Pameran Tunggal DOXA: PUPUK DP 60 Th, Di Jogja Gallery Alun-Alun Utara Yogyakarta, 16 Juni Hingga 10 Juli 2024

Pameran Tunggal DOXA: PUPUK DP 60 Th, Di Jogja Gallery Alun-Alun Utara Yogyakarta, 16 Juni Hingga 10 Juli 2024
Impessa.id, Yogyakarta: JasminePentaRaya berkolaborasi dengan Jogja Gallery menggelar pameran tunggal Pupuk Daru Purnomo berjudul “DOXA: Pupuk DP 60Th” bertempat di Jogja Gallery Jalan Pekapalan No.7, Alun-alun Utara, Yogyakarta, berupa 66 karya seni rupa lukisan, sketsa, instalasi dan patung, pada 16 Juni hingga 10 Juli 2024.
Pupuk DP dalam sambutannya menceritakan, “Saat saya masih kecil, saya selalu percaya pada dongeng, saya selalu berharap berada di dalamnya. Tapi kini, setelah saya masuk ruang pameran, saya selalu berharap ini bukan dongeng yang salah! Namun akhirnya, benar dan salah sepertinya sudah tidak penting lagi. Nikmati saja dongeng yang memang diperuntukkan untukku, karena dunia mempunyai kesedihan yang besar, milik kita hanyalah sebuah celaka kecil. Selalu ada peran antagonis dalam suatu cerita” ujarnya.
Dikatakan, "Realitas yang saya pahami mungkin berbeda dengan keyakinan orang lain. Saat masih kecil, saya senang berimajinasi tentang dunia dan tempat-tempat yang saya inginkan. Dan bagaimana saya menyukai teman wanita saat saya masih TK, yang berwajah lucu alih-alih cantik. Saya juga membayangkan jerapah yang bercinta, membayangkan wanita pingsan, hingga kodok yang berhenti bercanda".
“Seni bagi saya, sesuatu yang sangat unik dan personal, karena itu merupakan reaksi dan respon saya dalam memandang suatu masalah. Itu bisa saja menjadi sebuah kesenangan ataupun kegilaan. Ada level dalam hidup ini yang akhirnya saya menyadari butuh kebijaksanaan untuk menjalani dan mengatasinya, tentu dengan cara yang saya yakini. Seni yang lahir dari skenario perjalanan hidup yang saya jalani dan alami, lembar demi lembar kisah itu seperti jatuh dari langit. Saya seperti tidak punya pilihan untuk ini,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Dr Mikke Susanto, dosen ISI Yogyakarta ketika ditemui Impessa.id, di sela-sela euforia pameran, beliau menuturkan bahwa kalau kita melihat karya-karya Pupuk DP, dia menjadi salah satu seniman Jogja-Indonesia yang sangat ‘edan’.
“Dalam konteks ‘edan’ adalah dia tidak mau memperdulikan persoalan apakah ini karya mau dijual atau dibeli oleh kolektor. Karya-karya Pupuk ini menyajikan konsep identitas diri yang tertekan oleh berbagai macam masalah yang dihadapinya, sehingga ketika dia melihat obyek, entah alam, manusia ataupun semacamnya, dia torehkan sebagai bagian dari upaya dia melihat berbagai macam masalah manusia, terutama pada dirinya sendiri,” ungkap Dr Mikke.
Dikatakan, Pupuk DP itu menyajikan kanvasnya sebagai teater diri, teater tentang wajahnya, teater tentang muramnya kehidupan dia, tentang penyakit-penyakitnya, tentang persoalan-persoalan yang mendera dirinya sejak secara terus-menerus sepanjang hidup yang dia alami.
“Maka tak salah seandainya tampilan visualnya mungkin tidak bisa senyaman lukisan-lukisan pelukis-pelukis atau perupa-perupa lainnya, jadi kita harus melihat bahwa dalam diri sosok Pupuk DP ini kita melihat kejujuran yang luar biasa, sehingga dia tidak lagi melihat bahwa seni lukis itu sebagai medium untuk membentuk kesenangan semata, tetapi dia menjadi bagian dari upaya kita melihat begitu banyaknya masalah dalam diri kita masing-masing,” imbuh Dr Mikke.
Menurut Dr Mikke, kalau mau diceritakan satu-persatu, boneka atau lukisan boneka atau lukisan potret dirinya sendiri, sebetulnya bagian dari Pupuk DP merepresentasikan kengerian, kegalauan, ketidaknyamanan dia melihat dunia.
“Kalau kita melihat pameran yang berjudul DOXA: Pupuk DP 60 th yang digelar di Jogja Gallery, 16 Juni hingga 10 Juli 2024, sebenarnya kita sedang melihat ruang horror manusia melewati dirinya sendiri. Dari itu kita bisa merasakan betapa kita itu sebenernya harus sadar bahwa dibalik kesenangan kita menjadi manusia yang hidup di dunia itu dikelilingi oleh berbagai ketakutan-ketakutan atau kengerian-kengerian sebenarnya. Pupuk DP melahirkan konsep itu,” jelas Dr Mikke lebih lanjut.
Sementara itu Meuz Prast: yang penulis anggap mewakili perupa muda Jogja, merespon pameran tunggal Pupuk DP tersebut. “Karya-karya Pupuk DP selalu membius penonton pamerannya. Dari dulu saya sendiri selalu meng-idola-kan Pupuk DP lewat goresan-goresan atraktifnya, dan komposisi warnanya yang mungkin bagi sebagian anak-anak muda sekarang, nampak seperti kelam, seolah-olah menggambarkan pengalaman pribadinya Pupuk sendiri. Pameran kali ini menarik dan karya-karyanya selalu memberi daya kejut bagi penonton,” ujar Meuz Prast. (Feature of Impessa.id by Antok Wesman)