Event

Rumah Susun Versi Pematung Ali Umar Di Pameran Nandur Srawung #5 Taman Budaya Yogyakarta

Rumah Susun Versi Pematung Ali Umar Di Pameran Nandur Srawung #5 Taman Budaya Yogyakarta

Rumah Susun Versi Pematung Ali Umar Di Pameran Nandur Srawung #5, Bebrayan DIWO, Taman Budaya Yogyakarta, 25-31 Agustus 2018.

Impessa.id, Jogja : Kayu Ulin Kalimantan nan keras direspon oleh pematung Ali Umar menjadi simbol “Rumah Susun” yang tumbuh subur bak Jamur Di Musim Hujan, di perkotaan, yang menurutnya mengabaikan lingkungan semisal menyusutnya kandungan air bawah tanah.

Karya tiga dimensi, tujuh tonggak kayu berukir yang tertancap di pasir pantai, adalah kreasi Ali Umar, seniman patung Jogja yang terpilih mengikuti Pameran Bersama Nandur Srawung edisi ke-5 dengan tema “Bebrayan DIWO”, yang berlangsung di Taman Budaya Yogyakarta, selama sepekan, mulai Sabtu malam (25/08/18), sebagai malam pembukaan, hingga akhir bulan, 31 Agustus 2018.

Menurut Ali Umar, seniman patung yang bermukim di Jogonalan Kidul RT 3 Kasihan, Bantul, keterlibatan dirinya di Nandur Srawung ke-5 melalui “Rumah Susun” tersebut, ingin mengkritisi terhadap maraknya pembangunan gedung-gedung pencakar langit di kota-kota yang berdampak terhadap lingkungan, sehingga perlu pertimbangan sungguh-sungguh.

“Menurutku, Nandur Srawung edisi 1,2,3 dan 4 itu melulu pameran saja, masih dalam tahapan pencarian bentuk, namun untuk pameran bersama Nandur Srawung kali ini, sudah tampak kemapanannya, terlihat dengan adanya program-program yang beragam selain pameran, semisal pertemuan antara seniman yang berpameran dengan warga masyarakat”, papar Ali Umar

Dalam Program Seniman Srawung Temu, Ali Umar, bertemu dengan Parjono, Tukang Kayu yang beralamatkan di Senggotan, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Ketika dikonfirmasi Impessa.id mengenai hal itu, dirinya menuturkan. “Saya tukar pikiran dengan Pak Parjono, bukan menggurui sih, namun sekedar memberi masukan, jika limbah kayu yang berujung menjadi kayu bakar, diolah kembali dengan sentuhan artistik, sehingga mempunyai nilai lebih,” ujarnya kepada Impessa.id.

Selain Ali Umar, tercatat tiga seniman lain mengikuti program Srawung Temu, masing-masing, seniman Dipra dan Pepen bertemu dengan Kampung Batik Kepek. Kemudian seniman Ungki Prasetyo bertemu dengan Rumah Agung Menoreh, serta seniman Wibi Priyanto bertemu dengan Stone House.

Sedangkan pada Program Seniman Srawung Moro, terdapat sembilan seniman yang mengunjungi tuan rumah masing-masing, seniman Muhammad Hafiz, Srawung Moro ke Survive Garage, seniman Ade Pasker Studio Srawung Moro ke Studio Taring Padi. Seniman Robert dan Olga Srawung Moro ke Krack Studio. Seniman Adek Dimas A Srawung Moro ke HONF. Seniman Salaudin Srawung Moro ke Grafis Minggiran, Seniman Kana Srawung Moro ke Dongaji. Seniman Kevin Nathaniel Srawung Moro ke Kersan Art Space. Seniman Haryo Hutomo Srawung Moro ke Ethnictro dan senian Ridho Tullah Srawung Moro ke River House atau Performance Klub.

Program lainnya berupa, Srawung Sarujuk, Pasar Nandur dan Pasar Srawung, Panggung Srawung, Lokakarya Srawung, Nandur Aksi – Temu dan Moro, Srawung Wacana – Sarujuk dan Program Srawung Selo. Tercatat totoal 135 seniman yang terlibat di Pameran Bersama Nandur Srawung #5, bertemakan “Bebrayan DIWO (Do It With Other)", 2018 di Taman Budaya Yogyakarta, dengan menampilkan 150 karya, berupa karya dua dimensi, tiga dimensi, New Media Art, Performance Art dan Laboratorium Warga HONF. (Tok)