Pelatihan Tata Boga Gratis Teruntuk Difabel, Di SLB Negeri Pembina Yogyakarta, 21 Oktober-18 November 2021
Pelatihan Tata Boga Gratis Teruntuk Difabel, Di SLB Negeri Pembina Yogyakarta, 21 Oktober-18 November 2021
Impessa.id, Yogyakarta: Fase kehidupan setelah masa sekolah merupakan “masa kritis” bagi seorang difabel. Walaupun telah dibekali ilmu dan keterampilan saat mengenyam pendidikan di Sekolah Luar Biasa -SLB, para difabel yang telah lulus masih banyak yang kesulitan mencari kerja.
Padahal melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016, pemerintah telah menjamin hak-hak bagi penyandang difabel, beberapa di antaranya adalah hak untuk memiliki pekerjaan, berwirausaha, serta meningkatkan taraf kesejahteraan hidup mereka.
“Keberpihakan pemerintah masih dirasa kurang terhadap difabel. Banyak faktor penyebab seperti pemahaman perusahaan terhadap penyandang difabel maupun kendala teknis. Aksesabilitas juga masih kurang di tempat kerja. Padahal pada tahun 2024 Yogyakarta akan resmi jadi kota inklusi, ramah difabel. Tapi praktiknya kurang maksimal dan untuk menuju ke sana masih terseok-seok,” jelas Ludyarto Wibowo selaku sekretaris Yayasan Indonesia Down Syndrome Insani -YIDSI.
Oleh karena itu YIDSI hadir sebagai jembatan emas antara alumni SLB, penyandang difabel yang tidak berkeluarga, dengan dunia industri agar para difabel punya lebih banyak kesempatan terjun ke dunia profesional. Apalagi dari tahun ke tahun, jumlah penyandang difabel yang tidak terserap bekerja di perusahaan maupun sebagai ASN berpotensi semakin besar.
Atas keprihatinan itulah YIDSI menjalin kerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi -Disnakertrans, Daerah Istimewa Yogyakarta -DIY melalui unit pelaksana teknis Balai Latihan Kerja dan Peningkatan Produktivitas -BLKPP, melaksanakan program pelatihan tata boga bagi para difabel. Kegiatan itu rencananya dilaksanakan mulai dari 21 Oktober-18 November 2021 di SLB Negeri Pembina Yogyakarta dengan jumlah peserta 20 orang.
“Dua puluh orang ini sudah mencakup empat jenis difabel yaitu down syndrome, tuna grahita, tuna rungu, dan tuna daksa. Mereka dipilih berdasarkan minat mereka saat menempuh pendidikan di SLB. Syaratnya mereka sudah dewasa dan lulus sekolah, serta ber-KTP DIY,” kata Ludyarto.
Dia mengatakan, karena YIDSI bekerja sama dengan pemerintah dalam hal ini BLKPP DIY, operasional pelatihan ini sepenuhnya menggunakan dana APBD. Pihak YIDSI sendiri sudah mengajukan proposal pelatihan ini kepada Bapak Gubernur DIY, melalui BLKPP DIY sejak 6 Juli 2020. Namun karena terkendala pandemi Covid-19 yang belum berakhir, pelatihan ini baru bisa terealisasi pada akhir Oktober 2021.
Dalam pelatihan ini, para difabel akan belajar teknik pembuatan patiseri seperti membuat kue, roti, pastry, dan pudding. Selain itu mereka juga akan belajar membuat makanan olahan seperti membuat bumbu, mie, sandwich, sup, hidangan dari seafood dan unggas, dan lain -lain.
Tujuan dari adanya pelatihan ini di antaranya meningkatkan keterampilan dan keahlian para difabel, membuka peluang usaha, memberdayakan para difabel menuju kemandirian ekonomi, serta mempersiapkan mereka untuk masuk ke dalam dunia kerja dan menyalurkannya ke perusahaan-perusahaan yang membutuhkan. Selain itu kegiatan ini juga diadakan dalam rangka menyongsong Daerah Istimewa Yogyakarta menuju Kota Aksesibel 2024.
“Dalam pelatihan tata boga ini kami memasang slogan Amazing Kitchen, Everybody Can Cook”. Setelah kegiatan ini diharapkan mereka lebih berdaya dan bisa mengembangkan usahanya,” pungkasnya. (Ludyarto Wibowo/Antok Wesman-Impessa.id)