GREENHOST Boutique Hotel Yogyakarta Ikut Meramaikan LEBARAN SENI JOGJA
Impessa.id, Yogyakarta: Bulan Juli-Agustus, semua hotel sibuk, semua sibuk, season-nya luar biasa dari Bulan Mei-Juni-Juli-Agustus, Jogja luar biasa ramai. Selamat untuk hoteliers. Hal itu tentu membuat Jogja macet dimana-mana, terlebih disaat weekend dan pada saat yang bersamaan Yogyakarta sedang menghelat LEBARAN SENI, dengan pusatnya di event ARTJOG event pameran seni rupa terbesar dan terlama di Jogja National Museum kemudian diikuti secara serentak di semua galeri yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, bahkan di hotel-hotel yang memiliki art-space, menggelar pameran seni rupa dipadu pentas seni-budaya bermuatan lokal.
Di Taman Budaya Yogyakarta digelar PASAR KANGEN yang menyajikan keragaman kuliner tradisional Nusantara dihibur aneka kesenian rakyat lokal. Seluruh tempat penyelenggaraan event tersebut diserbu banyak pengunjung selama perhelatan berlangsung.
(Vivie Elizabeth)
Demikian halnya dengan Greenhost Boutique Hotel yang berlokasi di Jalan Prawirotaman Dua Yogyakarta, guna turut memeriahkan Lebaran Seni Jogja, pihak Greenhost menggelar pameran lukisan bertajuk “Breath of Life: Ethereal Symphony Harmonizing Nature and Art for Sustainable Living” berkolaborasi dengan Alur Manajemen Yogyakarta, berlangsung pada 12 Juli hingga 3 September 2024, menampilkan karya dari 11 perupa.
Vivie Elizabeth, General Manager Greenhost Boutique Hotel ketika dikonfirmasi Impessa.id terkait peak season kunjungan wisatawan ke Jogja dan adanya Pesta Lebaran Seni di Jogja, Vivie Elizabeth menuturkan untuk anda: “Bulan Juli ini memang luar biasa menurut saya karena occupancy nya juga bagus kalau kita lihat on-hand sampai hari ini sudah 70% dan kebanyakan market asing yang sudah ada di Greenhost, jadi harapannya selama mereka ada disini banyak aktivitas yang mereka lakukan, meskipun selama liburan banyak keluarga yang menginap disini, kalau kita lihat ada beberapa anak lalu lalang, tetapi kebanyakan memang segmen market kami adalah inbond, jadi market dari luar, prosentasenya masih dari Belanda dan Belgia menguasai,” tuturnya.
“Kalau kita lihat aktifitas tamu-tamu, biasanya mereka menginap tiga malam disini dan ada beberapa aktifitas tentunya seperti ke Prambanan dan Borobudur, tetapi yang paling seru adalah bagaimana banyaknya free-and-easy selama mereka tinggal sehingga mereka bisa menikmati apa yang ada di hotel. Kebetulan kita punya sayuran hidroponik di lantai atas, dan tamu-tamu merasakan masakan lokal itu luar biasa, jadi mereka bisa mengikuti kursus memasak. Mereka memperoleh experience disini dan mereka pun bisa melakukan dinegaranya sepulang dari Indonesia. Di Bulan Juli ini karena highly month, kita berkolaborasi di beberapa instansi khususnya ArtJog, Pesta Seni, dengan harapan Greenhost bisa memberikan support kepada beberapa kolega-kolega agar itu menjadi value buat tamu-tamu kita,” ungkap Vivie Elizabeth.
(Dwipo Hadi)
Dwipo Hadi dari Alur Manajemen menjelaskan bahwa dalam pameran kali ini terdapat 12 lukisan karya dari 11 seniman, ke-sebelas perupa yang berpartisipasi masing-masing, Deandra Rachma SA, Dwipo Hadi, Febrita Yustiani, Godek Mintaraga, Harmoko, Indira Bunyamin, Joan Miroe, Suci Umanah, Retno Aris, Valentino Febri, dan Vivie Elizabeth.
“Alur ingin memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada seniman untuk menunjukkan karya terbaiknya, baik secara konsep maupun visual yang nantinya kita bantu untuk memberikan kurasi, kurator memilih karya baik dari karakternya maupun dari konsep-konsepnya, nanti kita bantu. Jika ikut pameran bisa langsung ke saya, perwakilan dari Alur, kita tunggu kerjasamamnya terhadap proyek-proyek berikutnya.
(Retno Aris)
Dalam pameran itu Retno Aris, pelukis yang juga General Manager GRAMM Hotel Yogyakarta, menampilkan lukisan berjudul “Bouqet”, berikut penjelasannya ketika ditemui Impessa.id; “Saya memang ingin mengawetkan bunga-bunga itu sehingga dia bertahan lama, dan bunga0bunga itu tetap indah meskipun sudah kering. Warna-warnanya juga saya bikin yang warna cerah, Maknanya menjadi bunga itu tidak mudah, dia dinikmati hanya sebentar saja, karena tak lama kemudian dia layu, maka dengan diawetkan itu keindahannya bisa lebih lama, selain itu untuk mengingatkan kembali kepada masyarakat yang ketika terjadi pandemi, rame-rame menanam bunga dan sayuran, Nah, kenapa tidak dihidupkan lagi tren menanam itu,” tutur Retno Aris.
(Moko Jepe)
Sedangkan pelukis Harmoko memajang karyanya berjudul “Blue Sunshine” dalam visual abstrak beraliran Kubisme, Kepada Impessa.id Moko Jepe, sapaan akrabnya menjelaskannya untuk anda; “Gaya ini sebetulnya sudah lama tidak muncul di era belakangan ini maka saya coba mengulik kembali dengan visual seperti ini, saya ambil gimana caranya dengan teknik itu melihatnya sudah menjadi nyaman, enak dilihatnya,” ungkap Moko Jepe yang bermukim di kawasan Bangunjiwo Bantul.
(Indira Bunyamin)
Sementara pelukis Indira Bunyamin menampilkan lukisan dengan visual gerobak pedati di pedesaan berlatar-belakang dikejauhan menjulang gedung perkotaan yang terang-benderang, berjudul “Blue Sky” yang kepada Impessa.id maknanya dijelaskan sebagai berikut; “Saya membayangkan sedang duduk disitu, di malam hari yang teduh, tenang,” ujar pelukis yang bermukim di kawasan Sawitsari Condong Catur Sleman.
(Febrita Yustiani)
Pelukis Febrita Yustiani yang akrab disapa Febri, menghadirkan karya berjudul “Sakura Moon”. “Aku sangat suka bunga Sakura, aku suka dengan suasana malam, terus aku kombinasikan antara bunga Sakura dengan malam hari dan ada bulan bersinar terang, beginilah hasilnya. Mood nya pas antara happy, sepi, ada berbunga-bunga juga tapi ada sedih juga, jadi walau dalam suasana apapun, bagaimanapun, buatlah sedikit kegembiraan, jangan lartu dalam kesedihan, seperti warna bunga Sakura yang ku bikin cerah mewarnanya kegembiraan walaupun di malan hari yangn gelap,” ungkap pelukis yang bermukim dikawasan Cebongan.
(Joan Miroe)
Pelukis Joan Miroe memajang karya berjudul “Don’t Forget History”. “Lewat lukisan ini saya berpesan bahwa kita harus mengingat kebudayaan leluhur dan lewat visual figur-figur yang telah selesai dunianya untuk mengingatkan sejarah terutama pada kehidupan diri kita sendiri untuk disampaikan ke generasi penerus, saya memasukkan permasalahan hidup saya, suasana yang saya alami, pengaruh lingkungan, kedalam wujud-wujud didalam lukisan. Untuk generasi Zi, buatlah sejarah kehidupan kalian yang baik,” ujar pelukis yang bermukim di kawasan Perum Soka, Kalasan Sleman.
(Satrio Wibowo)
Satrio Wibowo, General Manager POR AQUI Hotel Prawirotaman Yogyakarta yangn berkesempatan menghadiri opening pameran tersebut ketika dimintai kesannya kepada Impessa.id menuturkan; “Menurut saya menghadiri acara seperti ini sangat bagus ya, pertama saya melihat karya lukisan itu dari kreator atau pelukis lokal, ini sangat bagus untuk mengembangkan seniterutama di wilayah Yogyakarta sendiri, karya seninya pun tidak kalah dengan karya-karya Seniman dari lluar Jogja, baik yang di Jakarta, maupun di kota-kota lainnya di Indonesia. Pameran seni rupa di hotrl harus lebih diviralkan lagi, di informasikan lebih luas lagi ke masyarakat bahwa disini ada yang menarik juga selain di ARTJOG,” ujar Satrio Wibowo. (Feature of Impessa.id by Antok Wesman)