Aji Susanto, Puji Siantono, Guru SMP Negeri 8 Yogyakarta mendukung seringnya sosialisasi tentang konservasi, sehingga para guru dan siswa semakin mengetahui kalau Burung Gelatik itu hampir punah. “Setelah sosialisasi ini, saya akan berbagi informasi ke sekolah kami, bahwa Burung Gelatik yang aseli Jawa-Bali itu hampir punah, dengan maksud agar keberadaannya tetap dijaga agar tidak punah,” ujar Antono, sapaan akrabnya.

Sementara itu dua siswa, masing-masing Daza dari SMP N 8 dan Nabil dari SMP N 11 yang ditemui Impessa.id, mengaku belum pernah melihat langsung ujud Burung Gelatik, dan setelah memperoleh bekal pengetahun tentang hampir punahnya satwa aseli Jawa itu, mereka berdua sepakat untuk menyebarluaskan berita penting tersebut kepada teman-temannya, baik di sekolah maupun dipemukiman tempat tinggal mereka.

Semoga Burung Gelatik kecil nan cantik yang dikenal sebagai Java Sparrow dengan warna bulu abu-abu cerah, bagian perut berwarna merah-jambu kecoklatan, ekornya berwarna hitam, sedangkan bawahnya berwarna putih, kepalanya hitam dengan bercak putih yang mencolok di pipinya, memiliki lingkaran merah disekitar mata, paruh merah berukuran besar penanda burung pemakan biji-bijian, tetap lestari keberadaannya, sehingga generasi berikutnya tetap dapat melihat langsung wujud Gelatik, satwa aseli Jawa-Bali yang sesungguhnya. (Tok)