Kepala BPIP Prof Yudian Wahyudi, Pancasila Adalah Sejarah dan Masa Depan Bangsa
Impessa.id, Yogyakarta: Masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki banyak tradisi, tokoh dan pemikiran yang mengedepankan harmoni dan kesatuan bangsa. Nilai-nilai luhur tersebut selain ditunjukkan oleh ragam tradisi budaya dan warisan pemikiran tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan dari propinsi ini, juga termasuk warisan pemikiran Pancasila oleh Soekarno di Ende.
Praktik sosial-politik serupa yang bertujuan menciptakan masyarakat yang rukun, harmonis, dan sejahtera sesuai cita-cita Pancasila juga masih berlaku dan dilakukan oleh pelbagai tokoh masyarakat NTT saat ini. Tradisi dan praktik Pancasilais yang berkelanjutan ini menunjukkan bahwa Pancasila bukan hanya soal sejarah masa lalu, tetapi juga menjadi cerita masa depan.
Hal itu dikemukakan oleh Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi Ph.D, dalam Kuliah Umum “Menggali Nilai-Nilai Pancasila di Bumi Cendana”, di Aula Rektorat Universitas Nusa Cendana, Kupang, Rabu (8/12/2021) atas kerjasama dengan Universitas Nusa Cendana dan Universitas Katolik Widya Mandira.
Di hadapan lebih dari seribu mahasiswa dari dua universitas yang hadir secara hybrid, Prof Yudian Wahyudi memberi pesan untuk berbangga menjadi warga NTT yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa sekaligus berbangga menjadi bangsa Indonesia yang mendudukkan semua warga negara setara di depan hukum. Kesetaraan ini membuat semua warga negara, termasuk generasi muda di Nusa Tenggara Timur punya kesempatan untuk menjadi pemimpin di Indonesia.
Dalam sambutannya, Rektor Unwira, Dr Philipus Tule, menyambut baik hadirnya BPIP di Bumi Cendana. Dr Philipus menyatakan Unwira siap mendukung program pembinaan ideologi Pancasila bersama kampus-kampus lain di NTT. Pada kesempatan membuka Kuliah Umum tersebut, Rektor Undana, Dr. Drh. Maxs Sanam M.Sc., juga menyampaikan apresiasi yang sama. Dr Maxs Sanam menambahkan bahwa pembinaan ideologi Pancasila yang bertujuan menciptakan generasi yang cakap secara sosial-emosional sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Tantangan ke depan adalah bagaimana mengindarkan pengajaran Pancasila secara monolog dan sesuai dengan tantangan jaman.
Kuliah Umum juga dibarengi dengan penandatanganan MOU antara BPIP dengan Undana dan Universitas Widya Mandira. Penyelenggaraan event secara gotong royong mendapatkan apresiasi dari Deputi Bidang Hubungan Antarlembaga, Ir Prakoso. Prakoso berharap kerjasama dengan BPIP bisa menguatkan program pembinaan Ideologi Pancasila. Kegiatan selama dua jam itu tetap menjalankan protokol kesehatan. (Uthbek/Humas UIN Suka/Antok Wesman-Impessa.id)