Event

Warga Jogja Gelar Defile 76 Tahun Yogya Ibukota RI, Senin Malam, 3 Januari 2022

Warga Jogja Gelar Defile 76 Tahun Yogya Ibukota RI, Senin Malam, 3 Januari 2022

Warga Jogja Gelar Defile 76 Tahun Yogya Ibukota RI, Senin Malam, 3 Januari 2022

Impessa.id, Yogyakarta: Sekber Keistimewaan DIY bersama Paguyuban Bregada Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar defile "Menyongsong 76 Tahun Yogya Ibukota RI" pada Senin 3 Januari 2022, pukul 19.00 WIB start dari halaman Stasiun Tugu sisi timur, masuk jalan Malioboro dan finish di depan Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta. 

Defile melibatkan Bregada Puroloyo Imogiri Bantul, Bregada Panji Parentah DIY, Bregada Nitimanggala Gedongkiwo dan arak-arakan bendera Merah Putih dan dwaja Paguyuban Bregada Rakyat DIY. Defile berakhir didepan Istana Negara Gedung Agung. Selanjutnya peserta melakukan prosesi peringatan 76 tahun Yogya Ibu Kota RI.

Widihasto Wasana Putra, Ketua Sekber Keistimewaan DIY menuturkan, “Defile ini digelar untuk mengajak masyarakat mengingat peristiwa 76 silam saat rombongan pemimpin RI secara rahasia memindahkan ibukota RI dari Jakarta ke Yogyakarta. Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta beserta keluarga dan para mentri menggunakan kereta api dan tiba dengan selamat di stasiun Tugu Yogyakarta pada pagi hari 4 Januari 1946. Ibukota terpaksa dipindah karena situasi Jakarta yang tidak aman. Terjadi sejumlah percobaan penculikan dan pembunuhan terhadap pemimpin negara oleh tentara NICA yang tak ingin bangsa Indonesia merdeka. Dalam situasi tak menentu itu Sri Sultan HB IX menawarkan kepada Presiden agar ibukota dipindah ke Yogyakarta. Tawaran ini disambut baik Presiden,” ujarnya.

Dikisahkan, sesegera mungkin disusun rencana kepindahan secara rahasia. Perjalanan kereta api dari Jakarta ke Yogyakarta dilakukan secara diam-diam. Bung Karno dan keluarga menaiki kereta dari halaman belakang rumah Jl. Pegangsaan Timur (sekarang museum Proklamasi) menggunakan rangkaian kereta yang seluruh lampu-lampu gerbong dimatikan untuk menghindari kecurigaan patroli tentara NICA. Sesampai di Yogya, Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta sempat tinggal sekitar tujuh pekan di gedung Parangkarso Kompleks Puro Pakualaman sebelum berkantor di Istana Gedung Agung. 

Kepindahan ibukota RI ke Yogyakarta pada 4 Januari tersebut  dikemudian hari dipakai sebagai hari lahir Pasukan Pengamanan Presiden (Paspamres). 

Mengapa Yogyakarta dipilih sebagai ibukota? Pertama Yogyakarta dinilai paling aman. Belanda menghormati keberadaan Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman dibawah kepemimpinan Sri Sultan HB IX dan Paku Alam VIII. Sultan dan Ratu Juliana sudah saling mengenal ketika menempuh studi di negeri Belanda. Sultan bahkan mendapat gelar tituler Mayor Jendral. Kedua Yogyakarta juga memiliki fasilitas dan insfrastruktur fisik yang relatif memadai sebagai sebuah ibukota. Posisinya yang berada di tengah pulau Jawa memudahkan akses ke kota-kota lainnya.  

Masyarakat Yogyakarta juga dikenal memiliki visi, militansi dan loyalitas terhadap eksistensi Republik. Sejak organisasi pergerakan pemuda Budi Utomo berdiri pada 20 Mei 1908 di Yogyakarta, energi menjadi negara merdeka dan berdaulat membuncah di dada tiap orang kota perjuangan ini. 

Momentum defile menyongsong 76 tahun Yogyakarta Ibu Kota Republik menjadi menarik dengan tampilnya bregada Puroloyo Imogiri sebagai penyaji terbaik dalam ajang tahunan Festival Seni Keprajuritan Rakyat DIY yang dihelat akhir November 2021. Sedangkan Bregada Nitimanggala adalah penyaji terbaik di periode sebelumnya. Turut dalam rangkaian defila Panji Parentah DIY dan arak-arakan puluhan dwaja (bendera) paguyuban bregada rakyat DIY.

Kegiatan yang dilakukan Sekber Keistimewaan DIY beserta Paguyuban Bregada Rakyat DIY tersebut mempunyai dua makna esensial. Pertama merupakan aksi panggilan merespon amanat yang disampaikan Gubernur DIY Sri Sultan HB X pada tanggal 4 Januari 2012 di Kagungan Dalem Pagelaran Kraton Yogyakarta bahwa wajib bagi semua lapisan masyarakat setiap tanggal 4 Januari memperingati peristiwa Yogyakarta Ibu Kota Republik sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedua menggaris bawahi keistimewaan DIY melalui peran Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman dalam menopang eksistensi RI.

Spirit menjaga NKRI berdasar Pancasila dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika diharapkan terus terpelihara dari Yogyakarta untuk Indonesia baik di masa lalu, sekarang dan di masa-masa mendatang.  (Widihasto Wasana Putra/Antok Wesman-Impessa.id)