Caping Merapi, Kebun Agro-Edukasi Di Tajem-Sleman Yogyakarta, Buka Kembali
Impessa.id, Yogyakarta: Kebun Agro-Edukasi Caping Merapi yang berlokasi di Jalan Raya Tajem KM 2.5 Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta, sore itu, Minggu (13/9/2020) banyak dikunjungi orang, salah satunya Bambang, warga Plemburan, yang ditemui Impessa.id untuk membincangkan ketertarikannya pada daun Kale yang dibudidayakan di Caping Merapi.
“Saya dapat informasi dari mas Panggih, kegunaan Daun Kale ini bagi kesehatan untuk men-suplai beberapa unsur yang dibutuhkan tubuh seperti Kalsium, Omega 8, kandungan Zat Besi dan lainnya, yang tidak kalah dengan kandungan seperti yang didapat pada Omega 8 dari Minyak Ikan, kemudian dari unsur Kalsium-nya 100 gram Daun Kale equivalen, setara, dengan satu gelas Susu Murni. Itu bagi saya mengherankan, kog bisa tanaman sayuran mengimbangi sumber gizi hewani,” aku Bambang.
“Terus terang saja, ini secara jujur sebuah peluang yang cukup besar, saya pribadi mendoa-kan, Caping Merapi bisa mempromosikan walaupun dalam kondisi pandemic Covid-19, melalui metode marketing yang ada, semakin banyak orang tahu, artinya, masalah biaya sebenarnya untuk penyiapan gizi keluarga. Ini-kan sangat penting, apalagi kalau kita bicara Kalsium, Zat Besi kemudian Omega 8 untuk kepintaran anak, kalau kita beli dari Minyak Ikan, baik yang ada brand-nya maupun yang tanpa brand, kan mahal, gak murah. Daun Kale ini lebih fresh dan bisa stok di rumah. Ini bisa untuk program kepintaran dan kesehatan keluarga,” jelas Bambang lebih lanjut.
Bambang pun berharap agar Caping Merapi yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta mempromosikan dengan kuat, karena membantu pemerintah, sekaligus membantu program kecerdasan bangsa. Dirinya merasa surprise ada Daun Kale di Caping Merapi. Daun Kale yang disebut sebagai Super Food, di Eropa-Amerika harganya tinggi, tapi di Caping Merapi Tajem-Sleman, Yogyakarta, harganya relatif murah, kondisi segar karena petik langsung dari kebun yang pengelolaannya sepenuhnya secara organik, ditangani oleh ahli pertanian dari berbagai perguruan tinggi nasional.
Meskipun tanaman Sayur Kale bukan native Indonesia, namun berkat pengelolaan yang tepat, dengan pemenuhan nutrisi tanah yang pas dan sesuai dengan kebutuhan, maka tanaman Kale dapat tumbuh subur di Bumi Indonesia. Hal itu dibuktikan oleh Kebun Agro-Edukasi Caping Merapi di Tajem-Sleman Yogyakarta, yang sejak tiga bulan terakhir berhasil membudidayakan Tanaman Sayur Kale dan sudah panen yang ditandai dengan pembukaan kembali Caping Merapi pada Minggu, 13 September 2020, setelah beberapa bulan vakum karena wabah Covid-19.
Hampir dipastikan semua pengunjung yang mengenal manfaat Daun Kale langsung memborongnya karena pada momentum hari “pembukaan kembali” itu, seluruh produk hasil panen perkebunan organik dijual dengan diskon 50% termasuk Daun Kale segar. Momen pembukaan sengaja dipilih akhir pekan, Sabtu-Minggu, dimeriahkan dengan hiburan musik bersama “anak band” Jogja yang pentas di tepian hamparan kebun Kale, termasuk pengunjung setelah penat berkeliling petik sayur-mayur lantas beristirahat menikmati live musik sambil duduk-duduk di bangku-bangku kayu dari palet tak terpakai yang diatur berjarak sesuai Protokol Kesehatan Tatanan Baru.
Kustanti Wahyu Utami, lulusan Pertanian Universitas Brawijaya Malang, yang menjadi pakarnya tanaman di Caping Merapi, ketika dikonfirmasi Impessa.id terkait kemampuan adaptasi Tanaman Kale di Sleman-Yogyakarta yang relatif iklimnya lebih panas dibandingkan dengan di negara asalnya Eropa-Amerika, dirinya menuturkan, “Saya yakin disinipun tanaman Kale itu bisa tumbuh dengan baik asalkan kebutuhan nutrisinya terpenuhi, cuman memang tidak se optimal seperti di negara asalnya, semisal lebar daunnya berbeda, namun tetap masih bisa tumbuh dengan baik, masih bisa dikonsumsi dengan baik,” aku Tanti, sapaan akrabnya.
Awalnya kami ingin mengenalkan bahwa Kale yang disebut sebagai Super Food itu dapat dikonsumsi menjadi makanan apa sih? Selama ini memang harganya mahal, hanya segmen mid-up saja yang mampu menikmatinya, nah melalui budidaya Kale di Caping Merapi ini, kami membuktikan bisa murah kog harganya, kini semua orang bisa menikmati Super Food tersebut.
Kini Caping Merapi juga menyediakan hasil olahan, hasil masakan Daun Kale serta hasil kebun lainnya yang bisa disantap dan dinikmati ditempat. Contoh kuliner berbahan Daun Kale, yakni, Tempura Daun Kale dengan Saus Tomat Ranti asal Banyuwangi yang tumbuh subur dan menghasilkan buah nan melimpah di Caping Merapi, kemudian juga ada Sambal Kecombrang. Masakan yang tersaji lainnya ada Salad Kale untuk diet, Oseng-Oseng daun Kale, Kale Chips Panggang bagi anak-anak yang tidak suka sayur, Crispy Kale Tepung Goreng, serta Juz Daun Kale.
Olahan Sayur Kale itu dapat ditemui di kedai sore Garden Tea Caping Merapi yang buka di setiap weekend, Sabtu dan Minggu, pengunjung dapat menikmati segarnya Wedang Shakespear, paduan Sereh dan Lemon, Wedang Blue Ocean, minuman Kembang Telang Biru dipadu Daun Mint dan Lemon Balm, serta Kopi-Teh Rosemarry, sambil mencicipi camilan Bakwan Vagie mix aneka sayuran diantaranya Taoge dan Daun Wortel organic, Mendoan Kebun, Italian Popeye, Pisang Afrika dan Edamame, sambil dihibur live music, dalam suasana hijaunya kebun sayuran dan kerindangan pohon buah-buahan.
Mashudi selaku Koordinator Caping Merapi di sela-sela pembukaan kembali, didampingi Panggih Priyanto kepada Impessa.id mengatakan, “Sesungguhnya rumah itu bisa memenuhi semua kebutuhan makanan sehari-harinya sendiri”. Konsep Kemandirian Pangan Keluarga dan Ketahanan Pangan Keluarga di Caping Merapi Tajem-Sleman Yogyakarta, diwujudkan dengan Food Garden sebagai perkembangan dari Urban Farming, berupa prototype sebuah rumah sederhana tidak terlalu luas halamannya, sehari-harinya digunakan sebagai Musholla.
Food Garden dilengkapi dengan tanaman sayur yang bisa dikonsumsi sehari-hari, kemudian ada Budamber -budidaya Ikan Lele dalam ember ber-kran di bagian bawahnya, sudah berjalan satu-setengah tahun, diatasnya ditanami Sayuran Kangkung yang bisa dipetik setiap hari, air limbah atau pupuk cair dari ember yang berisi Lele dipakai untuk menyiram tanaman sehingga tanaman tumbuh subur dan Lele-nya dikonsumsi setiap hari.
Di Food Garden (Kebun Pangan), ada Tanaman Obat, dan Tanaman Buah. Kemudian Kandang berisi Ayam Arab yang setiap hari bertelur untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, dan kandang Kelinci. Semua kotoran Ayam dan Kelinci, ditampung dijadikan satu dengan limbah dapur kedalam ember berisi Cacing Tanah yang merubahnya menjadi pupuk kompos yang lalu ditaburkan ke semua tanaman yang ada. Berhubung halaman tidak luas maka budidaya tanaman dapat menggunakan Wall Planter dan Vertical Planter yang terbuat dari Pipa Paralon besar. “Melalui Food Garden ini harapannya adalah Zero Waste, tidak ada limbah yang keluar, energinya juga berputar disini,” ungkap Mashudi.
Di Caping Merapi memang pas untuk acara keluarga, sementara ibunya keliling kebun memetik sayuran, anak-anak disiapkan menangkap serangga menggunakan jaring untuk pembelajaran mengenai nama dan kegunaan serangga yang tertangkap tersebut. Edukasi tentang agro telah menarik berbagai sekolah diantaranya kreasi dari siswa-siswa SD Budi Mulia yang menanam sayuran di botol plastik limbah dan mewarnai botol-botol yang kini terpampang di salah satu sudut Food Garden.
“Kami melakukan pendekatan kepada anak-anak sekolah untuk mengenalkan lebih jauh tentang sayur-mayur yang mereka santap setiap harinya, mulai dari pembibitan, penanaman, sampai olahannya termasuk dalam beragam varian sayuran yang aman dan enak dikonsumsi, semisal Kembang Jengger, yang banyak tumbuh di kebun, kami buat menjadi krispi dan kami bagikan kepada anak-anak, mereka mengalami experience yang tak terlupakan,” ujar Panggih menambahkan.
Tak heran apabila seluruh kegiatan di Kebun Agro-Edukasi Caping Merapi di Tajem-Sleman Yogyakarta, menarik minat anak-anak muda untuk menimba ilmu. Bak gayung bersambut, pihak manajemen Caping Merapi membuka kesempatan bagi pelajar-mahasiswa untuk magang di tempat itu. Panggih Priyanto salah satu pengelola menambahkan, “Kami memiliki program bernama Caping Warrior, banyaknya mahasiswa di DIY yang mencapai 200-ribu lebih, menjadi peluang untuk sharing pengetahuan, di kalangan anak muda muncul tren akan bangga apabila bisa mendapatkan uang saku sendiri, nah pihak Caping Merapi memfasilitasi agar mereka Kerja Part-time disini, di sesi pertama digelar sebelum pandemi muncul, responnya luar biasa, sekitar 100 mahasiswa mendaftar untuk ikut program Caping Warrior itu, setelah diseleksi enam orang terpilih untuk kerja disini secara shift,” jelas Panggih.
Caping Warrior menjadi partner kerja, mereka menjadi pendamping, memandu, memberi penjelasan kepada pengunjung yang belum paham mengenai tanaman organik, sehingga menjadi tergerak untuk menanam sayuran organik di rumahnya masing-masing.
Selama pandemi Covid-19, bayak warga masyarakat yang menekuni kegiatan bercocok tanam di halaman rumahnya, sehubungan dengan masih awamnya pengetahuan tentang seluk-beluk bercocok-tanam yang benar dan kepada siapa mau bertanya, tentunya yang ditanya adalah tempat dimana mereka membeli tanaman, maka kedepannya, masih dalam persiapan, agar lebih efektif dan efisien, Caping Merapi membuka Klinik Tanaman bersama ahlinya, Dokter Tanaman, secara terkoordinasi menyediakan ruang dan waktu memberikan arahan dan petunjuk sederhana yang mudah dipahami.
Beberapa mahasiswa telah memilih Caping Merapi menjadi obyek penelitiannya, termasuk riset yang dilakukan oleh mahasiswa Biologi UGM mengenai Lebah Lanceng yang bersarang disitu. Petrus Salitinus, mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa Yogyakarta kepada Impessa.id menyatakan rasa senangnya bisa magang selama satu bulan di Caping Merapi. “Banyak yang saya dapatkan disini, mulai dari tanaman hortikultura sampai tanaman sayuran, bahkan saya memperoleh ilmu tentang pemasaran hasil budidaya tanaman hias, tanaman buah-buahan dan tanaman sayur. Di Caping Merapi juga saya mendapatkan ilmu tata-cara meng-handle tamu yang melakukan kunjungan studi banding dari luar Jogja, Jayalah Caping Merapi dan sukses selalu!” papar Petrus penuh semangat.
Agro-Edukasi Caping Merapi diambil dari topi Caping yang identik dengan petani, dan Merapi, karena Sleman berada di lereng Gunung Merapi, berikut Kebun Anggrek Tajem dengan areal seluas 2,5 hektar milik Kas Desa, namun di sewa dan di kelola oleh individu, telah menyiapkan paket-paket yang dapat diakses oleh masyarakat luas, terbagi kedalam Paket Kunjungan Kebun untuk grup minimal 15 sampai 25 orang, ber-durasi 1,5 sampai 2 jam, berupa keliling kebun sayur sehat dan urban farming, kemudian edukasi manfaat dan kegunaan sayuran dan buah, edukasi pertanian organik dan potensi usaha agribisnis, serta petik sayur.
Berikutnya Paket Workshop berdurasi 2-2,5 jam dengan peserta minimal 15 orang, berupa Pengenalan budidaya sayur sehat, praktik membuat media tanam dan menanam, serta petik sayur. Kemudian Paket Pelatihan Inovatif Petani Tangguh teruntuk para penggarap lahan, sudah bertani minimal lima tahun, diutamakan yang tergabung di kelompok tani, minimal peserta 25 orang. Materinya berupa Pelatihan Dasar Bawang Merah Semai Biji, Pelatihan Budidaya Bertani Secara Organik, Pelatihan Urban farming, dan Workshop Membuat Aneka Pupuk dan Pestisida Alami.
Adapun Paket untuk Umum dan Instansi minimal peserta 10 orang ada delapan materi yakni, Pertanian Organik, Urban farming, Budidaya Anggrek dan Tanaman Hias, Bawang Merah Semai Biji, Analisis Usaha Budidaya Ikan, Analisis Usaha Penggemukan Sapi Terpadu, Integrated Farming, Pelatihan Hidroponik serta Workshop Aneka Pangan Sehat Hasil Kebun. Informasi terkait hal itu dapat diakses via WA di 0858 6653 3348, ataupun via sosmed, IG: #capingmerapi, Twitter: @capingmerapi, facebook: Caping Merapi. (Feature Impessa.id by Antok Wesman)