Grup Musik Indie Tashoora Tampil Di Ruang Pertama Tatap Muka PSBK, Selasa, 2 Oktober 2018
Impessa.id, Yogyakarta: Ruang Pertama Tatap Muka yang diselenggarakan oleh Kua Etnika, menampilkan Tashoora, grup musik indie Jogja yang acapkali tampil di berbagai perhelatan seni di Yogyakarta, dan dihadirkan sebagai ruang presentasi karya sekaligus menjadi ajang berkumpulnya Tashoora, media, keluarga dan teman-teman terkasih dari ke-delapan personilnya.
Hiburan sekaligus silaturahmi bareng enam personil Tashoora pada acara Ruang Pertama Tatap Muka, berlangsung Selasa, 2 Oktober 2018, Pukul 15.30 – 17.00 WIB di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja Dusun Kembaran RT 04-05, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Setelah penat satu tahun lamanya meringkuk di dalam studio dan berhadapan dengan dinginnya dinding-dinding masiv pembatas, Tashoora mengajak warga termasuk undangan untuk ikut terlibat dalam proses rekam suara dan gambar dari rilisan pertama Tashoora, menjadi yang pertama untuk mendengarkan secara langsung lima nomor lagu orisinal yang direkam langsung, kemudian diabadikan dalam bentuk fisik, cakram padat.
“Memang tidak di kejar apa-apa, setahun dengan tenang menikmati proses bikin lagu, membahas lirik, bongkar-pasang aransemen, dan juga sekedar kumpul-kumpul sambil latihan saja,” tutur Danu Wardhana, vokalis dan pemain Violin.
Personil lainnnya yakni, Dita Permatas selaku vokalis, akordion dan kibor. Kemudian, Danang Joedodarmo sebagai vokalis dan main Gitar Akustik. Gusti Arirang sebagai vokalis dan main Bass. Sasi Kirono sebagai Vokalis dan main di Gitar. Serta Mahesa Santoso pemukul Drum. Ke-enam personil itu adalah pilar utama Tashoora. Sementara ada dua pemain additional yakni, Gilang Rizki sebagai vokalis dan pemetik Gitar serta Afriza Animawan sebagai Vokalis dan main Kibor.
Nama grup band indie Tashoora muncul setahun lalu di acara Island In The Sun, kemudian di Ngayogjazz 2017, di Land of Leisures yang digelar pihak Plaza Ambarrukmo, di Java Jazz 2018 dan di ArtJog 2018. Ketika tampil di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, Selasa sore, (02/10/18) seusai nyanyi, Tashoora menggelar Q n A dan berbaur dengan penonton berbincang akrab.
Tashoora tampil dengan tiga gitar, satu violin, satu bass, satu drum, dua kibor dan satu akordion. Yang menarik adalah setiap personilnya selalu bernyanyi menggawangi bagian Chorus dari setiap lagu-lagu yang mereka bawakan. Jika disimak, permainan Tashoora dalam satu lagu terkadang terasa tajam dan mistis, namun lagu-lagu yang lain menyapa riang dan manis.
Ternyata nama Tashoora diadopsi dari nama jalan di kawasan tempat mereka bermukim yaitu jalan Tasura. “Dikira Tashoora itu bahasa Jepang atau bahasa Arab, padahal itu nama jalan di wilayah Maguwo, Yogyakarta,” ungkap Sasi Kirono.
Logo visual Tashoora, berupa ikon gabungan dua huruf O dalam nama Tashoora, merupakan hasil kerjasama dengan Farid Stevy, vokalis grup musik FSTVLST sekaligus seniman multi-talenta. “Kita tidak pernah benar-benar buta. Selalu ada mata yang merekam rasa dan memproyeksikannya ke bentuk apa saja,” jelas Danang Joedodarmo.
Lagu-lagu yang dihadirkan di Ruang Pertama Tatap Muka di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja yang berjudul, Tatap, Terang, Ruang, Sabda dan Nista, liriknya banyak mengulik kondisi sosial di tengah-tengah kehidupan masyarakat, kasus-kasus ketidak-adilan. “Banyak hal-hal yang riil terjadi di depan mata, namun di diamkan, seolah tidak ada,” imbuh Mahesa Santoso. (Ami/Tok)