Event

Kepala BPIP Prof Yudian Wahyudi, Mengenal Pancasila Berarti Mengenal Diri Sendiri

Kepala BPIP Prof Yudian Wahyudi, Mengenal Pancasila Berarti Mengenal Diri Sendiri

Kepala BPIP Prof Yudian Wahyudi, Mengenal Pancasila Berarti Mengenal Diri Sendiri

Impessa.id, Yogyakarta: Absennya mata ajar Pancasila dalam Standar Nasional Pendidikan sejak tahun 2003 membuat generasi muda kehilangan akses pada materi ke-Pancasila-an. Tidak tersedianya materi ini membuat generasi muda tidak mengenal Pancasia dan nilai-nilai luhur yang membentuk karakter dan identitas bangsa. Akibatnya, jika tidak mengenal Pancasila, berarti juga tidak mengenal diri dan bangsa sendiri.

Demikian pesan yang disampaikan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Prof Yudian Wahyudi, kepada generasi muda Kabupaten Ende dalam acara talkshow Pancasila di kalangan Generasi Milenial dan Generasi Z, yang diadakan Radio Republik Indonesia (RRI) di Pesantren Walisanga, Kabupaten Ende, Jumat (10/12/2021), dihadiri secara virtual oleh anggota DPR RI asal Ende, Yohanis Fransiskus Lema, dan Bupati Ende, Djafar H. Achmad yang mendampingi Profesor Yudian di lokasi acara.

Untuk mengenalkan kembali Pancasila kepada generasi muda melalui pendidikan formal, BPIP sudah memohon persetujuan Presiden atas draf bahan ajar yang sudah dirumuskan, mulai dari jenjang PAUD hingga Pendidikan Tinggi. “Semoga dalam minggu-minggu ini, Bapak Presiden berkenan mengesahkan. Sehingga paling lama semester depan bahan ajar ini sudah bisa digunakan di berbagai tingkatan sekolah,” terang Prof Yudian Wahyudi.

Menanggapi salah satu mahasiswa yang meminta agar pembinaan Ideologi Pancasila tidak dilakukan secara indoktrinatif, Yudian menegaskan bahwa draft bahan ajar yang sudah dikirim ke Presiden memberlakukan proporsi 30 persen untuk ketrampilan kognitif, dan sisanya 70 persen merupakan ketrampulan psiko-motorik. “Dengan demikian, output mata ajar ini tidak dicapai melalui cara-cara indoktrinatif, melainkan hasil dari ketrampilan guru mengelola kelas dan interaksi antara guru dan anak didik,” imbuh Prof Yudian.

Sementara itu, Yohanis Fransiskus Lema yang berasal dari Ende mengingatkan generasi muda untuk menjadi generasi yang terpelajar dan cerdas agar bisa mengikuti jejak para pendahulu bangsa. “Kemerdekaan adalah kerja keras generasi muda. Tapi tak sembarang pemuda, namun pemuda yang terpelajar dan cerdas,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Djafar H. Achmad, berjanji, Pemerintah Kabupaten Ende akan memperbaiki fasilitas situs-situs Soekarno untuk meningkatkan literasi tentang Pancasila. Yohanis dan Djafar sama-sama mengapresiasi upaya BPIP untuk melakukan pembinaan ideologi Pancasila kepada generasi muda. Untuk memperkuat pembinaan ideologi ini, Djafar berharap BPIP mendukung usulan menjadikan kota Ende sebagai Lokasi Peringatan Hari Lahir Pancasila.

Dialog yang disiarkan melalui saluran radio dan channel youtube RRI Ende itu diakhiri dengan deklarasi Komunitas Anak Muda Omong Pancasila, yang berikrar untuk terus menyebarkan nilai-nilai Pancasila di kalangan generasi muda Ende. (Uthbek/Humas UIN Suka/Antok Wesman-Impessa.id)