Event

Perupa Uswarman, Mandhita di Gunung Sempu-Tamantirto, Kasihan, Bantul

Perupa Uswarman, Mandhita di Gunung Sempu-Tamantirto, Kasihan, Bantul

Perupa Uswarman, Mandhita di Gunung Sempu-Tamantirto, Kasihan, Bantul

Impessa.id, Yogyakarta : Proses perjalanan hidupnya penuh liku layaknya orang pada umumnya, menghadapi permasalahan hidup, sedih senang, asmara dan derita. Uswarman  pria asal Palembang yang hijrah ke Jogja untuk menempuh dan mencari kesejatian hidup melalui mashab berkesenian sejak 18 tahun yang lalu. Ia banyak belajar dengan perupa yang ia akui sedikit banyak mempengaruhi proses kekaryaannya. Seperti S Tedy (almarhum), Ugo Untoro dan beberapa perupa kelompok Jendela. Kemudian ia mulai tinggal di Gunung Sempu, Tamantirto, Kasihan, Bantul, sejak tujuh tahun yang lalu, dan banyak menemukan kemesraan juga penyatuan diri dengan alam di Gunung Sempu.

Dalam periode figuratif menggambarkan masa ketika dia berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat. Menjalin kisah asmara, mengalami pengkhiatan lalu sakit hati, dan bangkit kembali. Mencoba menepi meneping ati, inilah yang banyak menjadi bahasa kegelisahan estetis Uswarman dalam tiap karyanya pada periode abstrak. Ketika ia menemukan Gunung Sempu sebagai bagian dari proses estetisnya dan. Sampai memutuskan tinggal disana, menyepi dari segala kerakusan dan keinginan manusiawi. Tentu sebagai seorang yang Mandhita, lengkaplah predikat itu karena Uswarman jarang turun gunung. Melainkan teman-temannya yang mendatanginya, sekadar bertukar pikiran maupun konsultasi estetis.

Uswarman memupuk setiap hal yang memberikan bekas rasa dalam dirinya, hal-hal tersebut bisa berupa tragedi, rasa rindu dan cinta. Dalam proses ini Uswarman merelakan dirinya sebagai medium utama untuk menciptakan karya, sehingga sebagian dari dirinya adalah seutuhnya sebuah lukisannya. Dalam pameran laporan kinerja berkeseniannya ini dia tidak mengajak orang untuk memaknai, melainkan merasakannya. Seperti saat orang mencapai di atas puncak gunung, ia tak perlu makna apapun melainkan hanya merasakan penyatuannya dengan alam.

Riski Januar penulis dalam pameran ini mengungkapkan bahwa pameran tunggal Uswarman ini, memperlihatkan sebuah proses panjang dari eksplorasi artistik. Dalam pameran tunggal ini pun kita dapat melihat sebuah transisi bagaimana karya-karya dari periode figur perlahan berubah menjadi abstrak. Transisi ini memperlihatkan bagaimana tidak mudahnya seorang seniman menemukan pilihan visual yang tepat. Sehingga proses memilih abstrak bagi Uswarman bukanlah sesuatu yang tiba-tiba.

Pameran berlangsung dari 16 Des 2019 hingga 26 Januari 2020, buka setiap hari pukul 10.00 WIB - 17.00 WIB. Di Red Base Foundation, Dusun Jurug RT 02 No. 72, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. (Meuz/Antok Wesman-Impesa.id)