Feature

Pameran Seni Rupa SANA SINI SENI di ADA SaRanG Kalipakis Yogyakarta Berlangsung Sukses

Pameran Seni Rupa SANA SINI SENI di ADA SaRanG Kalipakis Yogyakarta Berlangsung Sukses

Bintang Tanatimur, Seniman Muda Jogja, Turut Memeriahkan Pameran Seni Rupa SANA SINI SENI di ADA SaRanG Kalipakis Yogyakarta, pada 30 April hingga 4 Mei 2024.

Impessa.id, Yogyakarta: Mahasiswa Program Studi Tata Kelola Seni, Institut Seni Indonesia -ISI Yogyakarta, yang tergabung kedalam kelompok ‘Pok Ame Ame’ sukses menggelar pameran seni rupa bertajuk “Sana Sini Seni” bertempat di ADA SaRanG, Jalan Kalipakis, Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 30 April hingga 4 Mei 2024.

Salah satu peserta pameran tersebut yakni Bintang Tanatimur, seniman muda Jogja, yang menampilkan karya berjudul “Slice of Pink Life” kepada Impessa.id menuturkan makna  kreasinya. “Karya ini berawal dari kehidupan remaja yang stereotip-mya labil sama seperti warna pink, campuran warna merah dan putih, berani dan suci, kayak remaja kan, nekat tapi cemen, menjadi slaah satu simbol dalam kehidupan remaja yang diambil dari pengalaman pribadi, dimasukkan ke warna pink tersebut, jadi warna pink sekarang bukan sekedar menjadi sebuah simbol warna tapi bisa menjadi cara bercerita, terutama pengalaman pribadi saya”.

Salah satu yang menjadi pembeda pada karya “Slice of Pink Life” dengan karya lainnya, yakni ada inter-aksinya dengan filter Instagram, diantara karya yang dipajang terdapat tiga bar code dan setiap bar code di lihat memakai aplikasi Instagram pada layar handphone, diambil dengan posisi berdiri diatas selembar kertas yang dipasang di lantai, maka dilayar handphone muncul makhluk astral yang hidup bergerak-gerak, setiap bar code yang ada memunculkan makhluk yang berbeda-beda.

“Di jaman sekarang hidup tanpa bersangkutan dengan digital kayaknya tidak mungkin, kita sekarang sudah hidup di berapa dimensi, dua dimensi nyata dan maya, atau bahkan mungkin sudah tiga dimensi, sama seperti pengalaman hidup saya pribadi, saya pengin kasih tahu ke penonton bahwa sekarang pandangan saya begini, semoga ada sesuatu yang bisa diambil,” imbuh Bintang lebih lanjut.

Selain Bintang Tanatimur, seniman yang berpartisipasi masing-masing, Dedy Shofianto, Ignatius Suluh, Lopmor, Maspabita, Rafy Bratanusa, Roso Werno dan Yusup Maulana. Pameran seni rupa “Sana Sini Seni” berlangsung meriah, ramai dikunjungi anak-anak muda, diwarnai dengan berbagai kegiatan seperti, live mural, pentas musik Keroncong, dan gerai UKM diantaranya, Tattoo Drawing di ruang Pendopo.

Dr Mikke Susanto, Dosen Tata Kelola Seni, kepada wartawan menjelaskan tujuan dari pameran; “Pameran ini ingin memperlihatkan para mahasiswa dalam melaksanakan tugas kuliah yang terkait dengan mata kuliah manajemen pameran, nah mahasiswa ini bisa melaksanakan pekerjaan pameran dengan melakukan strategi-strategi yang cocok, agar mereka bisa menaruhkan berbagai bidang kajian ilmu itu. Dalam hal ini kasusnya terkait dengan seni rupa, seni pertunjukan yang mereka kolaborasikan menjadi bagian yang bisa memiliki daya tarik bagi Masyarakat,”

Terkait dengan karya-karya yang dipamerkan, Dr Mikke mengatakan kebanyakan karya-karya yang digelar dibuat oleh seniman-seniman muda yang terkait dengan hal-hal yang konstekstual hari ini, termasuk juga konsep pameran yang terkait juga dengan upaya untuk menyatakan bahwa seni itu ada dimana-mana, disetiap lini, bahkan antara yang fisik dan yang virtual juga ada didalam pameran tersebut.

Dituturkan bahwa Tata Kelola Seni itu adalah mengelola berbaga macam hal yang terkait dengan bidang-bidang kebudayaan, bukan belajar khusus mengenai teknik-teknik penyelenggaraan event, sehingga dalam hal ini kita bisa melihat bagaimana mahasiswa mempertautkan antara permasalahan di lingkungan masyarakat plus bagaimana cara membuat, supaya event yang digelar kemasannya menjadi lebih baik, lebih enak, yang dipelajari di Prodi Tata Kelola Seni sifatnya lebih cair dan tidak hanya pada persoalan event organizer saja, misalnya museum, pariwisata, kemudian kearsipan, sampai bagaimana mengelola seniman itu sendiri, jadi bukan ter-fokus pada EO,

Ditambahkan, pameran oleh mahasiswa itu juga dilombakan antar kelompok sehingga terpicu agar mahasiswa membuat event sebaik mungkin, lebih baik dari yang lain dan kemudian bisa mendapatkan ukuran ataupun klasifikasi yang lebih baik daripada kelompok lain, jadi sifatnya skalanya masih di kelas tetapi ini juga tidak mudah kan.. karena ini kompetisi membuat event yang bagus.

Pilihan karya sepenuhnya diserahkan kepada Ketua Tim. Satu kelompok itu mereka belajar masing-masing, belajar mengenai teknik mendisplay, kurasinya, bendaharanya, keuangannya, kesekretariatannya, sehingga setiap mahasiswa bisa memilih profesinya di masa depan lewat pameran.

Sementara itu, Rahardian Abel Aliffathan, mahasiswa semester dua, dari Divisi Sponsor kepada Impessa.id menuturkan proses kerja kreatifnya; “Saya jadi tambah pengalaman dalam mencari sponsor untuk pendanaan, kemudian saya mencari media partner untuk mempublikasikan acara kami, yang paling berat di prosesnya itu karena saya baru pertama kali, jadi saya kayak kurang mengerti gimana sopan-santun nya, gimana attitude-nya, jadi saya harus bertemu dengan banyak orang yang sudah punya pengalaman untuk belajar, akhirnya saya mendapatkan beberapa sponsor dan media partner. (Feature of Impessa.id by Antok Wesman)