JACQUALINE SHIM Tampilkan Karya Montase Foto Monokrom Pada Pekan Fotografi Sewon ISI Yogyakarta
Impessa.id, Yogyakarta, Indonesia, Desember 2025: Ada yang menarik dari pameran Tugas Akhir Mahasiswa Fotografi Institut Seni Indonesia -ISI Yogyakarta bertajuk “Pekan Fotografi Sewon”, yang digelar di Gedung Foto dan Galeri Pandeng, pada 19-23 Desember 2025, yakni karya foto monokrom berjudul “Fase Diri Pasca Kehilangan Ayah” oleh Jacqualine Shim.
Hasnan selaku Ketua Pelaksana Pameran Pekan Fotografi Sewon menyebutkan bahwa penciptaan karya fotografi “Fase Diri Pasca Kehilangan Ayah” oleh Jacqualine Shim berangkat dari pengalaman pengkarya dalam menghadapi kehilangan ayah.
“Melalui teknik montase foto, proses kreatif ini berupaya merepresentasikan fragmen memori dan perasaan yang muncul pasca kepergian tersebut. Metode eksplorasi, eksperimentasi, dan perwujudan akhir digunakan untuk mengolah potongan-potongan visual menjadi narasi baru yang menggambarkan fase-fase duka,” jelasnya. “Karya montase yang dihasilkan menjadi bentuk sublimasi, yaitu upaya pengkarya mengelola emosi melalui proses visual yang ekspresif dan reflektif,” imbuhnya lebih lanjut.
Saat ditemui Impessa.id disela-sela pameran, Jacky, sapaan akrab Jacqualine Shim, menuturkan, “Setelah ini sudah selesai perasaannya sangat lega, karena selama ini menciptakan sesuatu yang terkait mendiang ayah kan pasti akan teringat memori-memori dari yang kemarin-kemarin, dan tidak semua memori itu kan memori yang baik, pasti ada memori yang buruk, apalagi berbicara tentang kehilangan, Jadi ketika akhirnya sampai berada ditahap sudah bisa menyelesaikan tugas akhir ‘plong’ gitu rasanya. Persiapannya sendiri sejak dua semester lalu, dimana di semester pertama itu tugas tentang penulisan, sambil mulai nyicil tugas pengkaryaan dan untuk satu semester berikutnya itu full, bener-bener berkarya,” ungkap Jacky penuh semangat.
Ketika Impessa.id menanyakan mengapa memilih monokrom? Jacky menjawab, “Sebetulnya pilihan monochrom itu tidak ada alasan khusus, tetapi karena saya melakukan montase foto secara manual, sepertinya akan lebih baik jika fotonya itu ditampilkan monokrom, biar lebih masuk, agar terlihat selaras, tidak ‘jomplang’”, akunya.
Ada karyanya berjudul “Needle and Thread” memvisualkan Mesin Jahit yang sedang menyatukan potongan-potongan foto kenangan, kepada Impessa.id, Jacky menjelaskan maksudnya,
“Mesin Jahit kan identik dengan menjahit, dan bisa memperbaiki atau membuat suatu hal yang baru. Karena saya membicarakan tentang “Fase Diri Pasca Kehilangan Ayah”, tentunya sekarang memori bersama ayah sudah tidak bisa lagi terbentuk dikarenakan ayah sudah tidak ada, jadi bagaimana dengan arsip-arsip yang ada saya menjahit dan menyatukan kembali potongan-potongan memori tersebut menjadi sebuah satu kesatuan sehingga fragmen-fragmen memori tersebut menyatu kembali dan diharapkan untuk tidak kesana dan kemari atau dapat diartikan seperti hilang,” jelas Jacky.
Diantara sekian karyanya ada satu yang menjadikannya spesial, yakni yang berjudul “Weight She Carried”, Variable Dimensions, Photo Montage, Print on Matte Photo Paper, karya tahun 2025.
“Karya saya ini menceritakan tentang ibu saya. Seperti judul karya saya “Fase Diri Pasca Kehilangan Ayah”, tetapi yang terdampak kehilangan itu bukan hanya diri saya, melainkan orang-orang disekitar saya, terutama ibu saya. Karena setelah kehilangan ayah saya, semua beban atau pekerjaan yang biasanya itu ayah saya lakukan atau ayah saya tanggung itu berpindah kepada ibu saya. Di bilang mau gak mau ya karena mau bagaimana lagi, orangtua yang ada selain ayah saya kan hanya ada ibu saya. Jadi pada karya ini saya visualkan itu potret ibu saya yang sedang membungkuk, dipunggungnya terdapat banyak sekali objek yang memvisualkan beban dan berat. Objek-objek yang tertera itu identik sekali dengan rumah, jadi memang yang ingin disampaikan adalah menanggung rumah,” ujar Jacky.
Dalam kesempatan itu, Dieka, sahabat Jacqualine sejak SMA, yang setia mendampinginya, ditemui Impessa.id di ruang pameran, merespon karya Jacky, sapaan akrab Jacqualine Shim. Berikut pendapat Dieka;
“Melihat perubahan dan perkembangan Jacqualine sih sebenernya aku seneng banget yach, jujur terharu, terus ngeliat karya-karya dia yang banyak mengadaptasi dari masa lalunya, kenangan dia terhadap ayahnya, aku jujur seneng dan bangga, karena dia bisa melewati semua keadaan ini dan dia bisa mengekspresikan melalui karya di tugas akhirnya,” aku Dieka..
Pekan Fotografi Sewon, Tugas Akhir mahasiswa Fotografi ISI Yogyakarta pada 19-23 Desember 2025 di Gedung Foto dan Galeri Pandeng tersebut, menampilkan 39 karya terbagi kedalam genre fine-art, komersial, dokumenter. dan karya pengkajian foto. Karya yang ditampilkan sangat bervariasi, mulai dari media yang beragam, kemudian pendekatan fotografi dengan teknik yang bermacam-macam, sehingga karya yang digelar betul-betul diverse, luas. (Feature of Impessa.id by Antok Wesman)
