Feature

Sri Cicik Handayani Tampilkan Tari Atandang, Tayub Sumenep, Madura, di Studio Banjarmili Yogyakarta

Sri Cicik Handayani Tampilkan Tari Atandang, Tayub Sumenep, Madura, di Studio Banjarmili Yogyakarta

Sri Cicik Handayani Tampilkan Tari Atandang, Tayub Sumenep, Madura, di Studio Banjarmili Yogyakarta

Impessa.id, Yogyakarta: Sri Cicik Handayani, koreografer muda mahasiswa Pasca-sarjana ISI Surakarta, dalam perhelatan Indonesia Dance Festival, Lawatari Yogyakarta, menampilkan karya tarinya berjudul Atandang, yang dipentaskan pada Sabtu malam, 20 januari 2024, di Studio Banjarmili, Kradenan, Banyuraden, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, 55293.

Kepada Impessa.id, Cici menjelaskan gambaran mengenai Tari Atandang tersebut, “Ini merupakan bagian dari proses terakhir saya untuk melengkapi tangga-tangga kekaryaan saya. Sebenarnya sudah sejak 2021 saya menciptakan kekaryaan yang berangkat dari kesenian Tayub Madura, bagaimana saya berangkat awalnya, tentang konflilk apa yang hadir didalam peristiwa sawer pada kesenian Tayub Madura, kemudian karya ke dua saya fokus pada bagaimana korelasi perempuan Tandak didalam kesenian Tayub. Jadi membahas bagaimana sih masyarakat memaknai perempuan Tandak sebagai penari dalam kesenian Tayub Madura, dan bagaimana perempuan Tandak memaknai kesenian Tayub bagi dirinya. Nah karya Atandang ini adalah karya ke tiga saya yang berangkat pada bagaimana relasi laki-laki penayub terhadap perempuan Tandak, Jadi fokusnya kepada laki-laki penayub, dimana mereka hadir sebagai suatu hal yang melekat bagi perempuan Tandak. Jadi lebih mendalam lagi karya ini akan berfokus mengenai pembacaan saya pada gesture yang hadir dalam laki-laki penayub pada saat melakukan peristiwa Nandang, atau menari,” tutur Cici.

Yang menarik pada tari Atandang menurut Cici adalah, “Cici menghadirkan tubuh Madura, tapi tidak dari tubuh tari, dan menghadirkan tubuh tari yang bukan Madura, dan hasil dari eksplorasi yang kami lakukan bersama itu menghadirkan hal yang organik yang menurut saya itu juga terjadi pada kesenian Tayub di Madura. Bagaimana penayub sendiri, penari laki-laki ini bukanlah seorang penari, tapi dia hadir sebagai tubuh tari, ketika di arena Tayub,” ungkapnya.

“Secara keseluruhan tim saya 17 orang, seluruhnya laki-laki, yang perform itu ada 9 penayub, dan saya perempuan sendiri sebagai perempuan Tandak. Secara tidak sadar, metode kerja pada kesenian Tayub juga terjadi pada metode kerja kesenian saya. Bagaimana Perempuan Tandak sebagai pusat dari pertunjukan ini, didampingi oleh para penayub-nya,” imbuh Cici lebih lanjut.

Cici, lahir tahun 2000 di Sumenep, Madura, mengenal tari sejak berusia tujuh tahun berkat dorongan ayahnya, pelaku seni Wayang Topeng Dalang Madura. Kecintaan Cici terhadap tari membawanya menyelesaikan studi di program Seni Tari ISI Surakarta tahun 2023 dan kini tengah melanjutkan studinya di program Pascasarjana Penciptaan Tari di universitas yang sama. Beberapa karya yang dia ciptakan diantaranya “Masak Macak Manak” (2020), “POTEH” (2021), “TOK” (2021), “TANDE” (2022), dan karya terbarunya “Nandhâng” (2023) yang mengeksplorasi fenomena spiritual perempuan Tandhak dalam kesenian Tayub Madura di Sumenep. Ia terlibat di berbagai karya sebagai penari, salah satunya “A Song Of Sangiran 17” oleh Prehistoric Body Theater yang tampil di festival Indonesia Bertutur 2022. Di tahun yang sama, ia terpilih menjadi Koreografer Muda Jawa Timur. Cici dikenal sebagai penari dengan karakter tubuh tari yang gagah, sebuah label yang mengusik pikirannya. Melalui pengalaman tubuhnya ini, Cici menjadi dapat lebih memaknai tari dan tengah melangkah dalam praktik kreasi dan kolaborasi bersama puan-puan koreografer dalam wadah Mila Art Dance Laboratory.

Tentang Indonesian Dance Festival

Indonesian Dance Festival (IDF) pertama kali diadakan pada 1992 oleh beberapa figur tari kontemporer yang terafiliasi dengan Institut Kesenian Jakarta. Festival ini digagas sebagai laboratorium talenta dan karya dalam ekosistem tari kontemporer di Indonesia. Dalam tiga dekade, festival tari terlanggeng di Asia Tenggara dan salah satu yang tertua di dunia ini telah menyelenggarakan lebih dari 270 pertunjukan, melibatkan lebih dari 330 koreografer, dan memproduksi 43 karya komisi dan rekonstruksi, serta berbagai platform edukatif. Pada 2022, IDF mengambil tema RASA: Beyond Bodies dan diadakan di Taman Ismail Marzuki dan Komunitas Salihara. Edisi IDF 2024 akan diadakan pada 2-8 November 2024. (Humas Lawatari Yogyakarta/Antok Wesman-Impessa.id)