Event

Diskusi ArtJog 2022, Mempraktikkan lumbung, Pengalaman Ruangrupa dan Taring Padi di Documenta Fifteen

Diskusi ArtJog 2022, Mempraktikkan lumbung, Pengalaman Ruangrupa dan Taring Padi di Documenta Fifteen

Diskusi, ArtJog 2022, Mempraktikkan lumbung, Pengalaman Ruangrupa dan Taring Padi di Documenta Fifteen

Impessa.id, Yogyakarta: Artjog MMXXII Arts In Common yang bertajuk Expanding Awareness menyajikan diskusi membahas Lumbung dalam praktik: Documenta Fifteen, pengalaman ruangnrupa dan taring Padi, pada Minggu sore, 14 Agustus 2022 bertempat di Pendopo Ajiyasa kompleks JNM, mjlai pukul 15 WIB.

Dalam forum diskusi itu, ruangrupa dan Taring Padi berbagi pengalaman-pengalaman penerapan kerja lumbung dan terutama pelajaran-pelajaran berharga dari proses ini. Bagaimana metode kerja lumbung diterjemahkan oleh para peserta documenta fifteen dan peran ruangrupa di dalam proses ini. Bagaimana metode ini berfungsi ketika menghadapi berbagai krisis lokal dari para seniman yang terlibat, termasuk ketika berhadapan dengan konteks sosio-politis dan kultural Jerman yang sangat spesifik. Terakhir, bagaimana lumbung menawarkan cara melihat dan membaca yang multidirectional atas berbagai praktik seni yang sudah terbakukan oleh memori kolektif Barat.

Lumbung adalah cara dan metode kerja berdasar nilai-nilai yang membentuk keseluruhan proses dan kerja documenta fifteen. Dalam arti ini, lumbung bukanlah sebuah tema atau konsep sentral, tapi landasan dan prinsip kerja. Proses berbagi, mengambil keputusan bersama, membangun solidaritas, berjejaring, kolaborasi dan pertemanan, serta memahami segala sumber daya yang ada untuk dimiliki bersama, menjadi dasar praktik lumbung.

Sebagai praktik lumbung, documenta fifteen menjadi perhentian (yang penting, tapi bukan satu-satunya) dari perjalanan lumbung yang berkelanjutan melampaui periode documenta fifteen itu sendiri. Berbagai suara, konteks lokal, kepentingan, pola kerja, dan nilai-nilai dari praktik akar rumput di berbagai tempat di dunia, hadir, berjejaring dan belajar dari satu sama lain. Bukan hanya eksklusif individu dan/atau kolektif itu sendiri, namun juga mengajak pelaku-pelaku lain dalam ekosistem mereka masing-masing, yang mencakup lebih luas lagi praktik seni dan aktivisme, perjuangan, atau spekulasi model ekonomi dan pendidikan berdasar konteks lokal dari berbagai belahan dunia. Dengan demikian, karya-karya yang hadir dalam documenta fifteen merupakan proses yang berkelanjutan dari praktik seni bersama dalam ekosistem yang jamak. Keterlibatan dan praktek yang berlapis-lapis ini tidak hanya kaya dengan beragam pendekatan dan strategi tetapi juga menghadirkan banyak risiko dan tantangan.

Dalam kerangka inilah Taring Padi, sebagaimana semua artis dan kolektif lumbung, terlibat dalam documenta fifteen. ruangrupa melibatkan Taring Padi karena praktek kerja Taring Padi yang sesuai dengan metode kerja lumbung, dimana proses pendayagunaan ekosistem seni untuk tujuan-tujuan politis diwujudkan dalam kerja kolektif yang berkelanjutan. Kesinambungan kerja Taring Padi selama lebih dari 20 tahun itu, dihadirkan dalam berbagai program workshop, aktivasi dan presentasi arsip, salah satunya adalah banner Keadilan Rakyat (People’s Justice) (2002). Kontroversi tuduhan antisemitis yang mengikuti banner ini adalah salah satu “resiko dan tantangan” metode kerja lumbung di atas. Konsekuensi ini dihadapi bersama-sama oleh ruangrupa dan Taring Padi, dengan dukungan solid oleh sebagian besar (kalau tidak semua) peserta documenta fifteen, beserta ekosistem mereka. Keadilan Rakyat bukanlah satu-satunya kontroversi yang muncul. Banner ini bisa dilihat sebagai pucuk gunung es dari tantangan yang lebih besar.

Selanjutnya, pengalaman ruangrupa dan Taring Padi di documenta fiteen tersebut diulas oleh Dr St. Sunardi, secara filosofis tentang bagaimana pola relasi antara kegiatan seni, fungsi seni dan unsur politis beserta kaitan-kaitan yang melingkupinya.

Pembicara dalam diskusi tersebut masing-masing, Taring Padi (Setulegi, Moh. Ucup, Fitri DK, Alex Supartono), ruangrupa (Ade Darmawan) dan Dr St. Sunardi (dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta) bersama Moderator Farid Rakun (ruangrupa). (Bambang Toko/Antok Wesman-Impessa.id)