Feature

Pameran Seni Rupa Bertajuk Rejuvenate Berlangsung Di Artspace Artotel Suites-Bianti Yogyakarta

Pameran Seni Rupa Bertajuk Rejuvenate Berlangsung Di Artspace Artotel Suites-Bianti Yogyakarta

Pameran Seni Rupa Bertajuk Rejuvenate Berlangsung Di Artspace Artotel Suites-Bianti Yogyakarta

Impessa.id, Yogyakarta: Pembukaan fasilitas baru Artspace yang berada di Lobby Artotel Suites Bianti, hotel bintang lima di Jalan Urip Sumoharjo 37 Yogyakarta, diwarnai dengan pameran seni rupa bertajuk “Rejuvenate” menampilkan delapan lukisan karya enam perupa masing-masing, AT. Sitompul, Dedy Sufriadi, Faisal Azhari, Horestes Vicha, I Made Arya Palguna, dan Tempa.

Sebagai fasilitas wajib yang dimiliki properti dengan brand ArtotelL dan Artotel Suites.  Artspace menjadi area khusus dimana tamu-tamu akan menikmati berbagai pameran karya seni dari berbagai seniman lokal Yogyakarta maupun Indonesia lainnya dalam kurun waktu tertentu dan dirotasi secara reguler.

“Peluncuran Artspace Artotel Suites Bianti - Yogyakarta ini menambah ruang pameran seni di Yogyakarta sebagai ruang untuk berkarya para seniman yang tinggal di Yogyakarta maupun seniman Indonesia lainnya yang ingin menampilkan hasil karya seninya. Melalui Artspace, kami ingin berkontribusi mendukung para seniman dan memajukan industri seni Indonesia, khususnya di Yogyakarta, agar dapat menjadi “Rumah” bagi para seniman dan para pecinta Seni kontemporer,” ujar Imant Setiawan, CHA selaku General Manager di Artotel Suites Bianti – Yogyakarta, Jum’at (27/5/2022).

Ketika ditemui Impessa.id, AT Sitompul dengan studio di kawasan jalan Kabupaten, menjelaskan makna dari karya pertama bernuansa hijau berjudul “Batas dan Jarak”. “Mengingatkan kembali kita harus mempunyai jarak dan batas ketika melakukan sesuatu, karena kita manusia pasti ada batas dan jarak kemampuan, tidak ada manusia super, terus batas dan jarak apa yang ingin kita ambil, batas dan jarak apa yang ingin kita bikin, supaya kita mampu, kalau tidak mampu terjadi pemaksaan, nah, gara-gara pemaksaan inilah banyak hal yang illegal, yang tidak legal akhirnya dilakukan,” tuturnya.

Kemudian untuk karyanya yang bernuansa Merah, AT Sitompul memberi judul “Pilihan” ungkapan kritik sosial tentang kehidupan manusia. “Kanan-kiri-atas-bawah, kita mau memilih hidup bagaimana? Penuh dinamika? atau hidup di zona nyaman? Hidup penuh dinamika tentu ada resikonya, bisa kecapek-an, bisa tidak mampu, tapi aku rasa itu kehidupan yang lebih hidup daripada hidup di zona nyaman, kayak yang bagian atas pada karya, itu kan tenang garis-garisnya, yang bawah kan lebih ekspresif, mungkin itu disebut dengan manusia zombie ya, bangun pagi-kerja-pulang sore-makan-istirahat-bercinta-tidur, setiap hari berulang begitu, nah itu bukan hidup kayaknya, untuk mengingatkan kita, mau kehidupan yang bagaimana, walaupun banyak orang akhirnya mengambil hidup di zona nyaman, kalau saya sih main di wilayah yang tidak nyaman itu lebih menarik. Semua pengusaha sukses tidak pernah hidup di zona nyaman, banyak oarng sangat mengidam-idamkan menjadi PNS supaya hidup di zona nyaman,” ungkapnya.

Perupa Deddy Sufriadi, yang bermukim di kawasan Kasihan-Bantul, kali ini memajanng dua karya berukuran besar, masing-masing berjudul “Borderless series#2” dan “Failure Letter#5”. Ciri khas karya Deddy adalah pengolahan teks pada lukisannya, membongkar kata dan menciptakan makna baru. Sekilas karyanya nampak chaos, tapi sebenarnya itulah kekuatan dan kelebihannya, warna-warna kuat yang diaplikasikan di atas kanvas, beberapa kata-kata dan gambar evokatif berkarakter gaya ekspresionisme, muncul pada karya-karyanya.

Duet Rara Kuastra dan Putud Utama dari TEMPA, studio seni grafis di kawasan Minggiran Yogyakarta, melalui karya berjudul “Mindfull Energy” mencoba menghadirkan tentang konsep sebuah rumah. “Muncul banyak pertanyaan, apakah rumah itu bangunan fisik ataukah rumah itu seseorang yang kita sayangi, atau sebuah kota, atau sebuah benda, itu bisa disebut rumah dari beberapa riset kita terhadap teman-teman dan orang disekitar kita. Lambat laun pertanyaan itu semakin dalam, pertanyaan itu semakin lebar, cuman kita mengkhususkan pada beberapa sub-sub konsep hidup itu jadi bahan ide wacana kita untuk bikin karya salah satunya ini,” jelasnya.

“Mindfull Energy” mengungkapkan tentang keselarasan yang digambarkan tubuh berbaju pantai dengan kepala berisi tanaman, dimaksudkan, “Bagaimana kita bisa mengontrol diri kita, mengontrol pikiran kita, mengontrol emosi kita, mengontrol tubuh kita, agar hidup kita menjadi jauh lebih baik, semakin baik, Barang-barang yang ditampilkan itu ibaratnya kita menemukan formula untuk diri kita sendiri, hal yang sederhana seperti menabung digambarkan dengan Celengan Macan, memilih pakaian yang nyaman buat kita, bagaimana kita menemukan hobi kita, dan bagaimana kita selaras dengan diri kita dan selaras dengan orang lain,” ujar Rara. “Ada gambar lap, jemuran, hal itu memaknai bahwa bentuk rumah itu sebenarnya sangat abstrak, jadi benda-benda yang ditampilkan didalam rumah itu tidak secara gamblang menampilkan sebuah rumah itu. Lebih memaknai keselarasan jati diri seseorang itu menampilkan siapa dia dan apa bentuk rumahnya,” imbuh Putud.

Sedangkan perupa Faisal Azhari yang akrab disapa Palito, dengan studio dikawasan Kersan, memajang karyanya berjudul “Untitled Landscape Series” yang merespon pandemi, bagaimana alam meremajakan dirinya kembali. Bagi manusia pandemi itu malapetaka, namun bagi alam pandemi itu ternyata dampaknya lebih baik, penghijauan, polusi berkurang, itu yang mendasari karyanya. (Features of Impessa.id by Antok Wesman)