Feature

SURANTO KENYUNG, Seniman Patung Spesialis Membuat Tabung Dari Batu Bata Mini

SURANTO KENYUNG, Seniman Patung Spesialis Membuat Tabung Dari Batu Bata Mini

SURANTO KENYUNG, Seniman Patung Spesialis Membuat Tabung Dari Batu Bata Mini

Impessa.id, Yogyakarta: Suranto Kenyung, adalah salah satu diantara 10 seniman yang terlibat dalam pameran bertajuk “Kelompok Merdeka” yang digelar di Jogja Gallery Jl. Pekapalan Alun-Alun Utara Yogyakarta, pada 15-29 Agustus 2024.

Suranto Kenyung, kelahiran Bantul, pada 2 Desember 1980, yang beralamatkan di Nitiprayan RT 03 No. 107 Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, aktif berpameran sejak tahun 2012 dalam Pameran “Panen Terakhir” di areal persawahan kampung Nitiprayan Yogyakarta, selanjutnya hampir setiap tahun dirinya terlibat disetiap pameran, bahkan di ArtJog 2017 di Jogja National Museum, dimana disitu penulis sempat terpukau dan menayangkan karya unik Suranto Kenyung.

Suranto Kenyung, karyanya cukup unik. Ia mengeksplorasi bentuk batu bata, namun dibuat berukuran kecil, ciptaannya sendiri Bahkan batu bata dibuat dari mencetak dan membakar tanah liat hingga menjadi batu bata, menggunakan cara tradisional, persis seperti orang membuat batu bata pada umumnya di kampungnya, Nitiprayan masa lalu. Yang menjadi menarik, batu bata berukuran mini, itu disusun seperti bermain puzzle menjadi sebuah bentuk-bentuk baru. Suranto Kenyung bukan sekadar mengikuti intuisi, tapi membiarkan rasa main-main menuruti imajinasinya. Imitasi bangunan itu mengkritisi suatu pencitraan tentang istilah ‘cinta bumi Indonesia’ yang membangun lahan-lahan perkotaan yang merubah kawasan yang masih alami menjadi ‘kawasan wisata’.

Di ruang pamer Jogja Gallery, Suranto Kenyung mendapat satu ruang seluas 8 x 5 meter, khusus untuk memajang karya berjudul “HUTAN KOTA” terdiri dari susunan 30 tabung batu bata mininya dalam berbagai bentuk, kemudian lantainyua disebari batu-bata mini berwarna khas terracotta, yang sewaktu dikonfirmasi Impessa.id, jumlahnya sekitar satu juta biji batu bata mini berukuran lebar 12 milimeter x panjang 24 milimeter x tebal 5 milimeter, berinisial SRT.

Diantara tabung-tabung yang tersusun dari batu bata mini tersebut ada salah satu karya yang retak, ternyata ada cerita menarik dibalik itu. “Saat saya sedang fokus menyusun batu bata mini itu, anak saya nangis, rewel, saya sedang konsentrasi menyusunnya, lantas hal itu membuat isteri marah, karena saya tak menggubris tangisan anak, situasi menjadi sedikit kacau dan susunan batu bata mini itu kesenggol isteri saya sehingga retak dan malah saya pajang,” akunya. “Manakala saya menemui hal seperti itu, saya tidak bisa fokus, lantas penyusunan batu bata mini saya hentikan dahulu, nunggu saat mood muncul kembali,” imbuhnya.

Pameran tabung terbuat dari batu bata mini karya Suranto Kenyung, sengaja tanpa narasi, semua diserahkan sebebas-bebasnya kepada audience untuk menginterpretasikannya dan berimajinasi sendiri-sendiri. Uniknya menurutnya ada yang berkomentar, seperti gedung bertingkat, kayak hutan yang ditebangi, ada yang ngomong sarang semut, baginya semua itu terserah saja.

(tabung karya pertama)

Suranto kepada Impessa.id mengaku bahwa dirinya sedang mengeksplor tanah liat dari berbagai daerah, diantaranya dari Bayat, dari Godean, dari Kasongan dan dari Pundong. “Perbedaan diantara masing-masing daerah jika sudah di olah, dibakar menjadi batu bata, kekerasan dan warna yang dihasilkan berbeda-beda, kalau dari Bayat, warnanya lebih ke coklatan, sedangkan yang dari Pundong warnanya menjadi merah, kemudian yang dari Goden gak mau merah dan yang dari Kasongan warnanya merah,” jelas Suranto.

“Pada saat proses pembakaran, kita beri saja sekam, maka hasilnya memerah, tapi kalau ingin warna batu batanya menjadi hitam, saat pembakaran dimasukkan daun-daun basah ke tungku, maka asap hitam yang keluar menjadikan bata menghitam, dan warna hitam itu tidak akan bisa hilang ketika dicuci sekalipun,” imbuh Suranto.

Terkait dengan apresian yang berminat Suranto menuturkan sesuai dengan semua yang dipajang jika suka ya silahkan di pilih mana yang cocok, satu atau dua tabung ya silahkan, jadi belum ada order khusus sesuai keinginan kolektor. Dan ternyata tabung-tabing itu mudah diangkat, tidak rontok, karena memang disetiap pemasangannya oleh Suranto diberi lem khusus yang katanya sangat rahasia.

Suranto Kenyung kepada Impessa.id mengungkapkan maksud dari karya “Hutan Kota” nya yang dia kerjakan selama satu tahun tersusun dari sekitar satu juta batu bata mini tersebut. “Di karya kali ini saya bercerita tentang Hutan Kota, dimana saya merasakan tentang pembangunan yang membabi-buta yang akhirnya banyak mengorbankan banyak habitat didalam tanah, hewan, tumbuhan, dan makhluk hidup yang ada didalam tanah. Akhirnya apa yang saya lihat itu cuma semacam tunas-tunas yang gersang di atas bumi ini yang menyebabkan pemanasan global, merusak iklim, merusak mata air, merusak semua yang berhubungan dengan makhluk hidup.yang berdampingan sama manusia. Ini karena ulah manusia yang lebih ambisi untuk kepentingan perut atau ego manusia itu sendiri.”

10 perupa dari berbagai genre, dan berbagai daerah yang berpameran dalam tema “Kelompok Merdeka” di Jogja Gallery tersebut, masing-masing, Katirin, Sugiyo, Ariel Ramadhan, Arik S Wartono, Ray Bachtiar Drajat, Cipto Purnomo, Daniel Timbul, Heru Siswanto, Komroden Haro, dan Suranto Kenyung. (Feature of Impessa.id by Antok Wesman)