Feature

Pameran Lukisan NYALA karya PKL Siswa SMKN 3 Kasihan Di Kembangjati Art House Yogyakarta, 28 Desember 2024 hingga 3 Januari 2025,

Pameran Lukisan NYALA karya PKL Siswa SMKN 3 Kasihan Di Kembangjati Art House Yogyakarta, 28 Desember 2024 hingga 3 Januari 2025,

Seniman Pematung ternama Dunadi terkesima dengan pameran lukisan NYALA karya PKL siswa SMKN 3 Kasihan di Kembangjati Art House Yogyakarta, 28 Desember 2024 hingga 3 Januari 2025,

Impessa.id, Yogyakarta: Sejumlah 35 pelajar Kelas Tiga SMSR Yogyakarta telah mengikuti Praktik Kerja Lapangan -PKL selama tiga bulan, di tujuh studio/sanggar seni, milik tujuh seniman senior di Yogyakarta. Ke-tujuh seniman tersebut yakni, Budi Ubrux, Ledek Sukadi, Rismanto, Sumadi Etnik Jawa, Tarman, Andi Pensil Terbang, dan Nano Warsono. Hasil PKL 35 pelajar itu kini dipajang dalam pameran seni rupa bertajuk “NYALA” berlangsung di Kembangjati Art House, Sonopakis, Yogyakarta, pada 28 Desember 2024 hingga 3 Januari 2025.

Ketua Pelaksana Pameran “NYALA” Zaky Kahlil, saat dikonfirmasi Impessa.id akan makna judul tersebut mengatakan, “Nyala merupakan simbol cahaya kecil yang mampu memancarkan terang ditengah gelap. Ia mengajarkan bahwa dari nyala kecil, dampak besar dapat dimulai, mencerminakn keberanian untuk terus berjalan meski dalam ketidakpastian. Nyala lentera tidak hanya menerangi jalan bagi pemiliknya, tetapi juga menjadi cahaya yang menyinari sekitarnya,”.

“Dalam prosesnya Nyala menjadi medium untuk menemukan identitas, menggali makna diri ditengah kabut kehidupan. Meskipun bahan bakarnya terbatas, keberanian untuk terus menyala menciptakan inspirasi abadi melawan kegelapan, membangkitkan harapan, dan menghidupkan perubahan yang memberi terang pada kehidupan,” imbuh Zaky.

Ke-35 peserta pameran itu masing-masing, Aji Pangestu, Alifah Bilqis Salsabila, Andri Fatah, Annisa Sifah, Ariska Rana Anori,  Bilal Burhan Zulhilmi, Cahya Perwita Prajna Tiara Jati, Cut Fahesa Chuznul Chotimah, Daveena Anaruniy Margaretha, Devi Kumala Sari,  Devita Aurany Tajira, Dwi Wahyu Lestari, Enggih Fajrin Nattabecik, Erlita Angel Bella N.H, Gatot Tri Pamungkas,  Handika Febriyanto, Hanifah Nur Fajri, Helmy Rafael, Isnaini Puspa R, Mega Febri Prasetyo,  Nada Husniya Shinta, Nabiula Nur Aini, Nazhifa Aghny Fahira, Putri Nidhaul Hanasah, Queen Kyle Chelsea Kia Narda,  Risalah Ahimsa Kinanti, Rosalinda Tiffany, Shinggundinggazhanggaree, Jaudingginaderaenivatearathus, Mauradhutthamazhazhilazu’art,  Theodora Sekar Ayu Maharani, Yudiantoro, Yusril Agustianto, Zaky Kahlil, Zikrina Faratiha Azalia.

Disela-sela pameran berlangsung, seniman senior Ledek Sukadi, salah satu mentor yang ditemui Impessa.id menuturkan proses kerja para pelajar tersebut. “Siswa yang berpameran ini sudah mendapatkan teori disekolah, namun secara detail belum memadai dan ketika mereka di’poles’ selama PKL oleh seniman senior, maka mereka lebih PD (percaya diri), lebih bisa tau bagaimana cara melukis yang benar. Melukis yang benar adalah dengan teknik, dengan media, dia bisa menakluk-kan. Maksudnya, ketika siswa bermain dengan acrylic, maka mereka harus menguasai bagaimana karakter acrylic, ketika siswa bermain dengan cat minyak, maka mereka harus mengetahui karakter cat minyak, sedangkan di sekolah siswa hanya mengerjakan tugas yang diberikan Guru, kemudian dinilai, selesailah. Namun ketika praktik di tempat seniman, selalu ada presentasi, bagaimana dia berkarya, untuk mempertanggungjawabkan karyanya, dan siswa harus punya konsep. Jadi ketika siswa berkarya pun juga sudah berpikir dulu, tidak sekedar melaksanakan tugas seperti di sekolah untuk mencari nilai.

Ketika siswa melakukan PKL di sanggar seniman, kurikulumnya berbeda. Tahapannya, pada bulan pertama dan bulan kedua siswa disiapkan untuk menciptakan sebuah karya. Kemudian pada bulan ketiga, siswa ditekankan bagaimana mereka bisa membuat konsep, dan mengemas ke sebuah pameran.

“Selama tiga bulan PKL di sanggar saya, ke-tujuh siswa, betul-betul fokus, sehingga nampak persaingan skill dan kemampuan bakat masing-masing terasah, karena saya selalu menanamkan semangat dalam berkarya dengan bermain ‘rasa’ secara ‘enjoy’ tanpa ada batasan antara senior dan yunior, kepada mereka,” ungkap Ledek Sukadi.

“Sebetulnya tantangan yang paling nyata ketika menerima pelajar PKL di studio seniman adalah kebiasaan mereka bermain HP, terkait itu maka setiap studio/sanggar telah menetapkan peraturan yang harus diikuti antara lain, tata tertib selama berkarya, ada waktu-waktu tertentu yang memang harus memerlukan konsentrasi untuk mengejar target mengingat seseorang kalau sudah ‘mood’ melukis maka waktu itu terasa cepat sekali berlalu, sehingga harus pandai-pandai memanfaatkan waktu sebaik-baiknya,” imbuh Ledek Sukadi.

Terkadang muncul kegamangan diantara pelajar ketika dituntut untuk membuat sebuah karya, bingung harus darimana memulainya, Seniman senior Ledek Sukadi dengan Sanggar Rupa Jawa nya yang berada di kawasan Karangjati RT 7, Bangunjiwo-Kasihan-Bantul, sudah membuka diri meluangkan waktu menerima PKL pelajar SMSR sejak 2003, dan dia niati sebagai ibadah, kali ini memberikan tip bagi siswa, mudah untuk dilakukan yaitu, dengan sering-sering nonton pameran seni rupa, sering-sering baca buku-buku seni rupa, majalah-majalah seni rupa, semua itu untuk memancing ide, membuka gagasan. Selanjutnya ketika siswa telah penat melukis di media kanvas, maka siswa di ‘refresh’ melukis diatas media selain kanvas, sebagai seni alternatif.

Ibu Dunadi, isteri seniman pematung ternama Dunadi, yang secara esmi membuka pameran “NYALA” di Kembangjati Art House pada Sabtu sore (28/12/2024) kepada Impessa.id menyampaikan rasa kagumnya pada karya para pelajar yang terpampang di ruang pamer. “Saya sangat mengapresiasi pameran karya anak-anak PKL ini, salut sekali! mereka masih pelajar kelas tiga, karya-karyanya sudah sebagus ini, coretan dan warnanya di kanvas sudah berani, semoga anak-anak ini suskses kedepannya, sesuai dengan tajuk pameran ‘Nyala’ agar bakat dan skill anak-anak ini senantiasa dirawat agar tetap menyala terus,” tutur Ibu Dunadi.

Dalam kesempatan itu Ibu Dunadi terkesan dengan sebuah lukisan karya siswa tuna-rungu yang mem-visual-kan wajah ibundanya. “Anak yang ada kekurangannya tapi dia mempunyai kelebihan,” aku Ibu Dunadi.  

Eko Haryono, Ketua Konsentrasi Keseharian Seni Lukis di SMSR, SMK 3 Kasihan, ketika melihat langsung pameran “Nyala” hasil PKL siswa kelas tiga, merasa surprise melihat kemampuan siswa-siswanya. Kepada Impessa.id dirinya mengungkapkannya.

“Pameran ini bagus sekali, karena sekarang itu kompetensi siswa seni lukis ini tidak hanya pada melukis tetapi siswa dituntut untuk mempunyai kemampuan lain, seperti bisa menyelenggarakan sebuah pameran, itu kan didalamnya banyak hal yang harus dikerjakan, akhirnya banyak potensi muncul, ada siswa yang kini mampu tampil sebagai MC, bisa mendisplay lukisan, bisa membuat katalog pameran, bisa menggalang kerjasama, semua ini pendidikan, sehingga latihan kerja dan ketrampilan seperti ini sangat penting bagi siswa SMK, yang tidak ada dalam kurikulum semisal, ‘entengan’, ‘mempeng’ itu muncul disini. Kami sangat berterimakasih kepada para mentor yang begitu besar jasanya membina siswa-siswa kami sehingga mampu menjadi seperti ini,” ungkap Eko Haryono yang didampingi Kuat, Guru di SMKN3 Kasihan pula.

Pandangan terkait adanya stigma sebagian orangtua murid yang merasa kecewa apabila anaknya memilih jurusan melukis, karena anaknya bakalan ‘se-mau-mau-nya sendiri’, Eko Hayono meluruskan bahwa kini pihaknya menekankan bahwa ‘se-mau-nya sendiri’ itu dituangkan kedalam sebuah karya seni, “Kami sekarang mendidik anak-anak bagaimana dia profesional, semau-maunya itu dilampiaskan dalam berkarya saja, siswa sebagai personal, sebagai makhluk sosial harus bisa menyesuaikan diri. sehingga stigma ‘semau-maunya sendiri’ itu terkikis dengan sendirinya. Alhamdulillah, banyak lulusan SMSR yang kami bekali dengan teknik yang mumpuni kini menekuni profesi di dunia usaha yang masih terkait dengan seni lukis,” jelasnya.

Salah satu siswa yang berpameran, Risalah Ahimsa Kinanti, dengan lukisannya berjudul “Self Portrait” mem-visual-kan wajahnya sendiri dalam gayanya Claude Monet pelukis Prancis dengan aliran impresionisme, dibawah bimbingan mentor Andi Pensil Terbang. Kepada Impessa.id, Risa,sapaan akrabnya, menuturkan proses selama PKL di Studio Pensil Terbang.

“Awalnya kami diminta membuat sketsa dalam jumlah tertentu, kemudian lebih detail ke drawing, ke realis, lalu melukis dengan challenge memakai gaya seniman ternama dunia. Ada Da Vinci, ada Picasso, saya milih Claude Monet,” ujarnya.

Lingga dari Studio 103 Yogyakarta salah satu tempat yang digunakan PKl oleh siswa-siswa SMSR merasa surprise setelah menyaksikan sendiri pameran “NYALA” di Kembangnjati Art House Yogyakarta, menampilkan hasil karya pelajar Kelas 3 SMKN 3 Kasihan, melalui Impessa.id dirinya menyatakan rasa kagumnya. “Pameran anak-anak PKL ini diluar ekspektasi saya, saya tidak menyangka mereka bisa mendisplay seperti ini, enak sekali dinikmati,” ujarnya singkat. (Feature of Impessa.id by Antok Wesman)