Feature

Pameran ART GARDEN 2D-3D Di KOMRODEN HARO Studio, Kampung Bayaran Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 15 Juli Hingga 31 Agustus 2024

Pameran ART GARDEN 2D-3D Di KOMRODEN HARO Studio, Kampung Bayaran Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 15 Juli Hingga 31 Agustus 2024

Pameran ART GARDEN 2D-3D Di KOMRODEN HARO Studio, Kampung Bayaran Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 15 Juli Hingga 31 Agustus 2024

Impessa.id, Yogyakarta: Pameran Seni Rupa bertajuk ART GARDEN 2D-3D dan Workshop Seni Di Komroden Haro Studio, yang berlokasi di kampung Bayaran Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, pada 15 Juli Hingga 31 Agustus 2024 diwarnai dengan melukis on-the-spot dan demo membuat patung model dari tanah liat.

Acara itu dibuka oleh ITOCK VAN DIERA yang sepanjang 30 tahun di usianya yang memasuki 62 tahun, Itock Van Diera meluangkan waktu masuk ke kampung-kampung kesenian di banyak daerah, kantong-kantong kesenian di Indonesia, hanya Papua yang belum pernah dia kunjungi. Bagi dirinya saat didaulat membuka pameran ART GARDEN 2D-3D di studio seniman patung KOMRODEN HARO yang berada di antara kerindangan pepohonan di kebun, ditepian sungai dengan gemericik arus air yang mengalir, Itock merasa begitu terhormat.

“Bagi saya hari ini saya membuka pameran yang terbesar menrut saya, dalam artian begini, inilah sebenarnya seniman atau banngsa ini, bahwa rumah seni atau rumah budaya ataupun tempat berkesenian yang lain, tempat pameran itu ya seperti disini saat ini, jadi budaya itu dimulai dari rumah, dari studio, inilah rumah budaya, rumah berkesnian ya seperti ini, para seniman itu jujur dalam berkarya, disini semua berbaur, ada senior ada yunior, ada pematung, ada pelukis, semua berkolaborasi berkarya bersama-sama disini,” tuturnya kepada Impessa.id.

Itock Van Diera, sebagai seorang arsitek disain interior, dirinya memandang bahwa didalam satu ruang itu tidak hanya terdapat mebel saja, tapi ada lukisan, ada piano, sehingga dengan itu, seni itu tidak terkotak-kotak dalam satu profesi saja. “Disitu ada seniman lukis, ada seniman patung, ada seniman musik. Inilah yang harus kita bangun, ada kebersamaan,” imbuhnya.

Menurut Itock, pada dasarnya seniman itu tidak dibayar, seniman itu surga, karena membuat karya untuk menyenangkan orang lain dengan karyanya, itu kan ibadah, baru kemudian muncul bisnis,

Itock yang sering menghadiri acara pameran dimana-mana, baru menemukan suasana yang baru, menyenangkan, dan membuatnya bahagia. “Inilah suasana Jogja dalam berkesenian yang sesungguhnya, tanpa batasan, ini sangat menarik bagi saya, dan saya merasa lebih ‘plong’ membuka pameran seperti ini,” ujarnya. “Pameran seperti ini tidak hanya berhenti disini saja, ini sustainable, berkelanjutan dan berkolaborasi dengan beragam profesi seni lain,” tutup Itock Van Diera.

Dalam pada itu, tuan rumah KOMRODEN HARO, seniman patung, ketika ditemui Impessa.id disela-sela keseriusan-nya membuat sketsa patung model tanah liat, menyatakan bahwa acara yang digelar di kebun studionya memang diluar dugaannya sendiri, diluar ekspektasinya, ajakan berkarya langsung diruang terbuka ternyata mendapat respon luar biasa, orang tua mengajak anaknya melukis, ada pelukis senior membuat karya on-the-spot, ada sebagian pengunjung duduk bergerombol terpencar di berbagai sudut kebun sambil menikmati camilan kacang rebus, ubi rebus dan pisang rebus. Sebagian lagi menikmati karya seni yang dipajang, ada lukisan di atas kanvas dan di atas kertas, ada patung, bahkan ada karya cukil kayu, semua tertata dalam satu area yang sederhana.

“Awalnya sekedar bincang-bincang dengan rekan seniman Syahrizal Pahlevi dari Miracle Prints, yuk Vi kita hdupkan kembali yang dulu namanya cetak-mencetak, terus Levi merespon positif dan bagi tugas, Syahrizal Pahlevi mengundang yang dua dimensi, lukis, dan saya kebagian patung, 3D, Alhamdulillah, ajakan lewat WhatsAp itu direspon 99 persen, hanya satu seniman yang belum bisa ikutan, sehingga total yang ikut ada 29 orang. Ini menjadi semangat bagi kita bahwa antusiasme itu diluar perkiraan saya. Yang menariknya, kita itu disupport banyak teman-teman, ada yang bertanya sebelumnya apakah ada demo melukis, saya jawab tidak ada cat, lantas teman saya itu siap menyumbang cat sehingga demo melukis bisa terselenggara, semuanya mengallir begitu saja,” ungkap Komroden Haro.

Sukses penyelenggaraan Pameran Seni Rupa ART GARDEN 2 Dimensi dan 3 D'imensi serta Workshop Seni Rupa bertempat di Komroden Haro Studio, Kampung Bayaran N0. 38, Rt. 08, Rw. 18, Gang Abiyasha, Tamantirto, Kasihan, Bantul, DIY 55184, pada 15 Juli – 31 Agustus 2024, Komroden berharap bahwa “Semangat yang ada ini tidak luntur, tetap banyak bergerak memperbaiki situasi, memperbaiki kekaryaan, saya dan Pahlevi tetap commited untuk melanjutkan acara seperti ini mengingat tingginya antusias dari banyak pihak,” tutup Komroden Haro.

Seniman SYAHRIZAL PAHLEVI, ketika dikulik terkait proses persiapan acara tersebut menuturkan bahwa sebelum pandemi Covid-19, dirinya dengan Komroden Haro pernah menggelar demo dan pameran gabungan seni patung tanah liat dan seni patung pahat kayu, memori indah itu memunculkan ide untuk mengulang sukses yang ada, sehingga terwujudlah Pameran Seni Rupa ART GARDEN Dua Dimensi dan Tiga D'imensi serta Workshop Seni Rupa di Komroden Haro Studio, Kampung Bayaran N0. 38, Rt. 08, Rw. 18, Gang Abiyasha, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 15 Juli – 31 Agustus 2024.

Seperti judul yang ada, maka di Studo Komroden Haro yang berada di tepian sungai di tengah perkampungan itu, dipajang lukisan dan karya patung dari 29 seniman, diwarnai demo pembuatan patung model dari tanah liat dan melukis on-the-spot oleh pelukis senior dan pelukis anak-anak, hal itu menjadikan suasana meriah, dinamis, apalagi menyertakan anak-anak yang dipastikan tidak bisa diam ditempat. Semua yang hadir berbaur, tak ada lagi perbedaan antara seniman senior maupun seniman yunior, antara seniman terkenal maupun seniman tak dikenal.

Seniman yang berpartisipasi masing-masing, Akmal Jaya, Alie Gopal, Ambar Pranasmara, Ambarwati Lestari, Ananta O’Edan, Anissa Cahya Saputri, Antok Abri, Basrizal Albara, Benny Kampai, Bonaventura Gunawan, Dedy Sufriadi, Edi Maesar, Edo Pop, Hayatuddin, Kasih Hartono, Kemala Hayati, Komroden Haro, Lejar Hukubun, Lelyana Kurniawati, L. G. Vianos, Nugroho Hohox, Patub PORX, Riduan, Sarjito, Supar Madiyanto, Syahrizal Pahlevi, Tina Wahyuningsih, Tugiman, dan Yulhendri.

Salah satu seniman yang hadir yakni ALIE GOPAL menilai secara sosial acara di ART GARDEN sangat menarik, bertemunya audience dengan seniman secara santai, non-formal, bisa saling menyapa. Dalam kesempatan itu dirinya menampilkan karya 3D nya berupa burung yang dia beri judul “Free as A Bird”. “Intinya manusia itu harus bebas kayak burung, bisa kemana-mana, tidak terkekang dengan yang lain, bagaimana kita memperlakukan diri kita sendiri, kalaupun ada rintangan, ya menghindar, seperti burung bagaimana dia harus melawan angin kalau terbang, atau mengikuti angin itu sendiri,” ujarnya.

Seniman muda LEJAR HUKUBUN menampilkan dua karya drawing menggunakan ballpoint, tinta cina dan spidol di atas kertas berjudul “Manisfetasi Keberanian dan Kekuatan” dengan visual anjing dan manusia diatasnya, karena anjingnya pemberani maka manusia mengikuti keberanian si anjing itu. “Kita bisa belajar dari hewan, termasujk aning, karena anjing itu hewan yang sangat setia,” tuturnya. Kemudian karya berikutnya berjudul “Simponi Etnik Dalam Imajinasi” yang terinspirasi dari kesenian etnik di Indonesia, yang dia wujudkan kedalam ornamen bentuk lingkaran, kotak, segitiga, yang dihubungkan, dikaitkan, dengan warna, tekstur, dan komposisi sehingga menciptakan keindahan.

TINA WAHYUNINGSIH, Seniman yang ikonik dengan karya boneka lucu nan menggemaskan, dalam pameran di acara ART GARDEN memajang karya berjudul “Outfit” atau kostum. “Kostum itu bukan riil dirinya, dia itu kayak nutupin aselinya, sebenarnya banyak sih orang yang menampilkan bukan dirinya, di public itukan kebanyakan orang menutupi siapa dia, itu pilihan, mau tampil sebagai dirinya sendiri, totally, atau mau ditutupi siapa dia sebenarnya, mungkin demi kestabilan, demi kebaikan bersama, yang tahu hanya dia sendiri,” tutur Tina kepada Impessa.id.

Sedang untuk karya berjudul “Carpedem”, Tina menjelaskan bahwa itu bermakna ‘Petiklah Hari Ini’ “Apapun yang terjadi hari itu, ambil lah, petik lah yang terbaik, setiap hari itu harus ada yang dipetik, bisa jadi harapan, impian, itu bisa jadi titik awal harapan itu terwujud,” ujarnya.

Sedangkan LELYANA KURNIAWATI, menampilkan dua karya keramik terbarunya, fresh from the oven, full colour, berjudul “Vibrant of Life 1 dan 2” yang menceritakan tentang warna-warni kehdupan dimana disitu ada full energy, setiap manusia harus memiliki itu. “Hidup itu sudah memberi kita banyak hal yang positif, yang harus dijaga, dirawat, dan dikembangkan. Singkatnya cerita tentang semangat, Spirit of life, apapun yang kita kerjakan, apapun yang akan kita hadapi, dibawa dengan semangat yang colorful, seperti karya ini,” jelasnya.

Kesannya mengikuti pameran di ART GARDEN, Lelyana merasa senang karena suasananya mirip-mirip dengan di studionya yang juga berlokasi ditepian sungai di, daerah Tempuran-Tamantirto, dikelilingi pepohonan, ditepian sungai juga, masih banyak ruang untuk berinterkasi dengan alam terdekat, “Ini adik-adik aku, panggilan untuk kedua karya keramik ku, tampil disini kayaknya senang, karena serasa pulang ke rumah mereka sendiri, atmosphere-nya, frekuensi energy-nya, tempat ini cocok untuk adik-adik ku itu,” pengakuan Lelyana.

Kemudian SRI AMBARWATI LESTARI, yang 20 tahun lebih berkecimpung di dunia seni rupa, mengusung karya lukisannya berjudul “Potret Diri” ungkapan perasaannya sebagai seniman sekaligus ibu rumah tangga. “Selama sekian kurun waktu saya merasakan adanya up-and-down dan itu menjadikan saya lebih percaya diri disaat saya berkarya, mood melukis muncul ketika saya sedang sendiri, momentum itu sepenuhnya didukung oleh keluarga, oleh anak saya, mereka menyadari bahwa karya seni itu juga bisa untuk tolok-ukur menopang kehidupan,” tuturnya.

Kemudian untuk karya keduanya berjudul “Kontemplasi Diri”, “Ketika saya sebagai seniman perempuan, itu kan bebannya cukup berat, gesekan di lingkungan sekitar itu saya ungkapkan kedalam lukisan, sehingga lebih dominan saya menjadi diri saya sendiri,” jelas pelukis yang disetiap mengawali melukis dirinya melakukan ritual mandi bersih, berdandan cantik, ruangan harus bersih, rapi, baru dirinya berkarya.

Suksesnya acara ART GARDEN tersebut membuat Syahrizal Pahlevi dan Komroden Haro, sepakat meneruskan dengan persiapan yang lebih matang lagi, baik dari segi tempat maupun teknisnya.

“Acara ini salah satu bagian dari agenda besar kedepannya, melihat tingginya antusias pengunjung, baik itu seniman terkenal, maupun seniman pendatang baru, maka kami akan melanjutkan momen seperti ini, dalam waktu dekat ada agenda mengenalkan demo beragam seni patung ke masyarakat luas, mengingat seni patung itu banyak tekniknya, ada tanah liat, ada kayu, ada batu, ada logam, ada keramik, dan juga yang lain, itu pasti menarik,” jelas Syahrizal Pahlevi. (Feature of Impessa.id by Antok Wesman)