Feature

FEBI UIN Suka Menyelenggarakan Konferensi Internasional Keuangan Islam

FEBI UIN Suka Menyelenggarakan Konferensi Internasional Keuangan Islam

FEBI UIN Suka Menyelenggarakan Konferensi Internasional Keuangan Islam

Impessa.id, Yogyakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Kalijaga menyelenggarakan Konferensi se-Asean The 9th ASEAN Universities International Converence on Islamic Finance (AICIF) 2021, secara hybrid, mengangkat tema “Penguatan ekonomi Islam dan Industri Halal Menuju Pemulihan Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan di Tengah Era Pandemic” bertempat di Hotel Royal Ambarukmo, 17/11/2021.

AICIF diikuti akademisi dan praktisi ekonomi syari’ah se-ASEAN, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Phil Al Makin, Wakil dekan 3, bidang Kemahasiswaan dan Kerja-sama, UIN Suka, Dr. Abdur Rozaki, para kepala Biro UIN Suka, para Dekan UIN Sunan Kalijaga, dan Dekan FEBI, UIN Sunan Kalijaga, Dr. Afdawaiza sebagai tuan rumah penyelenggara konferensi, para Dosen FEBI UIN Suka.

Konferensi menghadirkan keynote-speaker; Wakil Presiden, Prof. Dr. (H.C.) K. H. Ma'ruf Amin, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, SE., M.Sc., Ph.D., Menteri BUMN, Eric Thohir, B.A., M.B.A., dan juga para pembicara antara lain: Dr. Muhammad Aqil Irham (Kepala Badan Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal), Ita Rulina (Direktur Keuangan Syari’ah Bank Indonesia).

Mengawali seremonial pembukaan, Dekan FEBI, Dr. Afdawaiza dalam sambutannya menyampaikan, salam hormat kepada semua pembicara utama, panelis yang diundang, dan peserta Konferensi Internasional Keuangan Islam se-ASEAN ke-9 (AICIF) 2021. Sebagai tuan rumah konferensi ini, FEBI UIN Sunan Kalijaga merasa terhormat bisa memberikan panggung bagi para ekonom Islam dari berbagai negara di dunia.

AICIF 2021 diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang literasi keuangan syari’ah dan meningkatkan keragaman pengembangan penelitian tentang keuangan syari’ah. Selama ini FEBI UIN Sunan Kalijaga telah berkontribusi menghasilkan lulusan berdaya saing yang unggul dan menonjol dalam bidang pengembangan ekonomi dan bisnis syari’ah. Sektor ini diyakini ke depan akan memiliki kontribusi yang signifikan dalam membawa Indonesia menjadi negara maju, disegani dunia, dan rumah bagi tumbuhnya kesejahteraan rakyat.

Dalam proses pemulihan semua sektor ekonomi akibat pandemi Covid-19, kabar menggembirakan,  Indonesia menempati peringkat pertama Islamic Finance Country Index (IFCI) 2021. Peringkat pertama Indonesia disusul Arab Saudi, Malaysia, Iran, Pakistan, Brunei Darussalam, Bangladesh, UEA, dan Kuwait. Informasi ini dilansir Cambridge IFA dalam laporannya yang berjudul “Global Islamic Finance Report (GIFR) 2021”. Laporan tersebut juga diluncurkan secara eksklusif bertepatan dengan Indonesia Sharia Economics Festival (ISEF) ke-8 pada 29 Oktober 2021.

Penilaian IFCI mencakup hampir semua sektor keuangan syari’ah, termasuk sektor perbankan, pasar modal, asuransi, keuangan mikro, dan teknologi keuangan. Dua hal yang memiliki kontribusi besar terhadap pencapaian Indonesia adalah sektor pasar modal syari’ah dan sektor keuangan sosial syari’ah. Dari sektor pasar modal syari’ah, Indonesia dinilai berhasil menerbitkan Sukuk dan instrumennya. Laporan Perkembangan Keuangan Syariah Indonesia 2020 dari OJK menyebutkan nilai outstanding sukuk negara mencapai Rp 971,50 triliun, meningkat 31,17% dibandingkan tahun sebelumnya.

Dr. Afdawaiza mengatakan kita juga patut mensyukuri pencapaian Indonesia sebagai negara dengan peringkat pertama indeks keuangan syari’ah dunia, meski masih dalam masa pemulihan. Dampak pandemi Covid-19 diakui dirasakan di semua sektor keuangan. Namun, sektor keuangan syari’ah terbukti memiliki ketahanan yang baik. Aset sektor keuangan syari’ah mampu tumbuh 22,71% di tengah pandemi yang tercatat tumbuh dari Rp1,468 triliun menjadi Rp1,801 triliun. Kontributor terbesar pertumbuhan aset keuangan syari’ah Indonesia adalah pasar modal syari’ah, diikuti oleh perbankan syari’ah dan industri keuangan non-bank seperti asuransi, perusahaan pembiayaan, dana pensiun, keuangan mikro, dan lembaga keuangan khusus.

Menurut Dr. Afdawaiza, pencapaian itu menegaskan kemungkinan Indonesia bisa menjadi negara dengan kekuatan ekonomi syari’ah terbesar di dunia. Oleh karena itu, peluang ini harus kita tanggapi dengan serius, karena Indonesia juga merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Oleh karena itu, sangat relevan jika topik acara AICIF hari ini adalah Penguatan Ekonomi Islam dan Industri Halal menuju Pemulihan Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan di Tengah Era Pandemi.

Sangat tepat juga jika FEBI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai universitas yang menyelenggarakan program ekonomi syari’ah di tingkat sarjana atau magister, melaksanakan acara AICIF ini bersama enam universitas lainnya di ASEAN. Upaya ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan literasi keuangan syari’ah bagi generasi muda, yang dapat menjadi pemimpin bangsa dalam sepuluh atau dua puluh tahun ke depan di komunitas dan tempat masing-masing.

“Meski saat ini masih dalam masa pemulihan akibat pandemi covid-19, tidak menyurutkan semangat kami untuk memastikan AICIF ke-9 ini berjalan luar biasa. Baik agenda offline yang kami lakukan di Royal Ambarukmo Hotel maupun para peserta yang mengikuti virtual meeting platform kami. Pihaknya berharap konferensi kali ini dapat melahirkan ide-ide segar dari kampus UIN Sunan Kalijaga, baik dalam hal pengembangan industri halal, modal syari’ah, keuangan sosial dan seterusnya, untuk mencapai cita-cita Indonesia menjadi kiblat industri halal dan keuangan syari’ah bagi dunia, dan  dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi para peserta dan masyarakat pada umumnya, harap dr. Afdawaiza.

Pihaknya juga yakin acara dapat berkalan lancar dengan  dukungan Rektor dan segenap sivitas akademika UIN Sunan Kalijaga yang juga diperkuat oleh dukungan dari  kampus lain  yang menjadi Co-Host;  International Islamic University Malaysia, Universitas Islam Sultan Agung, Universitas Darussalam Gontor, Institut Tazkia, Universitas Islam Sultan Sharif Ali (Brunei Darussalam), Mindanao State University (Filipina), dan International Council of Islamic Finance Educators (ICIFE)..

Dukungan juga hadir dari para partner strategis yang sekaligus bertindak juga sebagai sponsor yang memfasilitasi banyak hal demi keberhasilan, kesuksesan, dan kesempurnaan acara ini: Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) RI, Bank Indonesia (BI), Bank Syariah Indonesia (BSI), dan Royal Ambarrukmo Hotel.  demikian imbuh Dr. Afdawaiza.

Agenda internasional tersebut dibuka secara simbolis dengan memukul gong oleh Wakil Rektor 3, Dr. Abdur Rozaki. Sementara itu menyambut para tamu konferensi internasional Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Phil Al Makin  menyampaikan, halal membuat pasar, network, dan hal-hal lain perihal produk halal saat ini menjadi diskusi hangat bahkan melewati lingkup di luar agama. Halal adalah peluang yang sangat cemerlang untuk negara kita.

“Untuk menentukan halal dan tidaknya suatu hal, Pemerintah Indonesia bersama dengan MUI atau Majelis Ulama Indonesia yang merupakan Wadah Musyawarah para Ulama, Zu’ama, dan Cendekiawan Muslim di Indonesia yang didalamnya juga bekerja sama dengan para kimiawan, kedokteran dan ahli farmasi. Sehingga bisa dikatakan bahwa halal bukanlah sesuatu hal yang sederhana, bukan semata-mata mengenai boleh atau tidak bolehnya suatu makanan,” ujar Ppof Al Makin.

Label halal membutuhkan waktu, kolaborasi, dan pertimbangan. Halal juga membentuk suatu hal yang lebih daripada ajaran agama. Diskusi-diskusi pada konferensi membangkitkan gairah penelitian, kolaborasi antar universitas di tingkat global. UIN Sunan Kalijaga sangat berterima kasih kepada para narasumber, partisipan konferensi atas kontribusinya serta kepada seluruh pihak yang menghadiri konferensi ini. “Saya sangat bangga dengan FEBI UIN Sunan Kalijaga yang telah memprakarsai agenda ini dan berharap untuk dapat terus menjalin relasi,” tutur Prof. Phil al Makin.

Sementara itu dalam paparannya Sri Mulyani antara lain menyampaikan keyakinannya,  Indonesia akan bangkit kembali ekonominya, didukung dan didorong oleh UMKM dan juga kemampuannya untuk memberikan keyakinan pada konsumen dalam negeri maupun luar negeri dalam memproduksi produk-produk halal yang diharapkan menjadi yang terbesar di dunia menembus pasar dunia. Dan diperlukan kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha dan  peneliti (lembaga akademis)

Dari sisi pembiayaan pemerintah menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang digunakan untuk memenuhi target pembiayaan APBN. Green sukuk atau sukuk hijau merupakan salah satu inovasi pemerintah dalam menerbitkan instrumen pembiayaan untuk proyek berbasis hijau, sehingga dapat merangkul investor yang lebih luas. Green sukuk adalah gabungan antara instrumen investasi yang mengedepankan proyek berbasis hijau dan sukuk berbasis syari’ah, jelas Sri Mulyani

Aqil Irham menambahkan,  Indonesia menempati peringkat kelima dalam kekuatan ekonomi syari’ah dari 73 negara dunia. Di sisi lain, perekonomian Indonesia yang didominasi oleh pelaku usaha kecil dan mikro (UMKM) memiliki kontribusi besar. Sertifikasi halal gratis bagi UMKM merupakan langkah awal untuk bisa terus mendukung UMKM untuk eksis di dalam negeri maupun secara global.

K.H. Ma’ruf Amin mengatakan, Pemulihan ekonomi global akibat pandemi mengalami tiga kesenjangan: kesenjangan akses vaksin, inflasi harga energi, serta disrupsi rantai pasok. Ditambah perubahan iklim yang berpotensi mendisrupsi kehidupan manusia. Untuk mengatasi tantangan global itu dibutuhkan kolaborasi untuk menyelesaikan masalah dan pembangunan ekonomi berkelanjutan.

K.H. Ma’ruf Amin yakin prinsip-prinsip dan nilai Islam seperti saling membantu, ta’awun, saling menolong mampu berperan menumbuhkan kolaborasi untuk memulihkan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan. Ekonomi dan keuangan syari’ah juga mengandung prinsip keadilan dan keseimbangan. Yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan yang disertai oleh kesadaran untuk menjaga harmoni antara pembangunan dan kelestarian lingkungan. Pada pokoknya cita-cita yang ingin dicapai melalui prinsip-prinsip syari’ah adalah meningkatkan kesejahteraan, maslahat dan menghindari kemadharatan.

Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk membangun masyarakat Indonesia yang maju dan sejahtera. Pemerintah Indonesia secara serius mendorong majunya ekonomi dan keuangan syariah untuk mendukung pemulihan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan. Yang saat ini menurut laporan OJK, ekonomi dan keuangan syari’ah tumbuh 17,32 persen dari tahun ke tahun, dengan nilai mencapai 1,11.901,1 trilyun per September 2021.

Kontribusi pemulihan ekonomi dari sektor perbankan syari’ah salah satunya melalui penguatan Bank Syari’ah Indonesia sebagai hasil penggabungan dari tiga Bank Syari’ah Himbara. Melalui penggabungan tersebut diharapkan mampu menjadi pilar penting pengembangan industri halal dan usaha syari’ah, disamping agar dapat bersaing di tingkat global.

Dalam sektor non-perbankan pemerintah berkontribusi memberikan solusi perubahan iklim melalui pengembangan proyek hijau berbasis syari’ah (Green Sukuk). Terbukti mampu menjadi sumber pembiayaan yang dapat diandalkan untuk membiayai pembangunan yang ramah lingkungan dan telah mendapatkan penghargaan dunia Climate Bonds Awards 2021. Selain itu sektor keuangan syari’ah yang perlu didukung adalah ekosistem teknologi finansial. Adapun di bidang industri halal pemerintah bersama para pemangku kepentingan terus bersinergi mengembangkan Indonesia sebagai pusat rantai nilai halal global.

Langkah-langkah yang diupayakan adalah percepatan pembangunan kawasan industri halal, akselerasi sertifikasi halal dan penguatan halal insurance system, penguatan ekosistem pendukung ekspor produk halal, pemanfaatan peluang ekspor era pemulihan ekonomi serta pengintegrasian usaha besar, koperasi dan UMKM, pengembangan industri halal yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Sehingga perlu didukung pengembangan SDM ahli dan sosialisasi pusat riset dan sains halal. Pihaknya berharap Perguruan Tinggi Islam ikut mendukung upaya-upaya pemerintah ini melahirkan SDM ahli yang dapat menghasilkan inovasi-inovasi berkelanjutan.

“Saya mengapresiasi kolaborasi berbagai universitas di ASEAN dalam penyelenggaraan konferensi ini dan saya berharap konferensi ini mampu melahirkan rekomendasi strategis bagi pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah sekaligus mendorong pemulihan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Selamat mengikuti konferensi semoga Allah meridhoi semua upaya yang kita lakukan. demikian Prof. K.H. Ma’ruf Amin mengakhiri sambutannya. (Weni/Alfan/Dimas/Agus/Ihza/Antok Wesman-Impessa.d).