JAGONGAN WAGEN PSBK Hadirkan Pertunjukan THE REST OF OUR LIVES, Persahabatan Budaya Indonesia-Inggris

JAGONGAN WAGEN PSBK Hadirkan Pertunjukan THE REST OF OUR LIVES, Persahabatan Budaya Indonesia-Inggris
Taman Bermain Kreatif Tentang Kearifan Hidup Seniman Paruh Baya
Impessa.id, Yogyakarta, Indonesia, Agustus 2025: Selama tiga pekan, dua seniman asal Wales, Inggris yaitu Jo Fong (penari tua) dan George Orange (badut tua) bermukim di Yogyakarta. Mereka menjalani lokakarya ‘Creative Friendship’ bersama seniman Indonesia lintas generasi serta menampilkan karya inspiratif mereka di Jagongan Wagen episode 154, ‘The Rest of Our Lives’.
Kemitraan antara PSBK dan Jo & George bermula saat PSBK menjadi delegasi internasional pada Caravan Assembly 2024. Caravan Assembly adalah sebuah platform bagian dari Brighton Festival yang mempertemukan pelaku teater dan seni pertunjukan Inggris dengan para programer dan produser internasional. Kesempatan menyaksikan karya dan berbincang dengan Jo & George melahirkan daya tarik pada visi artistik dan pembelajaran bersama yang berfokus pada segmen masyarakat usia lanjut. Hal ini merupakan fokus utama PSBK melalui misi kerjanya.
Berkat dukungan dari British Council melalui program Connections Through Culture, PSBK bersama Jo & George menjalankan program residensi Extending The Rest of Our Lives di Indonesia. Program residensi ini merupakan perpanjangan dari karya mereka dengan judul yang sama, The Rest of Our Lives. Sebuah pertunjukan multi-genre yang menyentuh kehidupan nyata para seniman yang berjuang dalam menghadapi proses penuaan, namun yang terpenting adalah tentang bagaimana cara untuk benar-benar hidup? Jo adalah seorang penari tua, sedangkan George adalah seorang badut tua. Mereka adalah seniman internasional yang hidup bersama dengan dengan ratusan ‘tahun’ pengalaman. Mereka telah mencapai titik tengah, dan sekarang mereka melihat sisa hidup mereka dan bertanya-tanya, apa selanjutnya?
Program residensi ini berfungsi sebagai taman bermain kreatif yang menyatukan Jo & George asal Wales - Inggris dengan para praktisi seni pertunjukan muda dan senior asal Indonesia dalam sebuah workshop Creative Friendship. Inisiatif ini bertujuan untuk menstimulasi dan mendukung hasrat kreatif, kepercayaan diri dan kemampuan kognitif para seniman senior, menawarkan kesempatan untuk memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman mereka yang sangat luas dan tertanam kuat di dalam tubuh, pikiran, dan jiwa mereka. Dengan melibatkan seniman yang lebih muda, sesi lokakarya yang dipimpin oleh dua seniman asal Wales ini mengeksplorasi keterbukaan setiap orang untuk saling mendengarkan, mengadaptasi tubuh dan menciptakan proses yang memungkinkan mereka berkreasi bersama dengan cara yang bermakna. Program ini menekankan kolaborasi yang berkelanjutan, memberikan waktu dan ruang yang dibutuhkan peserta untuk mengembangkan pengetahuan kolektif, praktik bersama, dan bahasa yang sama. Dengan memupuk hubungan yang mendalam ini, platform ini menciptakan lingkungan yang mengasuh dimana kreativitas dapat berkembang dan pertumbuhan pribadi dan artistik didorong.
“Bagi PSBK, program residensi ini menjadi mimpi yang akhirnya terwujud. Jo & George menunjukkan kematangan dan kemapanannya sebagai individu seniman yang menempatkan kesadaran diri yang inklusif dalam praktik artistiknya serta menjadi kanal pembelajaran baik bagi sesama pelaku kreatif maupun umum. Dibalik pendekatan kreatif pada karyanya, terdapat pengetahuan dan kemampuan teknis yang tinggi. Hal ini terungkap nyata dalam lokakarya Creative Friendship,” ungkap Jeannie Park, Direktur Eksekutif PSBK.
Pertunjukan The Rest of Our Lives oleh Jo Fong & George Orange ditampilkan di acara Jagongan Wagen episode 154 pada Sabtu, 30 Agustus 2025 di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, Bantul, Yogyakarta pukul 19.00 WIB dengan reservasi kursi dan animo penonton luar biasa, semua kursi penuh dipesan secara online, termasuk dihadiri oleh penonton difabel (tuli, daksa dan netra).
Perayaan Kehidupan dan Humor Usia Paruh Baya Untuk Semua
PSBK kembali melanjutkan spirit dalam pertumbuhan penonton dan membuka ruang apresiasi seni dengan menghadirkan tur internasional dari Jo Fong dan George Orange (UK) dalam acara pertunjukan Jagongan Wagen (JW) Episode 154. Karya berjudul ‘The Rest of Our LIves’ (TROOL) ini menjadi sebuah pertunjukan multi-genre yang menyentuh kehidupan nyata para seniman yang bergumul dengan bertambahnya usia namun yang terpenting justru mencari cara untuk tetap hidup?
Karya ini telah dipertunjukkan sejak tahun 2019, baik di Inggris dan juga turing internasional. Sejak saat itu TROOL mendapat banyak apresiasi dan masuk dalam berbagai nominasi penghargaan seni seperti, The Guardian Best Dance 2022, Nominasi UK Theatre Award 2023, Nominasi OFFIES 2025.
Tahun 2025 menjadi momentum penting bagi PSBK bersama Jo Fong & George Orange setelah berhasil meraih hibah dari The British Council melalui program mereka, Connections Through Culture. Dukungan ini membuka ruang pertukaran budaya dan pengembangan relasi antara sektor budaya di Indonesia dan Inggris. Proyek ini terdiri dari dua kegiatan utama: lokakarya kolaboratif lintas generasi yang mengangkat pengalaman dan kearifan seniman senior, serta pertunjukan TROOL itu sendiri. Melalui inisiatif ini, PSBK bercita-cita menghadirkan kekuatan transformatif yang menumbuhkan kebersamaan, pertumbuhan, dan perubahan yang bermakna.
Tentang Karya
The Rest of Our Lives (TROOL) adalah pertunjukan multidisiplin yang diciptakan oleh duo seniman asal Inggris, Jo Fong & George Orange, khusus untuk ruang intim seperti aula desa dan teater studio. TROOL bisa dianalogikan sebagai sebuah “obat” -penuh kejutan, menghibur, sekaligus reflektif. Pertunjukan ini meramu tarian, sirkus, komedi, permainan, hingga momen antara hidup dan mati. Semua itu dipadukan dalam eksplorasi jujur tentang proses menua dan, yang terpenting, bagaimana benar-benar menjalani hidup.
Dengan alur yang cair, setiap adegan mengajak penonton menyusuri rasa kehilangan, keterhubungan, dan absurditas hidup. Partisipasi penonton menjadi bagian penting dari perjalanan ini, yang berakhir dalam suasana tak terduga: sebuah lantai dansa penuh energi, di mana semua orang menari untuk merayakan hidup.
Sebagai pertunjukan fisik kontemporer, TROOL ditopang oleh pengalaman panjang Jo & George yang telah diakui dalam berbagai penghargaan seni. Mereka menghadirkan gaya khas -berani, jenaka, dan penuh resiko yang membuat pertunjukan ini segar sekaligus menyentuh.
Lebih dari sekadar hiburan, TROOL mengangkat isu-isu dekat kehidupan -dari kebersamaan, kegelisahan usia paruh baya, memori yang pudar, hingga krisis social -dengan gaya khas Jo & George yang berani, jenaka, dan penuh resiko. TROOL menawarkan pengalaman panggung yang segar, hangat, dan tak terlupakan.
Di awal kesempatan, Jo Fong mengungkapkan bahwa, “The Rest of Our Lives dikomisikan oleh Rural Touring Dance Initiative. Baik saya maupun George sangat penasaran kokaborasi ini akan berjalan. Kami bekerja di bidang yang berbeda, tetapi ada kesamaan dalam cara kami bekerja–atau lebih tepatnya, bermain–dengan spontanitas, kehidupan (liveness), dan terkait langsung dengan penonton. Bahkan, pertunjukan ini diciptakan dalam suasana duka, jauh sebelum duka global yang kita alami (red: pandemi COVID-19), dan kematian membuat beberapa hal terlihat lebih jelas. Ada kehilangan, tetapi saya pikir baik saya maupun George sedang mengeksplorasi bagaimana kita berharap untuk hidup. Saya juga benar-benar tersentuh, tidak menyangka atas respon yang muncul terhadap pertunjukan ini. Tampaknya pertunjukan ini menyentuh pengalaman bersama kita dalam menavigasi era ‘pasca-COVID’ ini.”
Tentang JAGONGAN WAGEN
Sejak 2007, Jagongan Wagen berkomitmen menampilkan karya pertunjukan segar dan inovatif. Mulai 2025, Jagongan Wagen berfokus pada pertunjukan beragam dari seniman lokal dan internasional, sebagai upaya strategis dalam membangun ekosistem seni pertunjukan yang kuat dan menciptakan pengalaman apresiasi seni yang otentik.
Pertunjukan The Rest of Our Lives oleh Jo Fong & George Orange akan ditampilkan di acara Jagongan Wagen episode 154 pada Sabtu, 30 Agustus 2025 di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, Bantul, Yogyakarta pukul 19.00 WIB dengan reservasi kursi. Hingga berita ini diturunkan, pendaftaran kepenontonan telah terpenuhi dengan antusiasme yang sangat tinggi, termasuk dihadiri oleh penonton difabel (tuli, daksa dan netra).
Pengalaman Khas Ruang Jagong
Bagi PSBK selaku penyelenggara kegiatan seni, kenyamanan dalam menonton sajian karya dimulai dari langkah pertama di Ruang Jagong. Selayaknya jagongan (istilah dalam Bahasa Jawa), makna kehangatan ruang ini memberi kita waktu dan tempat untuk berkumpul dan bercengkerama dengan santai selama acara berlangsung.
Bagi sebagian pengunjung PSBK yang sudah akrab dengan Ruang Jagong sering kali merindukan sajian Setup Jambunya. Kali ini, kekhasan Ruang Jagong akan turut diwarnai oleh komunitas kreatif yang berpartisipasi dalam menciptakan suasana kebersamaan yang nyaman.
Yamie Bang Doel, Gelora Baik, dan Mogi Matcha yang cukup digemari akan menyajikan menu unggulan mereka. Selain itu, PSBK kembali berkolaborasi dengan Krack! Studio, sebuah kolektif printmaking dengan menghadirkan merchandise khusus sebagai bentuk program donasi bersama yang akan mendukung pemulihan mereka setelah musibah kebakaran beberapa waktu lalu. PSBK juga berkolaborasi dengan PastiKlola, start-up pengelolaan sampah dalam pengumpulan kemasan plastik sebagai bentuk donasi yang dapat disumbangkan oleh para pengunjung. Melalui Ruang Jagong kali ini pula PSBK akan membuka tur terbatas di perpustakaan barunya, pengunjung dapat melihat beberapa koleksi arsip dan pustaka dari ribuan koleksi yang dikelola PSBK, termasuk warisan dari maestro seni pendirinya, Bagong Kussudiardja. Kenyamanan Ruang Jagong turut didukung oleh Komunitas Bawayang yang dengan rendah hati dan bersemangat untuk berperan menjadi fasilitator bagi komunitas difabel sebagai juru bahasa isyarat, juru bisik, dan memberikan pelatihan prosedur layanan bantuan kursi roda.
Tentang Seniman
JO FONG
Jo Fong adalah seniman asal Wales yang karya-karyanya merefleksikan kebutuhan manusia masa kini untuk berkumpul dan membangun rasa kebersamaan. Praktik artistiknya berfokus pada kolaborasi, komunitas, dan keterhubungan.
Sebagai Mitra Kreatif di Wales Millennium Centre, Jo memproduksi How Shall We Begin Again? tiga pertunjukan berskala besar yang melibatkan 135 penampil di London, Cardiff, dan Peterborough. Bersama seniman Sonia Hughes, ia menampilkan karya Neither Here Nor There di berbagai festival internasional, termasuk Summerhall Edinburgh Festival dan Vitlycke Contemporary Art Festival (Swedia), serta mengembangkan sejumlah proyek partisipatif seperti What Will People Need? The Sun’s Come Out, dan Nettles: How to Disagree?
Karya pentingnya, Ways of Being Together (Cardiff Dance Festival 2017 & Chinese Arts Now Festival 2020, London), kini berkembang menjadi sebuah komunitas kreatif yang menghadirkan ruang untuk berjejaring, belajar, serta mengeksplorasi penciptaan pertunjukan kolaboratif. Laman resmi: jofong.com
GEORGE ORANGE
George Orange adalah seniman multidisiplin, sutradara sirkus, fasilitator, dan penampil dengan spesialisasi dalam sirkus, badut, teater jalanan, dan teater fisik. Lahir di Amerika Serikat, ia menempuh latihan di Meksiko dan Eropa sebelum akhirnya bermukim di Cardiff. Ia bekerja bersama NoFit State Circus, menjadi anggota dewan, sekaligus aktif mengajar di program FDA/BA Circomedia yang diakreditasi oleh Bath Spa University.
Pada 2009, George menciptakan pertunjukan solo Man On The Moon, aksi slack rope yang telah tampil di ratusan festival internasional. Pada 2010 ia mendirikan Mary Bijou Cabaret bersama Anna Sandreuter, menghadirkan karya untuk Machynlleth Comedy Festival, Cardiff Pride, hingga Festival Edinburgh.
Selain itu, George terus mengembangkan karya kolaboratif, termasuk This Is What Day Looks Like, -pertunjukan site-specific bersama 25 penampil di Splott, -serta perannya dalam Grumpy Unicorns karya Hijinx. Ia kini tengah mengembangkan gagasan tentang laboratorium riset sirkus dan perusahaan sirkus akademik untuk masa depan.
Tentang PSBK:
Melanjutkan spirit Bagong Kussudiardja, PSBK menyelaraskan visi misi sebagai pusat seni berbasis tempat (venue-based art center). Evolusi ini dapat terwujud lewat penyempurnaan rencana induk desain kawasan pada 2024. PSBK berupaya untuk mewujudkan misi Lembaga untuk menjaga kualitas dan aksesibilitas ruang seni untuk pengembangan hubungan seni, seniman, dan masyarakat dengan kekuatan presentasi, literasi, perekaman dan dokumentasi, serta konservasi.
Dengan kekuatan tersebut dan praktik manajemen profesional, PSBK meneguhkan posisi sebagai pusat pengetahuan (resource center) yang berkontribusi pada ekosistem seni global, menciptakan dampak pada kualitas SDM seni maupun non-seni, serta terus menjaga relevansi seni sebagai kebutuhan hidup. (Feature of Impessa.id by Yudis-Humas Media PSBK-Antok Wesman)