Feature

BANCAK Art Exhibition di NING Art Space Kalangan RT 4 Bangunjiwo-Kasihan-Bantul, Yogyakarta, 4 Juli hingga 4 Agustus 2024

BANCAK Art Exhibition di NING Art Space Kalangan RT 4 Bangunjiwo-Kasihan-Bantul, Yogyakarta, 4 Juli hingga 4 Agustus 2024

BANCAK Art Exhibition di NING Art Space, Kalangan RT 4, Bangunjiwo-Kasihan-Bantul, Yogyakarta, 4 Juli hingga 4 Agustus 2024

Impessa.id, Yogyakarta: ARY INDRA penulis pameran seni rupa berjudul BANCAK bertempat di NING Art Space, Dusun Kalangan RT 4, Bangunjiwo-Kasihan-Bantul, Yogyakarta, menyebutkan bahwa mengunjungi satu demi satu di Sekaten Seni-nya Yogya 2024 menerbitkan peringatan terbungkus pertanyaan dalam benak yang menjalani ritual tahunan dengan penuh takzim. Pameran Seni Untuk Apa? Disebutkan, pertanyaan tersebut mungkin dipicu oleh kelelahan seni (art-fatigue) yang terjadi. Bisa juga karena cinta terlalu dalam umat seni terhadap seniman, sehingga jawaban tidak terlalu diharapkan.

Ary Indra dulu berpikiran bahwa alangkah beruntungnya seniman dengan pendekatan profesi bisa membentuk opini dan selera. Alangkah beruntungnya seniman tidak harus mencari sesuap nasi, berasnya datang sendiri dibawa pemuja karya yang menunggu lama. Alangkah hebatnya seniman, setiap karya berlapis ilmu, bagi umat seni menjadi sumber isnpirasi.

Kini, menurutnya, kehadiran beragam Jogja bienalle, Jogja trienalle, artJog, dan pameran ber-serial, menjadikan waktu sebagai parameter terpenting dibandingkan proses kreatif seniman dalam berkarya.  Hal itu menjadikan seniman harus mendengar kebutuhan pasar, lantas membuatnya jeri mendengar komentar dari sesama seniman.

NING Art Space mempersembahkan eksibisi seni pertamanya bertajuk “Bancak”, berlangsung pada 4 Juli hingga 4 Agustus 2024. Pembukaan eksibisi Bancak sekaligus peresmian Ning Art Space dilakukan pada Kamis 4 Juli 2024 bertempat di Ning Art Space di Kalangan RT 04, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pameran seni rupa “Bancak” menampilkan 15 seniman dalam berbagai bentuk media seni. Ning Art Space merupakan galeri seni baru yang diprakarsai oleh Suanjaya Kencut, seniman asal Bali, dan istrinya Indra Dewi A. Mereka merasa perlu memberikan sesuatu kembali kepada seni karena seni telah memberikan banyak hal kepada mereka.

Di Yogyakarta, ruang pameran seni tidak sebanding dengan jumlah seniman yang ada. Mereka berharap Ning Art Space bisa menjadi tempat berbagi ilmu dan edukasi, melalui kurasi karya seni yang dipamerkan. Nama "Ning" dipilih karena sederhana namun memiliki banyak makna mendalam. Dalam bahasa Bali, "Ning" identik dengan beningnya air dan suasana hening. Dalam konteks agama, suara genta "Ning" menandakan dimulainya acara dan mengharuskan suasana tenang untuk berdoa.

Filosofi dari “Bancak”, yang ditulis oleh Ary Indra, arsitek yang menetap di Salatiga, adalah keinginan untuk membangun tradisi sendiri. Jika tidak bisa diwujudkan pada tahun pertama, maka selanjutnya harus perlahan menjadi selebrasi yang isinya bukan sekadar pengulangan. Nama "Bancak" memiliki makna spiritual yang mendalam, bukan hanya sebagai perayaan atas pencapaian, tetapi juga sebagai penerimaan terhadap kegagalan.

Hidup berseni yang terlihat sederhana ternyata juga bisa bermanfaat. Bancak perlu mengingatkan bahwa menjadi seniman adalah menjalani hidup yang selalu berada di ruang transisi. Setiap panggung pertunjukannya harus menjadi titik baru, karena untuk maju dalam hidup tidak cukup hanya menyerah pada evolusi. Seniman dan karyanya harus menjadi penggerak bagi kita, umat seni, untuk menuju revolusi. Dengan kesadaran ini, Bancak bisa memberikan seniman sedikit ruang berekspresi di dunia seni yang arahnya terlalu mudah ditebak. Tugas ini perlu dimulai dengan membuka pintu seluas-luasnya, sehingga pertunjukan yang dilakukan dapat memberikan banyak pilihan untuk jawaban baru yang terus kita cari. Perayaan tidak perlu membatasi, juga tidak harus terlalu menggurui.

Salah satu peserta pameran, Putut Utama duet bareng isterinya Nara dengan nama TEMPA, di pameran “Bancak” kali ini menampilkan karya serial berjudul “Congratulation” Seri ke-8, yang mengungkapkan saat TEMPA menenukan keselarasan berkarya dalam menjalani hidup beberapa tahun terakhir ini. Suatu proses menjalani-menikmati-dan berproses disaat ini, tanpa terbebani untuk memikirkan masa lalu, tanpa terbebani untuk harus menghadapi masa depan. “Apa yang kami alami di saat itu kami torehkan diatas kanvas dan menjadi karya ini, memberi selamat ke orang, Coingratulation to You,” ujar Putut kepada Impessa.id.

Sedangkan Fadil, memajang karya serial V berjudul “V3”. Gambaran simulasi kehidupan dan benda-benda yang tergambar mewakili emosi dan kondisi di dunia nyata, tulang-belulang mewakili kematian, batu-batuan melambangkan kekecewaan, mutiara melambangkan kebahagiaan, daun-dauanan dan air melambangkan kehidupan.

 “Aku maunya manusia dan alam itu sejajar, se-level, ada kesetaraan didalam komposisi lukisan ini, manusia tidak lagi superior berada diatas makhluk yang lain. Maka akal dan pikiran manusia yang tersimpan di otak, di kepala, aku potong, aku taruh dibawah, kesetaraan antara manusia dan lingkungan. Kepala yang tergambar melambangkan manusia albino, putih sebersih-bersihnya, manusia yang polos belum ada warna,” tutur Fadil

Andi Acho, salah seorang pengunjung pameran yang ditemui Impessa.id mengaku bahwa dirinya mengapresiasi kehadiran galeri baru NING Art Space tersebut sebagai wadah bagi seniman untuk memajang karyanya agar mendapat apresiasi oleh masyarakat luas. Sedangkan pameran “Bancak” baginya ikut merayakan Lebaan Seni Rupa yang sedang berlangsung di Yogyakarta.

Kelima belas seniman yang berpartisipasi dalam pameran “Bancak” masing-masing, Asmo Adji dengan karya seni mix media berjudul “Merayakan Kebaruan”, Ayu Rika dengan lukisan berjudul “Blindspot”, Eldwin Pradipta dengan karya seni instalasi video berjudul “Everyone Will Be Famous for a Candle Burn Duration”, Enggar Rhomadioni dengan lukisan berjudul “Bibir Pesisir”, Gilang Faradika dengan lukisan berjudul “Sun Prayer”, I Wayan Agus Novianto dengan lukisan berjudul “Mekar”, Jonathan Hadipranata dengan lukisan pada kertas berjudul “From Your Darling, M. Fadhil Abdi dengan lukisan berjudul “V3”, Marten Bayuaji dengan drawing charcoal pada Alumunium Composite Panel berjudul “The First Fire languages of no words”.

Kemudian, Ridho Scoot dengan karya seni Patung berjudul “Teori Gelas U #2 (seri tumbuh no. 6)", Sastra Wibawa dengan lukisan berjudul “Lirih”, Sekarputi dengan karya seni Ceramic Porcelain berjudul “Binary Perspective”, “About that Night”, “Cover In” “Drippy Dream” dan “Wash it Down”, Suvi Wahyudianto dengan lukisan mix media berjudul “Past Promise #1”, Tempa dengan lukisan berjudul “Congratulations To You, No 7”, dan Valdo Manullang dengan lukisan berjudul “Little Astronout”. (Nurul Pikroh/Antok Wesman)