Event

GODOD SUTEJO Gelar Pameran Tunggal MANJING, Di Kiniko Art Room SaRanG Building Blok II, Kalipakis RT 5/II Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 14-31 Agustus 2024

GODOD SUTEJO Gelar Pameran Tunggal MANJING, Di Kiniko Art Room SaRanG Building Blok II, Kalipakis RT 5/II Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 14-31 Agustus 2024

GODOD SUTEJO Gelar Pameran Tunggal MANJING, Di Kiniko Art Room SaRanG Building Blok II, Kalipakis RT 5/II Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 14-31 Agustus 2024

Pelukis alam sepi, membuat hati tenteram dan damai (Yaksa Agus)

Impessa.id, Yogyakarta: Pelukis senior Jogja, GODOD SUTEJO menggelar pameran tunggal berjudul MANJING, bertempat di Kiniko Art Room SaRanG Building Blok II, Kalipakis RT 5/II Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 14-31 Agustus 2024 dan secara resmi dibuka oleh Subroto SM pada Rabo sore, 14 Agustus 2024.

Yaksa Agus dalam pengantar pameran menuturkan bahwa budaya arak-arakan yang menjadi ciri khas dari karya-karya Godod Sutejo, lahir dari kegalauannya dalam mencari ke-khas-an karya yang harus ditampilkan. “Pameran tunggalnya kali ini bukan lagi sebagai refleksi kehidupan yang telah dan sedang dijalani, melalui pembelajaran mulai dari ranah jiwa dan raga. Kontemplasi ritual dilakukan untuk menemukan arti hidup dan makna hidup dalam kehidupannya. Laku spiritual dengan pengembaraan batin ini menemukan ‘ati’ dalam berkaryanya,” tutur Yaksa..

Dikatakan oleh Yaksa Agus, karya-karya Godod lebih merujuk kepada 'raos kasampurnan' yang tersembunyi dalam “ati”-nya. Di situ, seni sebagai piwulang lan piweling untuk sesama. Lukisan-lukisan Godod banyak memuat nilai-nilai sejarah, fungsi dan tujuannya budaya tadisi yang masih bisa ditemui hingga hari ini. Makna arak-arakan dalam budaya dan tradisi Jawa, yang sejak dahulu hingga sekarang tidak berubah, bahkan di tengah arus globalisasi, tradisi arak-arakan masih terus berlangsung dan lestari.

Kiprah kesenian yang Manjing Ajur Ajer sejak muda, antara lain saat Godod aktif di Pasar Seni di Ancol dan menjadi ketua Pelukis Ancol masa awal dibukanya. Juga terlibat memprakarsai dan mengelola Bursa Seni dan Pasar Seni FKY hingga membuat Jambore Seni di Ancol dan Beber Seni, ajang yang mirip art fair, bahkan strategi dan pola Bursa Seni ala Godod, kemudian banyak dibuat generasi berikutnya, sebagai upaya mencari peluang pasar alternatif.

“Bolehlah jika kemudian Godod kita sebut sebagai Bapak Manajemen Seni Yogyakarta. Yang juga seorang organisator yang baik, beberapakali mendirikan organisasi seni rupa, salah satunya Koperasi SEKATA Seniman Yogyakarta, maka Godod Sutejo, melalui pameran tunggalnya yang ke-18 kalinya, boleh dikatakan, Godod sudah waktunya Manjing,” imbuh Yaksa Agus.

Menurut Yajsa, Manjing Empu, Manjing Legenda atau mungkin sudah Manjing Maestro untuk jalan kesenian yang dilaluinya dengan perih, getir, bahagia, berat dan ringan sudah tak bisa lagi dibedakan.  Seorang Godod Sutejo melalui pameran ini, menunjukkan bagaimana dia manjing ajur ajer, masuk, melebur, mencair, sebagai bentuk konsistensi dan daya tahan dirinya dalam berani nggegegi atau bertahan dalam profesi pilihannya sebagai pelukis, juga jalan rezeki dan cinta kasih serta profesionalismenya dalam jalan kesenian yang dipilihnya. (Yaksa Agus/Antok Wesman-Impessa.id)