24rd Yogyakarta Gamelan Festival 19-24 Agustus 2019
Impessa.id, Yogyakarta : Komunitas Gayam 16 dan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, bersinergi menyelenggaraan Yogyakarta Gamelan Festival ke-24 bertajuk “New Gamelan”Anyone, bertempat di Plaza Ngasem Yogyakarta, 19-24 Agustus 2019.
Pilihan tema “New Gamelan” menurut Managing Director Ari Wulu, menginngat Gamelan Baru, selain dipandang dari sisi penyajian dengan gaya atau cara baru, juga merespon perkembangan tren dan mampu beradaptasi dengan jamannya, Gamelan dipandang dari segi spirit harus mampu berinovasi untuk bisa diterima pada jaman sekarang.
Festival Gamelan yang diselenggarakan di beberapa lokasi, dengan rangkaian acaranya adalah, Gaung Gamelan bertajuk “Gending” diselenggarakan Senin, 19 Agustus 2019 di Kawasan Nol Kilometer Yogyakarta, mulai pukul 15.00 WIB. Kemudian, Rembug Budaya, Diskusi terbuka bertemakan “New Gamelan” pada Selasa, 20 Agustus 2019, di Museum Wayang Ukur Tamansiswa Yogyakarta, pukul 15.00 WIB sd selesai.
Berikutnya Loka karya “Bikin Sendiri Gamelanmu”, bekerja sama dengan Limbah Bunyi, komunitas musik yang memanfaatkan limbah untuk berkesenian. Loka karya berlangsung Rabu, 21 Agustus 2019, pukul 15.00 WIB sd selesai, di Komunitas Gayam16 Mantrigawen Yogyakarta.
Pagelaran, sebagai puncak acara Yogyakarta Gamelan Festival 2019, diselenggarakan selama tiga hari berturut-turut, di Plaza Ngasem, pada 22-24 Agustus 2019, mulai pukul 19.00 WIB setiap harinya. Beberapa penampil dalam dan luar negeri ikut ambil bagian diantaranya, Show Seki (Japan), Celia Huet & Friends (France & Yogyakarta), Levin Zimmermann & Friends (Germany & Yogyakarta), Si Paningkah (Solo), Musik Tradisional SMPN 6 (Jepara), Putro Hargo Kawedhar (Bantul), Omah Cangkem (Bantul), Klub Sariswara (Yogyakarta), CSGK (Gunung Kidul), Gasita UGM (Yogyakarta).
Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) adalah festival tahunan bertaraf internasional yang mewadahi pertemuan pemain dan pecinta gamelan dari seluruh dunia. Mulai menyapa pecinta gamelan sejak 24 tahun lalu. YGF lahir dari keresahan akan ketidakhadiran gamelan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Ada banyak penyebabnya, yang paling utama adalah stigma negatif yang dilekatkan padanya. Gamelan diidentikkan dengan “orang tua” dan hal-hal mistis, sehingga anak muda enggan mempelajari dan memainkannya. Gamelan dianggap tak memiliki potensi menjadi tren yang digemari kawula muda layaknya musik modern, sehingga perlahan namun pasti eksistensinya mulai terkikis. Kurang atau bahkan nihilnya wadah bagi penikmat gamelan pun turut membahayakan eksistensi gamelan di daerah asalnya.
Sementara itu, gamelan mulai merambah dan mendapatkan tempat di negara lain. Keresahan ini dirasakan Sapto Raharjo, maestro gamelan, sehingga Ia kemudian menggagas YGF. Pada 1995, untuk pertama kalinya YGF digelar dan menandai lahirnya wadah bagi eksistensi gamelan yang telah dikenal setidaknya di 36 negara. Sejak saat itu, YGF terus menjadi media berkumpul, berkomunikasi dan berinteraksi yang ditunggu-tunggu pemain dan pecinta gamelan. Selain itu, YGF pun diharapkan dapat terus menyuarakan keberadaan gamelan serta mengajak setiap orang untuk berkontribusi terhadapnya. Semangat inilah yang melahirkan YGF dan terus dihadirkan di setiap tahunnya.
YGF dikelola oleh komunitas pecinta seni gamelan dalam kebersamaan, untuk bisa saling mendukung aktivitas. Mengelola jaringan bisnis yang terkait dengan seni gamelan dalam konteks saling menguntungkan dan selalu menyuarakan keberadaan seni gamelan baik dalam skala lokal, nasional, maupun internasional.
Berbagai dukungan datang dari instansi formal maupun non-formal. Termasuk dari komunitas pemain gamelan atau yang sering disebut dengan gamelan players, bahkan dukungan dari para penikmat musik gamelan (gamelan lovers) yang belum tentu bisa memainkan gamelan juga berperan sangat besar.
Menggagas kehidupan seni gamelan yang dinamis, selalu menyelaraskan diri dengan jaman tanpa harus kehilangan latar belakang budayanya dan saling menghargai keanekaragaman kebudayaan di dunia menjadi visi dari diselenggarakannya Yogyakarta Gamelan Festival, dengan misi untuk menciptakan dan mengelola media yang secara berkesinambungan menjadi sarana berkumpul, berkomunikasi dan berinteraksi bagi para pencipta seni gamelan dan membantu mereka yang sedang mempersiapkan masa depan untuk terlibat dalam dunia seni gamelan maupun yang akan menguatkan potensi yang sudah dimiliki dalam berbagai bentuk kegiatan.
Kini saatnya kita bangga dengan budaya yang kita punya, yang banyak diakui dan dipelajari oleh negara tetangga bahkan dunia. Sudah saatnya Yogyakarta Gamelan Festival patut disejajarkan dengan festival kelas dunia lainnya. Saatnya Yogyakarta Gamelan Festival menjadi ‘ICON’ Yogyakarta. (Ishani Sahida/Antok Wesman).