Wisatawan Perancis Main Congklak Di Pedestrian Kilometer Nol Yogyakarta
Megan didampingi Jeremy, keduanya wisatawan Perancis, usai merasakan sensasi main Congklak di Pedestrian Kilometer Nol Kota Yogyakarta, Minggu, 22 Juli 2018.
Impessa.id, Jogja : Festival Dolanan Anak Kecil-Kecil-an yang berlangsung Minggu sore hingga petang (22/07/18) di Pedestrian Sisi Barat Titik Kilometer Nol Yogyakarta, diserbu anak-anak bahkan orang tua pengantarpun penasaran ingin ikut menikmati sensasi Main Eggrang Bambu, salah satu dari puluhan jenis permainan anak tempo dulu yang disediakan oleh Omah Kreatif Yogyakarta berkolaborasi dengan Perempuan Tatto Indonesia (PTI), Artmosfir, Paguyuban Pengajar Pinggir Sungai (P3S), Dolanan Anak Jogja (DAJ) dan Tas Pustaka.
Diantara kerumunan pengunjung yang memenuhi seluruh ruang di Pedestrian itu, Impessa.id melihat perempuan berkulit putih asik bermain congklak atau Dakon dan seusainya, kepada Impessa.id, Megan yang ditemani Jeremy, keduanya berkebangsaan Perancis, mengungkapkan rasa senangnya dapat menikmati permainan masa kecilnya di gelaran Festival tersebut. “It’s very interesting and good moment for every family and it’s very nice to foreigners’ holiday to see it”, ungkap Megan dengan senyum simpulnya. Keberanian Megan ambil bagian telah memicu wisatawan mancanegara lainnya untuk ikut nimbrung.
Disela-sela perhelatan yang menarik siapapun yang melintas ditempat itu, Isa Anggit Prasetya dari Komunitas Dolanan Anak Jogja melalui Impessa.id mengaku tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata ketika melihat respon masyarakat yang diluar dugaannya. “Sungguh luar biasa, diluar dugaan semua panitia, pengunjung membludak, semua mainan dimainkan, dan bahkan panitia sendiri sampai kewalahan mengatur karena peminatnya sangat banyak,” tuturnya.
Kepada Impessa.id, Isa, sapaan akrabnya, menyampaikan harapannya yakni adanya perhatian dan kepedulian Pemerintah Kota Yogyakarta berkaitan dengan pentingnya area bermain di Kota yang semakin menghilang beralih fungsi menjadi gedung-gedung perhotelan. “Pemerintah Kota Yogyakarta seharusnya melirik adanya kegiatan positif ini, syukur-syukur peduli dan turun tangan membantu komunitas perihal penyediaan wahana, seperti yang diberikan oleh UPT Malioboro yang telah mempermudah perijinan pemakaian kawasan Pedestrian Sisi Barat Titik Kilometer Nol sebagai tempat digelarnya Festival Dolanan Anak Kecil-Kecil-an ini,” ujar Isa.
Teguh Laksono dari Omah Kreatif Yogyakarta suatu komunitas yang bergerak dibidang literasi dan media kreatif untuk anak-anak, kepada Impessa.id menuturkan tujuan dari Festival Dolanan Anak Cilik-Cilik-an tersebut, berkaitan dengan Hari Anak Nasional. “Kami memberi apresiasi terhadap anak-anak karena memang dunianya bermain, dengan menyediakan tempat bermain, mengingat sudah tidak ada lagi tempat untuk bermain anak-anak di kampung-kampung yang ada di perkotaan,” jelas Teguh Laksono.
Pihak Omah Kreatif secara rutin disetiap Minggu Sore hingga petang menyelenggarakan kegiatan pengenalan terhadap berbagai macam permainan anak tempo dulu, secara terbuka, di area publik, melibatkan banyak komunitas kreatif di Yogyakarta. Adapun Festival Dolanan Anak Kecil-Kecil-an yang dihelat di kawasan yang paling sering dikunjungi wisatawan itu sebagai pemicu untuk aksi-aksi sosial selanjutnya.
Konsep Festival Dolanan Anak kecil-Kecil-an yang digelar berupa display, mengenalkan permainan-permainan anak tempo dulu, kemudian workshop mengenalkan tata-cara pembuatannya, dan arena untuk bermain. Menurut Teguh Laksono, target sasaran peserta yakni anak-anak pedagang di Malioboro yang sering hadir di acara serupa yang dihelat Omah Kreatif secara reguler setiap Minggu sore hingga jelang petang dan juga umum, anak-anak yang melintas kawasan itu.
Ragam permainan anak tempo dulu yang langsung dapat dimainkan oleh pengunjung antara lain, Egrang Bambu, Egrang Batok Kelapa, Bakiak Tiga Pasangan, Engklek, Lompat Kaki, Gangsingan, Congklak atau Dakon, Kelereng dan Sundah Mandah. Kegiatan yang juga diminati anak-anak dan keluarga berupa melukis bareng menggunakan Cat Air, hasta-karya membuat layang-layang serta ketrampian membuat Bracelet, Gelang dari benang warna-warni. Seluruh kegiatan itu dihibur oleh grup musik indie lokal yang naik pentas bergantian. (Tok)