Event Tahunan, Pasar Keroncong Kotagede, Digelar Sabtu, 19 Oktober 2019
Impessa.id, Yogyakarta : Data terkini dari Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan secara signifikan, ke beragam destinasi wisata di DIY. “Hingga akhir 2018, tercatat jumlah wisatawan Nusantara yang berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta, sebanyak 5.405.594 orang dan untuk wisatawan mancanegara sebanyak 416.376 orang,” ungkap Ros Sutikno selaku Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Dinas Pariwisata DIY, saat dikonfirmasi Impessa.id.
Paralel dengan semakin bertambahnya wisatawan berkunjung ke Yogyakarta, event tahunan Pasar Keroncong Kotagede yang semakin dikenal luas, hadir di tengah publik pada Sabtu, 19 Oktober 2019, menampilkan tiga panggung dengan 28 penampil, selain Orkes Keroncong lokal juga hadir grup Keroncong dari Solo, Salatiga dan Semarang, bahkan menghadirkan Bintang Tamu Brian Jikustik.
Pasar Keroncong Kotagede –PKK 2019 bertajuk “Keroncong Tak Kunjung Padam” menurut Ketua Pelaksana yang adalah Penggagas PKK, Natsir Dabey, pihaknya didukung seluruh warga Kotagede dan sekitarnya, sekuat tenaga mempertahankan keberadaan Orkes Keroncong di Yogyakarta dan sekitarnya, khususnya di wilayah Kotagede, ditengah arus tantangan berat yang tetap menghadang.
“Sangat kontradiksi memang, masyarakat bahkan pemerintah Indonesia, acuh tak acuh dengan ada atau tidaknya Orkes Keroncong, padahal di Negeri Johor, Malaysia, Musik Keroncong masuk menjadi kurikulum pelajaran siswa Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah disana, sewaktu saya berbincang dengan teman di Johor, banyak pelajar yang mengenal dengan baik judul lagu-lagu berikut nama-nama penyanyi Keroncong Indonesia, lha di Indonesia sendiri bagaimana?’ ungkap Natsir Dabey kepada wartawan. “Begitu tingginya apresiasi publik Malaysia terhadap Musik Keroncong Indonesia,” akunya.
Orkes Keroncong sudah mendarah daging bagi warga Kotagede, keberadaannya sudah ada sebelum kemerdekaan, tepatnya di tahun 1930 dengan berdirinya Orkes keroncong Terang Bulan, disusul Orkes keroncong Keluarga Subarjo, yang kini masih eksis bagai Maestro Keroncong Indonesia, kemudian Orkes Keroncong Cahaya Muda. Saat itu pemusiknya dikala tampil selalu mengenakan jas dan masih memainkan Keroncong Klasik.
“Pada tahun 2000-an di Kotagede tercatat ada 17 grup Orkes Keroncong yang aktif, mereka secara rutin berlatih dan tampil menghibur berbagai acara di tengah-tengah masyarakat Kotagede dan sekitarnya, bahkan beberapa diantaranya diundang untuk mengisi acara di luar Kotagede,” tutur Natsir Dabey.
Sejak 2015, Natsir Dabey dan teman-teman pecinta Musik Keroncong, menggagas perhelatan Pasar Keroncong Kotagede, sebagai dokumentasi nyata perkembangan musik keroncong Indonesia. “Kami mengemas musik keroncong agar menjadi tontonan yang bisa dinikmati semua kalangan masyarakat, semua usia, sekaligus memberi wadah bagi potensi-potensi pemain keroncong muda berbakat, untuk tampil kehadapan publik secara langsung, karena musik keroncong yang sebetulnya nikmat untuk disimak itu, semakin memasyarakat di negeri sendiri, jangan kalah dengan publlik di negara tetangga,” imbuhnya lebih lanjut.
Lokasi ke tiga panggung yang dipersiapkan masing-masing, Panggung Sopingen di Kampung Prenggan, kemudian Panggung Kajengan di kampung Prenggan dan Panggung Kudusan di kampung Jagalan. Hiburan gratis itu berlangsung Sabtu, 19 Oktober 2019, mulai pukul 19.30 hingga 24.00 WIB.
Adapun para penampil yakni, Keroncong Pemuda Kekinian dari Salatiga, Orkes Keroncong Zigma dari Solo, Orkes Keroncong Serenade dari Klaten, Orkes Keroncong Svarama dari Semarang. Selanjutnya Orkes Keroncong dari Yogyakarta masing-masing, OK Sri Rejeki, OK Pasar Keroncong Featuring Brian Prasetyohadi vokalis Jikustik, OK Lintang Kanistha, OK Akar 8, OK X-Bening, OK Sakpenake, OK Adi Gita Gama dari UGM, OK Madu Sari Featuring Mastro Keroncong Subarja, OK Irama kasih Featuring Cinta, OK Subarjo HS, dan Komunitas Keroncong Nusantara.
Untuk mewarnai Pasar Keroncong Kotragede sekaligus mengangkat potensi kreatif yang ada ditampilkan pula Angklung RW X Prenggan Kotagede, Siteran dan Komunitas Angklung. (Antok Wesman-Impessa.id)