Jogja Fashion Festival 2019 Hari Pertama Tampilkan Disainer Tamu Defrico Audy dan Purana Indonesia
Impessa.id, Yogyakarta : Jogja Fashion Festival – JFF 2019 bertajuk “Unbeatable” yang berlangsung selama tiga hari, Jum’at hingga Minggu, 8 – 10 Maret 2-19 di Atrium Plaza Ambarrukmo Yogyakarta, melibatkan 71 disainer lokal dan nasional, dengan total 616 outfit dan terbagi ke dalam enam sesi, yakni sesi 1 sore pukul 16.00 WIB dan sesi 2 malam mulai pukul 20.00 WIB, berlangsung suskes.
Pelaksanaan hari pertama menampilkan karya dari 24 disainer, terbagi menjadi Sesi 1 Pattern and Fabric dan Sesi 2 Ethnic Wear. Pada Sesi 1 Pattern and Fabric, 12 disainer, 11 diantara mereka adalah anggota APPMI – Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia, masing-masing menyajikan delapan Outfit Urban Fashion, Hijab, serta Motif Unik.
Diawali dengan peragaan busana koleksi LZ by Liza Supriyadi dari Semarang tetapi bergabung kedalam APPMI DIY, disusul koleksi karya deeJE Batik by Dewi deeJE yang mengusung judul “Beautiful Nature” untuk delapan busana Hijab Ready To Wear dari perpaduan antara Kain Sibori dengan Kain Batik Sutera.
Kemudian Sakamade Boutique by Tari Made Bali yang mengusung delapan koleksi busana ready-to-wear yang terinspirasi dari Keindahan rona warna Ratu Nefertiti Mesir Kuno melalui disain Batik Tulisnya di atas Kain Katun dipadupadankan dalam bordiran di Kain Tenun Endeg Bali. Sementara itu, Rumah Gaun by Bella Quarta dari Solo mengangkat tema “Spring Flowers” berbahan Kain Brokat (Brocade), Kain Tule (Tulle) dengan detail bunga dan daun.
Empat disainer berikutnya tampil dengan koleksi terbaru mereka masing-masing, Anis Saskia dari Semarang dengan tema “Plural” untuk busana yang diperagakan berbahan Brokat dan Tule dslam warna Putih dan Gold, Dewani Batik by Adewani Lubis yang mengusung konsep Klasik Batik Tulis bermotif Satwa Burung diatas kain Katun.
Maharani dari Prasojo by Rani dengan Kain Lurik khas Klaten yang juga dikenalkan dalam London Fashion Week 2019, namun untuk di JFF 2019 Maharani menampilkan sentuhan warna yang lebih terang.
Sedangkan Rumah Batik Jinggar by Vitalia Pamoengkas yang mengusung tema “Lembayung Senja” sehingga ke delapan outfitnya bernuansakan warna-warna dikala senja hari.
Empat perancang busana terakhir yakni, Gee Batik by Sugeng Waskito yang menampilkan busana dalam nuansa warna Sogan untuk Batik Sutera dan Sifon (Chiffon) bermotif Kawung dan motif Parang. Kemudian Uzy Fauziah dari APPMI Jateng memperagakan busana Simple-Chic, bisa dipakai dalam kegiatan sehari-hari, yang terinspirasi dari kain-kain Maumere dengan warna-warna Tanah Kuning dan Hijau yang menggambarkan keindahan Bumi Maumere,
Owens Joe dari Solo yang mengusung tema “Mata Dewa” untuk busana ready-to-wear terbarunya, kombinasi antara Kain Tenun, Batik dan Kain Polos dalam Warna Senja di Surakarta.
Disainer Tamu dari Jakarta Defrico Audy yang mengangkat judul “Jingga”. Ketika dikonfirmasi Impessa.id usai perhelatan, menuturkan. “Saya terinspirasi dari cahaya Matahari tatkala Sore hari, sesaat setelah Matahari tenggelam, maka muncul warna Jingga, yang diimplementasikan kedalam busana Shiny, gemerlap, guna memantulkan cahaya dari bahan luarnya. Yang mengandung filosofi yakni kita manusia harus baik dari luar dan baik dari dalam,” ujarnya singkat.
Sore itu, Audy, sapaan akrabnya, menampilkan busana China’s Style, seperti Baju Shanghai berornamen Bunga Cina dan Burung Phoenix di atas French Net dan bahan Shimmer, yang menjadikan ke-elokan warna Jingga nan gemerlapan. (Tok)