Feature

Pameran Seni Rupa Life of Our Years, Karya 18 Seniman, Berlangsung di LAV Gallery Yogyakarta, 13-31 Januari 2024

Pameran Seni Rupa Life of Our Years, Karya 18 Seniman, Berlangsung di LAV Gallery Yogyakarta, 13-31 Januari 2024

Pameran Seni Rupa Life of Our Years, Karya 18 Seniman, Berlangsung di LAV Gallery Yogyakarta, 13-31 Januari 2024

Impessa.id, Yogyakarta: Sejumlah 18 Seniman menggelar karya mereka dalam pameran seni rupa bertajuk “Life of Our Years” bertempat di LAV Gallery jalan D.I .Panjaitan no 66 Yogyakarta, 55181, Indonesia, pada 13-31 Januari 2024

Ke-18 seniman tersebut masing-masing, Adwin Lambert, Ryan kusuma, Aziz Nur totox, Susiyo, Sogik Prima Yoga, Bio Andaru, Eric Pradana, Rawraw, Valdo Manullang, Yula Setyowidi, Ramadhan Arif Fatkhur, Avita Risqi vilanda, Tonerin, Alfian Tirta Kurnia Pratama, Muhammad 'Aqil Najih Reza, Landha Bellamora, Rumondang, dan Salvador Lee.

Citra Pratiwi dalam pengantar pameran “Life of Our Years” mengucapkan selamat tahun baru 2024, selamat mengarungi kembali satu putaran matahari dengan momen dan peristiwa baru. “Bagi banyak orang, awal tahun baru merupakan saat untuk menandai perjalanan kehidupan. Sebuah kesempatan untuk merenungkan kehidupan dan memikirkan di mana kita ingin berada di masa depan,” tuturnya..

Dikatakan, meskipun resolusi Tahun Baru mungkin terasa sebagai kalimat klise atau sebuah angan-angan karena mendorong tujuan yang tidak realistis atau bahkan memberi tekanan pada kita. Namun, resolusi juga bisa menjadi titik awal yang baik untuk memprioritaskan kesehatan, kebahagiaan, kesejahteraan sesuai keinginan kita bersama.

“Hal ini mungkin terlihat seperti mencapai tujuan yang benar-benar dapat dicapai. Tahun baru dan harapan yang membuat kita memeriksa kehidupan kita ini memberikan ruang fokus pada kehidupan kita saat ini. Kita memberikan ruang untuk perlahan-lahan mengadaptasi rutinitas dan kebiasaan baru yang akan membuat kita menjadi lebih baik, lebih mengenal dan lebih merasa nyaman dengan diri sendiri.,” ungkap Citra Pratiwi.

Seni adalah sebuah cara bagi manusia untuk bercermin. Sebuah momen yang pas di awal tahun untuk dibuka dengan sebuah gelaran karya yang mengajak melihat perjalanan kehidupan sampai di tahun 2024. Seni adalah sebuah media refleksi. Karya-karya yang dipamerkan berupaya mengatur ulang suasana emosi dan pikiran bersama.

LAV Gallery mengkurasi seniman dan karya-karya yang telah hadir di galeri sepanjang 2023, dirangkum ke dalam pameran kelompok ini menggunakan tajuk “Life of Our Years” atau ‘Kehidupan di Tahun-Tahun Kita’, sebagai program awal tahun LAV Gallery yang melibatkan 18 seniman yang telah berpartisipasi dalam program pameran LAV di tahun 2023.

“Buat kami, memulai dari hal kecil bisa seperti menyodorkan karya seni yang memberikan nuansa mood dan emosi yang mungkin bisa membuat kita melihat dunia dengan kacamata yang lebih baik. Hal kecil yang sedang LAV usahakan di tahun 2024 adalah mengenai sebuah ruang seni yang memberikan kesadaran emosi dan mental. Sebuah ruang kecil yang berupaya mengatur ulang perasaan dan pemikiran kita atas kesehatan emosi melalui seni,” ujar Citra Pratiwi.

“Perhatian kami mengenai kecemasan yang hadir, nyata di lingkungan generasi muda. Hal ini menjadi sebuah perhatian untuk bisa kita jadikan sebuah kesadaran bersama. Sebuah upaya bagi kami melalui ruang seni, pameran, pertunjukan, aktivitas seni dan diskusi. Usaha untuk membangun gagasan positif tentang masa depan atau refleksi positif dari pengalaman masa lalu mempengaruhi realitas Anda saat ini. Mempraktikkan kesadaran, adalah salah satu media yang paling berhasil melalui seni, semoga usaha yang menjadi pijakan program kami di tahun 2024 bisa memberikan ruang baru bagi kita semua,” imbuhnya lebih lanjut.

Salah satu peserta pameran Alfian Tirta Kurnia Pratama, kelahiran Grobogan, Jawa Tengah, 2006, mahasiswa Institut Seni Indonesia -ISI Surakarta, kepada Impessa.id menuturkan bahwa karyanya yang berjudul “Looking for Peace” menanyakan arti kedamaian.

“Apa sih yang kita cari dari kedamaian itu? Kedamaian apa yang kita cari? Kayaknya dari sekian lama hidup yang kita lakukan sebenarnya kedamaian itu sudah ada, Cuma Hasrat kita untuk men dambakan sesuatu yang baru itu menjadi pertanyaan untuk sebuah kedamaian. Kita melihat pencapaian sesorang itu menjadi kegelisahan bagi kita. Saya sedang mempertanyakan itu, kedamaian seperti apa?” ucapnya.

Melalui visual yang ada Alfian sedang melakukan eksperimen melalui karyanya bahwasanya dia ingin mencoba menggabungkan antara realis dan juga ke-abstrak-an karyanya Baskiat, saya menyukai karya-karya Baskiat yang penuh goresan ketidaksadaran, dan saya mencoba menggabungkan dua hal itu. Saya mencoba memunculkan ornamen-ornamen di lukisan saya. Adanya dot titik merah di telinga menandakan dirinya telah mendengar pencapaian-pencapaian seseorang yang kemudian menjadi kegelisahan baginya. Warna ungu menandakan lebih kepada spiritual.

“Saya ingin menggalli kedamaian apa sih yang saya cari, makanya saya pakai unsur ungu karena memang dalam unsur warna, psikologi warna itu spiritual,” ungkap Alfian. (Feature of Impessa.id by Antok Wesman)